jpnn.com, JAKARTA - Konsorsium Masyarakat untuk Kesehatan Publik menuntut pemerintah meminta maaf kepada publik atas situasi selama pandemi Covid-19.

Sebab, konsorsium menilai pemerintah gagal menyediakan rumah sakit yang bisa dijangkau semua orang.

BACA JUGA: Arsjad Rasjid: Kita Harus Memenangkan Perang Melawan Pandemi Covid-19

Menurut konsorsium, tidak sedikit orang meninggal tanpa menerima bantuan medis selama pandemi Covid-19.

Adapun konsorsium itu terdiri dari gabungan sejumlah organisasi seperti Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Amnesty International Indonesia, Koalisi Warga Lapor COVID-19, dan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).

BACA JUGA: Hebat, Prof Richard Claproth Temukan Ramuan yang Mampu Sembuhkan Pasien Covid-19

"Pemerintah gagal untuk menyediakan layanan fasilitas kesehatan masyarakat dalam kondisi darurat," demikian pernyataan resmi konsorsium seperti dikirimkan Wakil Koordinator Kontras Rivanlee Anandar kepada wartawan, Rabu (7/7).

Selain menuntut maaf, konsorsium meminta pemerintah mengevaluasi penanganan Covid-19 dan mengambil tanggung jawab secara penuh mengendalikan penularan virus SARS-Cov-2 secara nasional.

Sebab, hal itu sebagaimana diatur dalam UU Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Berikutnya, konsorsium menuntut pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai, mulai dari peralatan hingga obat-obatan.

"Pemerintah juga hadir dalam memberikan informasi atas kabar hoaks jenis pengobatan dan penanganan COVID-19," ungkap dia.

Selanjutnya, konsorsium meminta pemerintah menertibkan para spekulan kesehatan yang memanfaatkan situasi pandemi COVID-19.

Konsorsium hingga kini telah menerima banyak pengaduan harga obat-obatan yang tinggi.

"Menertibkan para spekulan yang memanfaatkan situasi ini dengan menaikkan harga obat-obatan, dengan cara menyediakan dan mendistribusikan obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat," ungkap konsorsium.

Terakhir, konsorsium meminta semua pihak membangun komunikasi yang mencitrakan situasi pandemi di Indonesia dalam keadaan baik.

Selanjutnya, semua pihak menggiring narasi tentang kegawatdaruratan yang berempati, akuntabel, dan sesuai fakta.

"Jadi menumbuhkan kewaspadaan bagi masyarakat untuk taat menjalankan protokol kesehatan," ungkap Rivanlee Anandar.(Ast/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!

Berita Terkait