Pemerintah Harus Mewaspadai Dampak Fenomena Elnino

Minggu, 17 November 2019 – 17:28 WIB
Anggota Komisi IV DPR RI Bambang Purwanto saat kunjungan kerja ke Dapilnya di Kalteng. Foto: Dokpri

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR Bambang Purwanto meminta pemerintah mewaspadai prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait gelombang El-Nino yang akan terjadi mulai April hingga Oktober 2020.

Politikus Demokrat itu mengatakan pemerintah harus menyiapkan antisipasi dan strategi jitu, karena fenomena tersebut nantinya dikhawatirkan meningkatkan titik panas (hotspot) yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla.

BACA JUGA: Hadapi Elnino Siapkan 1,5 Juta Ton Beras

"Kita patut waspada dari sekarang, karena sebelumnya dalam penyelesaian dampak yang ditimbulkan oleh kekeringan sangat rumit. Pemerintah harus mengkaji karakteristik masing-masing wilayah," kata Bambang dalam siaran persnya, Minggu (17/11).

Legislatif daerah pemilihan (Dapil) Kalimantan Tengah ini menilai, pengklasifikasian kawasan antara lahan mineral dan gambut perlu dilakukan, Terutama untuk gambut yang apabila terbakar, pemadamannya sangat sulit.

BACA JUGA: Musim Kemarau, Petani Gagal Panen di 220 Hektar Sawah

Bambang mengakui, upaya pemerintah dalam menangani Karhutla sudah luar biasa dan melibatkan semua pihak. Baik pemerintah daerah, TNI, Polri, masyarakat maupun swasta. Apalagi sekarang sudah ada Badan Restorasi Gambut (BRG) yang secara khusus menangani lahan gambut.

Namun demikian, upaya tersebut harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. "Pemerintah jangan pernah merasa cukup dengan apa yang telah dilakukan dalam menghadapi iklim tahun depan, perlu langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi dampak yang lebih parah lagi," jelasnya.

BACA JUGA: Ini Upaya Kementan Atasi Kekeringan Petani Selama Musim Kemarau

Bambang dalam catatanya memberikan perhatian lebih pada areal gambut disaat musim kemarau. Strategi yang saat ini dilakukan pemerintah menurutnya masih belum efektif dalam mengantisipasi Karhutla. Berbeda dengan lahan mineral yang bisa ditangani dengan water bombing.

"Saat ini, kegiatan berupa pembuatan kanal tidak efektif karena akan mempercepat proses pengeringan lahan gambut. Begutu juga sekat kanal, tidak efektif pada gambut dalam," ungkap Bambang.

Nah, salah satu cara yang menurutnya efektif adalah dengan membangun pipanisasi guna mengalirkan air ke areal gambut yang rawan terbakar saat musim kemarau. Hal ini menurutnya bisa dilakukan oleh BRG sebagai antisipasi jangka panjang.

"Agar lebih efektif perlu pipanisasi dengan sistem tandon air, karena di sekitar gambut pasti ada sungai-sungai besar yang kemudian bisa ditempatkan pompa air besar untuk disalurkan ke lahan gambut. Ini lebih mudah, serta efektif," tandas Bambang.(fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler