JAKARTA - Nasib Taman Nasional Pulau Komodo (TNPK) di sayembara Tujuh Keajaiban Dunia (New 7 Wonders) di ujung tandukPerkembangan ini menyusul sikap Indonesia yang menolak menjadi tuan rumah pucak sayembara tersebut
BACA JUGA: Awas, Indonesia Terancam Krisis Pangan
Jajaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) memutuskan menolak, karena ongkos menjadi tuan rumah mencapai USD 45 juta, atau setara dengan Rp 404,5 miliar.Kronologi posisi TNPK hingga terancam dianulir tersebut dibeber Dirjen Pemasaran Kemenbudpar Sapta Nirwandar
BACA JUGA: Menpera Minta Pengembang Bangun Perumahan di Perbatasan
Menurutnya, penyelenggaran sayembara yaitu yayasan New7WondersSapta menceritakan, awal mula ketidakcocokan antara pemerintah Indonesia dengan penyelenggaran sayembara tersebut mulai muncul pada Februari 2010
BACA JUGA: Kisruh Mesir Bakal Dongkrak Harga Minyak
Saat itu, panitia mengirimkan surat kepada pemerintah IndonesiaSurat tersebut intinya menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah.Sejak turunnya surat penunjukan tersebut, Indonesia tidak menentukan sikap"Kami tidak pernah menandatangani pernyataan atau apapun," jelas SaptaPemerintah melalui Kemenbudpar berkonsultasi dengan DPR dan Presiden untuk menentukan sikapKeputusan sikap belum juga muncul, pada 6 Desember panitia sayembara Tujuh Keajaiban Dunia mengirim surat lagi kepada Indonesia.
Dalam surat kedua ini, Sapta menerangkan pihak penyelenggara mencantumkan uang yang harus disiapkan Indonesia untuk menjadi tuan rumahDia merinci, dalam surat tersebut Indonesia wajib menyetor uang sebesar USD 10 juta untuk yayasan penyelenggara
"Uang tersebut sebagai leasing fee ke panitia," ucap SaptaSelanjutnya, Indonesia juga harus menyetor lagi uang sebesar USD 35 jutaRinciannya, untuk US$ 20 juta untuk teknis acara dan USD 15 untuk panitia malam puncak pengukuhan Tujuh Keajaiban Dunia.
Munculnya surat kedua tersebut, pihak Kemenbudpar semakin bimbangBelum sempat membalas, pada 29 Desember yayasan penyelenggara kembali menerbitkan surat ketiga terkait penunjukan Indonesia sebagai tuan rumahSapta menerangkan, pada surat ini penyelenggara mengancam Indonesia"Pulau Komodo dianulir jika tidak mau menjadi panitiaKami tidak terima dengan perlakuan tersebut," kata dia
Dengan penekanan tersebut, pihak Kemenbudpar memutuskan tidak akan mengeluarkan uang untuk menjadi tuan rumahIndonesia juga tidak keberatan dengan dampak terburuk yaitu dicoretnya Pulau Komodo dalam daftar 28 nominasi tujuh keajaiban duniaPemerintah menilai penyelenggara tidak fair"Kenapa posisi sebagai tuan rumah dikaitkan dengan pencoretan nominasi"? tandas dia.
Lantas apakah ada dampak pariwisata? Sapta menerangkan pencoretan TNPK dalam daftar tujuh keajaiban dunia tidak berpengaruh besarSelama ditetapkan sebagai 28 nominasi tujuh keajaiban dunia, Sapta menerangkan jika keberadaan pulau tersebut sudah cukup terdongkrakSebaliknya, penganuliran tersebut akan berdampak pada nama baik yayasan penyelenggara"Selama ini yang memilih Pulau Komodo lintas negaraTentu itu menjadi tanggung jawab penyelenggara di mata publik," tutur dia.
Sapta membandingkan posisi TNPK dengan Candi BorobudurMenurut dia, meskipun Candi Borobudur tidak lagi menjadi nominasi, Unesco masih mengakuinya sebagai peninggalan bersejarah"Toh juga kunjungan wisatawan (ke Candi Borobudur, red) tidak menurun," jelas Sapta.
Sebelumnya, setelah menggelar rapat kabinet terbatas di Istana Presiden pekan lalu, Menbudpar Jero Wacik mengatakan tidak keberatan jika TNPK dicoretMenurut menteri kelahiran Bali 61 tahun lalu itu, posisi TNPK sudah meroket setelah muncul dalam 28 nominasi tujuh keajaiban duniaSetelah pencoretan, giliran pemerintah yang bertugas mempertahankan posisi TNPK tetap bisa menarik kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman)(wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pajak Dinaikkan, Pariwisata Batam Terancam
Redaktur : Tim Redaksi