Pemerintah Memastikan Mengendalikan Penyakit Mulut dan Kuku, Masyarakat Jangan Panik

Senin, 08 Agustus 2022 – 00:14 WIB
Warga memberi makan hewan ternak. Foto: ANTARA/Victorianus Sat Pranyoto

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah mengimbau masyarakat tidak panik merespons wabah penyakit mulut dan kuku yang tengah terjadi pada hewan-hewan ternak di Indonesia.

Kepala Pusat Kepatuhan, Kerja Sama, dan Informasi Perkarantinaan Kementerian Pertanian (Kementan), Junaidi mengatakan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) bisa dikendalikan dan tidak membahayakan manusia.

BACA JUGA: Hamdalah, Kasus PMK di Sejumlah Wilayah di Indonesia Kian Menurun

"PMK ada tetapi bisa dikendalikan. PMK ada tetapi tidak membahayakan manusia. Yang penting jangan ada kepanikan, karena kami akan tangani bersama-sama di bawah koordinasi Satgas BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)," kata Junaidi di Jakarta, baru-baru ini.

Dia menjelaskan baik pemerintah pusat maupun daerah serta sejumlah instansi terkait dalam penanganan wabah PMK.

BACA JUGA: Vaksin Penyakit Mulut dan Kuku Impor Harus Dibagikan Merata di Seluruh Indonesia

Termasuk TNI dan Polri, bekerja bersama-sama untuk menekan laju penyebaran wabah pada hewan-hewan berkuku genap yang rawan tertular.

"Kementan sudah bekerja keras di dalam menangani PMK di Indonesia. Oleh karena itu, kami semua di bawah struktur Satgas BNPB melakukan sinergi seluruh kementerian/lembaga," katanya.

BACA JUGA: Mentan SYL Ingin Wujudkan Jateng Zero dari Wabah Penyakit Mulut dan Kuku

Kementan melalui Badan Karantina memperketat distribusi hewan ternak antarpulau di Indonesia.

Terutama yang berasal dari zona merah, sebagai upaya mencegah penyebaran wabah PMK. 

Selain itu Badan Karantina akan menindak tegas pihak-pihak yang tidak taat prosedur.

Hewan-hewan ternak yang akan didistribusikan diharuskan memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).

"Terhadap (distribusi) antarpulau, antarzonasi itu karantina sudah diberi pengetahuan dan edukasi berdasarkan Surat Edaran No. 4 Tahun 2022. Ini harus dilakukan secara ketat dan tanpa toleransi dari pulau-pulau zona merah ke pulau zona kuning dan hijau dan sebaliknya," kata Junaidi.

Surat Edaran Satgas Penanganan PMK No. 4 Tahun 2022 mengatur tentang pengendalian lalu-lintas hewan dan produk hewan rentan PMK berbasis zonasi. Wilayah PMK dibagi jadi zona merah, kuning, dan hijau.

Sementara untuk produk segar dan olahan hewan ternak yang diimpor dari luar negeri, Kementan memastikan tidak ada yang terpapar PMK.

"Mengenai impor produk daging dari luar negeri harus diberi izin atau terdaftar dari negara-negara yang sudah bebas PMK sehingga impor produk olahan dari luar negeri itu kami nyatakan sudah bebas dari PMK," kata Junaidi

Pemerintah menerapkan lima langkah utama sebagai strategi kebijakan multilevel dengan tujuan membatasi penyebaran wabah dan melindungi perbatasan antarkota dalam negeri maupun antarnegara.

Di antaranya penerapan biosecurity yang ketat, pengobatan bagi hewan yang sudah terinfeksi PMK, pengujian, vaksinasi, dan pemotongan hewan terpapar PMK.

Untuk pemotongan hewan secara terpaksa tersebut, pemerintah telah menyiapkan kompensasi dan bantuan bagi masyarakat.

"Jadi sesungguhnya kalau di zona merah, kuning maupun hijau, kami sudah ada SOP (standard operational procedure). Masing-masing harus diterapkan karena dalam penanganan PMK tidak ada suatu risiko terkecil yang boleh kami toleransi. Karena kami tidak bisa abaikan dengan alasan hanya sekadar hewan tetapi juga media-media pembawa atau yang bersifat carrier,” tutur Junaidi.

Wakakordalops Satgas Penanganan PMK Brigjen Ary Laksmana Widjaja menambahkan untuk produk-produk olahan dari hewan ternak di zona merah tetap aman dikonsumsi masyarakat.

"Untuk produk olahan berdasarkan surat edaran, berdasarkan zonasi yang kami buat tersebut, untuk semua produk dari zona merah sebenarnya bisa dibawa ke zona merah, zona kuning, dan zona hijau. Kenapa? Karena namanya produk olahan tentunya sudah melalui berbagai proses kesehatan dan sebagainya termasuk juga untuk PMK," kata Ary. (flo/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler