jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Ekonomi Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero menilai pemerintah perlu menetapkan aturan promo tarif ojek daring guna menjaga persaingan secara sehat antar operator.
Hal itu guna menghindari perang tarif promo oleh aplikator ojek daring pasca-ditetapkannya aturan besaran tarif baru pada Mei 2019 lalu.
BACA JUGA: Dampak Kenaikan Tarif Ojek Online Disurvei Lembaga Independen
“Artinya, buat apa ditetapkan tarif kalau di satu sisi terjadi jor-joran perang tarif promo. Seharusnya sekalian saja pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan tidak usah mengintervensi besaran tarif,” ujar dia di Jakarta pada Rabu (8/5).
BACA JUGA : Tarif Ojek Online Dikeluhkan, Begini Respons Menhub
BACA JUGA: Tarif Ojek Online Naik, Permintaan Layanan Go-Jek Turun
Menurut dia intervensi pemerintah terkait penetapan tarif ojek daring justru dianggap sebagai biang kerok terjadinya jor-joran perang tarif promo baru.
Apalagi, faktanya, penetapan tarif ojek daring oleh pemerintah tidak mempertimbangkan dari sisi masyarakat pengguna atau konsumen.
BACA JUGA: Driver Ojek Online Kecewa Tarif Aplikator tak Sesuai Aturan
“Tentu kalau sudah begitu tinggal kuat-kuatan modal saja. Nanti yang tidak kuat pasti mati,” tegasnya.
BACA JUGA : Driver Ojek Online Kecewa Tarif Aplikator tak Sesuai Aturan
Dia memastikan bahwa tidak ada tidak ada yang diuntungkan dari kenaikan tarif ojek daring saat ini.
Dia juga berpendapat, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan terlalu banyak melakukan intervensi bisnis transportasi dengan aturan yang tak sesuai sehingga menimbulkan masalah baru.
“Seharusnya, soal skema penetapan tarif biarlah diserahkan ke aplikator saja mengikuti mekanisme pasar, pemerintah tinggal mengawasi,” ujarnya.
BACA JUGA : Tarif Ojek Online Naik, Permintaan Layanan Go-Jek Turun
Pihaknya juga menyebut, Peraturan Menteri Perhubungan mengenai penetapan besaran tarif ojek daring saat ini justru berdampak besar pada penurunan minat konsumen.
"Tarif tinggi akan membuat order turun drastis dari sebelumnya, sehingga aplikator pun mulai perang lewat jalur promo agar orderan tetap stabil. Akibatnya kompetisi makin panas dan banyak aksi ‘bakar uang’,” katanya.
Oleh karena itu, bagi Poltak, kompetisi dalam ekonomi sebenarnya bukan hal tabu karena bisa mendorong harga menjadi lebih ekonomis.
Meski begitu, imbuhnya kompetisi berbahaya jika pemainnya tinggal sedikit karena salah satu pemain pasti berusaha menjadi pemain tunggal dan menguasai pasar.
“Itu pasti akan dilakukan dengan cara melakukan aksi ‘bakar uang' untuk menerapkan tarif sangat rendah demi menjatuhkan lawan,” tegasnya.
Pengakuan sejumlah konsumen akhir-akhir ini menyebutkan, Grab sedang gencar menggelar promo sangat murah untuk layanan ojek daring.
Diskon yang diberikan aplikator asal Malaysia ini bisa mencapai 90 persen dari tarif aslinya. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tarif Ojek Online Dikeluhkan, Begini Respons Menhub
Redaktur & Reporter : Natalia