jpnn.com, YOGYAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan, pemerintah akan segera merilis program Bansos Produktif bagi perkuatan permodalan usaha mikro dan ultra mikro yang belum tersentuh lembaga pembiayaan (unbankable).
"Pemerintah sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp28,8 triliun untuk 12 juta pelaku usaha mikro dan ultra mikro yang masing-masing mendapat modal usaha Rp2,4 juta," jelas Teten, pada acara peringatan Hari Koperasi dan Hari UMKM 2020, di Yogyakarta, Kamis (6/8).
BACA JUGA: Menkop UKM Optimistis Rungkun Awi Cisarua Jadi Titik Ekonomi Baru
Untuk itu, Menkop UKM berharap kerjasama dengan seluruh Pemda terkait pendataan bagi siapa yang berhak mendapat bansos tersebut, agar bisa lebih tepat sasaran.
"Seperti misalnya pedagang asongan, kaki lima, bakul pasar, dan sebagainya, yang pasti belum terdata di dinas-dinas terkait," imbuh Teten.
BACA JUGA: Kemenkop UKM Gelar Pelatihan Kewirausahaan Pariwisata dan Home Dekor
Setelah itu, lanjut Teten, mereka akan mendapat pembinaan melalui aneka program pelatihan.
Menurut Teten, pemerintah terus melakukan evaluasi program-program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan menelurkan program baru untuk pemulihan ekonomi koperasi dan UMKM.
BACA JUGA: Kemenkop UKM Gandeng OJK dan Bareskrim dalam Mitigasi Investasi Ilegal Berkedok Koperasi
"Karena, untuk bisa cepat pulih, koperasi dan UMKM yang jumlahnya mencapai 99 persen itu harus cepat dan segera diselamatkan," tandas Teten.
Khusus untuk koperasi, Teten menyebut koperasi sebagai wadah konsolidator kegiatan UMKM. Oleh karena itu, pembiayaan untuk UMKM sebaiknya dikanalisasi melalui koperasi.
"Bila pembiayaan melalui koperasi maka sudah termasuk pendampingan usaha dan pembinaan bagi UMKM," kata Menkop UKM.
Teten pun berharap koperasi menjadi offtaker bagi produk-produk UMKM. Dimana nantinya, koperasi yang langsung berhubungan dengan pasar.
"Untuk itu, kita butuh skema pembiayaan bagi koperasi sebagai dana talangan. Kita akan terus memperkuat LPDB KUMKM untuk menopang koperasi tersebut," kata Teten.
Teten selalu mendorong koperasi dan UMKM melakukan trasformasi digitalisasi. Pasalnya, yang bisa eksis adalah yang sudah terhubung dengan marketplace.
"Dengan digitalisasi bisa mengakses pasar yang lebih luas dan bisa mendapat pembiayaan secara mudah", jelas Teten.
Langkah Strategis
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, menjelaskan bahwa jajarannya sudah mengeluarkan beberapa regulasi sebagai langkah strategis meringankan beban koperasi dan UMKM terdampak Covid-19.
Diantaranya, regulasi pembelian produk UMKM, pengembangan marketplace melalui Si Bakul Jogja, bebas ongkos kirim bagi UMKM pelaku digital, hingga pelatihan-pelatihan tata kelola bisnis berbasis digital. Termasuk pembukaan destinasi wisata dengan menerapkan Protokol Kesehatan.
"Langkah-langkah strategis itu harus terakselerasi secara optimal, dengan melibatkan sinergi dan kerjasama dengan banyak pihak lintas sektoral dan wilayah," ucap Sri Sultan.
Hanya saja, Sri Sultan menekankan, hanya koperasi dan UMKM yang tangguh berinovasi dari bisnis konvensional ke digital yang mampu eksis di tengah pandemi Covid.
"Kami sudah ada Market Hub Si Bakul Jogja. Para pelaku koperasi dan UMKM harus segera memahami literasi bisnis secara digital," imbuh Sri Sultan.
Sri Sultan mengakui, para pelaku koperasi dan UMKM pernah merasakan krisis seperti ini saat tertimpa bencana gempa pada 2006 silam.
"Kami bisa bangkit. Dan untuk bangkit kami butuh survival spirit, termasuk aneka dukungan baik dari pemerintah pusat maupun daerah," pungkas Sri Sultan.(ikl/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi