JAKARTA - Dokumen dari kawat diplomatik AS terkait Indonesia yang dibocorkan situs WikiLeaks tidak hanya menyangkut kerja sama militer Komando Pasukan Khusus TNI-AD (Kopassus), kondisi pasca-referendum di Timor Timur (kini Timor Leste), dan pemilu presidenYang paling baru, situs tersebut membeberkan laporan perwakilan AS di Jakarta kepada Washington tentang kemungkinan serangan balasan teroris terkait eksekusi mati para pelaku bom Bali pada 2008
BACA JUGA: Separo Kota Venesia Ditelan Banjir
Dalam laporan yang merupakan memo Departemen Luar Negeri (Deplu) AS di Washington DC itu pemerintah AS sempat menyebut adanya potensi serangan balasan di salah satu mall ternama di Jakarta Utara
BACA JUGA: AS dan Jepang Unjuk Kekuatan
Laporan itu merujuk eksekusi mati Imam Samudra, Amrozi, dan Ali Gufron di LP Nusakambangan, 9 November 2008.Walaupun potensi informasi lain yang lebih krusial terkait Indonesia berpotensi tersebar di internet, namun pemerintah belum berencana mengambil tindakan konkret
BACA JUGA: Hutan Israel Membara, 41 Tewas
"Sampai saat ini belum ada rencana memblokirEntah lusa entah minggu depanKami masih menganalisa banyak faktor," ujad Tifatul ketika dihubungi di Jakarta Sabtu kemarin (5/12).Dalam laporan kawat dipomatik terkait eksekusi Amrozi cs, disebutkan bahwa serangan teroris atas AS atau kepentingan Barat berpotensi rendahArtinya, beberapa waktu pascaeksekusi mati ketiga tokoh bom bali itu aktivitas terorisme di Indonesia masih lumpuh dan tidak berkategori bahaya
Tifatul sudah membaca informasi dan analisa kawat diplomatik tersebut secara detailMenurut dia, walaupun terkait langsung dalam materi tersebut tapi sampai saat ini tidak ada hal yang harus diklarifikasi ulang oleh pemerintahTifatul menilaisejak mulai diunggah ke domain publik pada Minggu (28/11) hingga (5/12) rentetan bocoran informasi dari WikiLeaks belum mengungkapkan laporan khusus dari Kedutaan Besar AS di JakartaWikiLeaks memang mengklaim memiliki 251.287 bocoran memo diplomatik AS dan hingga kini baru mengunggah 821 dokumen
"Menurut indeks, mereka memang memiliki 3.059 laporan dari Kedubes AS di Jakarta dari November 1990 hingga Februari 2010 tapi kan belum semua dipublish," kata Tifatul
Secara terpisah, Kemenlu RI belum berencana memanggil Duta Besar AS di Jakarta untuk menjelaskan kebocoran dokumen tersebut diWikiLeaksKemenlu hanya akan memonitor perkembangan isu ini sampai pada batas-batas yang memerlukan diambil tindakan preventif untuk mencegah melebarnnya isu.
"Kami tidak berencana memanggil Dubes AS karena pada hakikatnya masalah ini harus ditangani sendiri oleh mereka," ujar Jubir Kemenlu Michael TeneDi bagian lain, Polri menanggapi bocoran informasi Wikileaks soal rencana balasan teroris setelah kematian Imam Samudera dengan tenang"Selama ini operasi anti terorisme terus berjalan, jadi setiap ancaman pasti sudah dianalisa," ujar Kabidpenum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar kemarin (05/12).
Mantan Kanit Negosiasi Subden Penindak Densus 88 itu meminta publik tidak cemas dengan informasi Wikileaks"Tentu dengan kewaspadaan bersama itu (teror) akan bisa dicegah," katanya.(zul/rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Siapkan Klarifikasi Wikileaks
Redaktur : Tim Redaksi