JAKARTA- Calon presiden (capres) dari Partai Indonesia Sejahtera (PIS), Sutiyoso, menegaskan bahwa pemerintah saat ini telah menelantarkan para pengungsi di perbatasan Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Masalah ini tidak bisa dibiarkan lebih lama karena sangat berpotensi mengancam keutuhan NKRI," tegas Sutiyoso, dalam siaran persnya yang disampaikan melalui Sutiyoso Center Jakarta, Senin (10/11), usai meninjau pengungsi di Atambua dan memperingati Hari Pahlawan.
Dahulu, lanjutnya, mereka ikut berjuang dengan kita, sekarang mereka ditelantarkanPerasaan ini sangat bisa saya pahami seperti halnya saya yang suka miris jika mengingat perjuangan tentara kita di sana dahulu yang kini harus rela menerima bahwa perjuangan itu menjadi sia-sia.
"Saya berharap pemerintah dapat melakukan sesuatu untuk mereka, guna meminimalisir kekecewaan demi kekecewaan yang mereka alami," pinta Sutiyoso.
Dirinya mengaku prihatin dengan kondisi para pengungsi eks Tim Tim yang hidup dalam kesulitan
BACA JUGA: Film PKI Ampuh Cegah Makar
Dia juga mencatat beberapa masalah yang ditemuinya saat berkunjung kesana, antara lain soal pendidikan yang masih sangat memprihatinkanBACA JUGA: Persoalkan Prosedur, TPM Bentuk TPF
Sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan masih minim.”Masalah pendidikan di Kabupaten Belu cukup memprihatinkan
BACA JUGA: Noordin Top Diusut Terus
Jumlah anak-anak eks pengungsi yang mencapai sekitar 1.000 orang tidak sebanding dengan prasarana yang disiapkan,” ujar Bang Yos.Kedua, status pengungsi yang sudah dicabut oleh pemerintah menyebabkan bantuan dihentikan”Jumlah pengungsi yang besar sekitar 16 ribu harus menjadi perhatian kita semua,” tambahnya.
Ketiga, masalah ketahanan pangan”Sumberdaya tersebut belum dikelola secara optimal untuk kesejahteraan rakyat NTT sehingga kelaparan dan kemiskinan masih dialami oleh sebagian rakyat NTT saat ini,” kata Bang Yos.
Padahal NTT memiliki aneka sumber daya, antara lain: lahan kering, lebak, lahan pasang surut, pantai dan lahan tadah hujan, aneka pangan nabati dan hewani yang tersebar di laut, danau, hutan dan ekosistem lainnya, imbuh mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Dia merinci, kekeringan dan hujan memang hal yang menakutkanDi NTT terdapat 40 sungai dengan panjang 25-118 kilometer, seperti Sungai Benanain dan Sungai Noelmina di Pulau TimorSungai-sungai itu hanya mengalir pada musim hujan bahkan bisa menyebabkan banjirSebaliknya memasuki kemarau, air sungai mengering.
Kelima, belum optimalnya pengelolaan potensi kelautan di NTTPropinsi NTT dijuluki dengan propinsi 1000 pulau karena banyaknya pulau-pulau besar dan kecil (yang sudah didiami maupun belum didiami), namun masyarakat belum berdaya dengan sumber daya kelautan yang dimilikinya.
Padahal, lanjut Sutiyoso, ikan tuna bisa jadi komoditas unggulan NTTIndonesia adalah negara pemasok ikan tuna terbesar ke Jepang dan merupakan komoditas ekspor terbesar kedua setelah udang.Total ekspor ikan tuna dari Indonesia mencapai 200 ribu ton/tahun.
Dari masalah yang ditemui Sutiyoso selama mengunjungi NTT ini, ia mengajak semua pihak memikirkan serius nasib pulau yang menjadi batas wilayah negaraIa juga menandaskan agar perhatian pemerintah ke depan harus merata di semua daerah.
”Pulau di perbatasan itu seperti rakyat tanpa bernegaraAda rakyat, ada wilayah tapi seperti tak memiliki pemerintah yang melayani rakyatSentralisme pembangunan di Indonesia bagian Barat harus didistribusikan ke TimurAgar kecemburuan antar daerah berkurang,” ucapnya(Fas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rekanan Damkar Jabar Ditahan
Redaktur : Tim Redaksi