Pemerintah Tidak Berencana Tambah Jatah BBM

Selasa, 26 Agustus 2014 – 11:05 WIB
TUNGGU GILIRAN: Antrean jeriken di SPBU Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat. Oetoyo/Radar Indramayu/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Meskipun marak antrean panjang di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), pemerintah tidak berencana menambah kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, pemerintah tidak akan menganulir kebijakan pengendalian BBM bersubsidi di beberapa wilayah.

Jero menjelaskan, penambahan kuota BBM bersubsidi hanya akan menambah berat beban keuangan negara. ”Mestinya tidak ada kenaikan kuota. Karena sudah disepakati tidak ada tambahan,” katanya di Jakarta, Senin (25/8).

BACA JUGA: Warga Pusing Kelilingi SPBU

Dalam APBN Perubahan 2014, kuota BBM bersubsidi ditetapkan 46 juta kiloliter (kl) atau berkurang 2 juta kl dibanding jatah di APBN 2014 sebesar 48 juta kl. Jero menuntut kesadaran masyarakat, terutama dari kalangan mampu, agar tidak membeli BBM bersubsidi. Dia mengimbau pemilik mobil pribadi tidak membeli premium atau solar bersubsidi.

”Orang-orang yang menengah ke atas jangan ikut antre premium atau solar bersubsidi. Ini kan sebenarnya jatah angkot. Orang kaya yang tetap menggunakan BBM bersubsidi berarti tidak punya empati terhadap masyarakat miskin dan kendaraan umum,” tuturnya.

BACA JUGA: Industri Otomotif Siap Hadapi AEC 2015

Politikus Partai Demokrat itu tak menampik bahwa antrean pembelian BBM di SPBU memang merupakan dampak kebijakan pengendalian penggunaan BBM bersubsidi.

Sementara itu, Vice President Corporate Communication PT Pertamina Ali Mundakir mengatakan, pihaknya memangkas alokasi harian BBM bersubsidi di SPBU karena jatah yang semakin menipis. Saat ini pasokan premium tinggal 10 juta kl atau 29 persen dari total kuota. Sedangkan solar hanya tinggal 5,5 juta kl atau 33 persen dari total kuota. ”Itu harus dibagi 140 hari yang tersisa untuk lima ribu SPBU di seluruh Indonesia,” katanya.

BACA JUGA: Pemerintah Tidak Berencana Tambah Jatah BBM

Karena itu, Pertamina harus mengerem penyaluran BBM bersubsidi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Terutama wilayah yang cenderung konsumtif. Misalnya wilayah barat dari Pulau Jawa hingga Sumatera. Untuk solar, total pengurangan penyalurannya mencapai 20 persen. Sedangkan premium dikurangi sekitar 5–10 persen.

Hingga kemarin antrean panjang masih terjadi di sejumlah SPBU. Terutama di sejumlah kota di jalur utama pantai utara (pantura) Jawa. Selain premium, solar juga mulai susah didapat. Sebagaimana yang kemarin terjadi di SPBU Kanci, Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat. Radar Cirebon (Jawa Pos Group) melaporkan, di SPBU itu stok premium sudah habis mulai Senin kemarin pukul 08.00. Sedangkan solar habis sejak pukul 10.00.

Romahon, operator SPBU Kanci, mengatakan bahwa jatah dua kali pengiriman yang masing-masing 8 ribu liter tidak mencukupi. ”Antrean di SPBU ini sampai ke jalan raya sejak siang hingga malam kemarin,” ucapnya.

Wawan, salah seorang sopir truk tujuan Jakarta, mengaku kecewa atas kelangkaan solar di banyak SPBU. ”Saya sangat sayangkan kejadian ini. Pemerintah hendaknya memperhatikan nasib rakyatnya,” cetus dia.

Antrean panjang bahkan juga terjadi di SPBU Limbangan, Indramayu, Jawa Barat. Ironisnya, SPBU tersebut terletak hanya sekitar 1 kilometer dari Kilang Balongan. Di sana terlihat antrean jeriken milik warga yang memanjang.

Sejumlah warga mengaku sudah antre mulai pagi, namun hingga sore belum juga mendapatkan premium. Dari pihak SPBU belum ada kepastian kapan BBM datang. ”Ini apa-apaan sih? Masak saya sejak pagi sudah antre di sini, tapi sampai sekarang belum juga dapat bensin? Padahal, kita kan dekat dengan kilang Pertamina,” omel Karnika, warga Desa Lombang, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu.

Selain Karnika, ratusan warga lainnya mengalami hal yang sama. Mereka kebanyakan adalah warga yang membawa jeriken dan ingin membeli premium untuk dijual eceran. Selain itu, ada yang membeli untuk keperluan kendaraan sendiri seperti sepeda motor.

Di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, stok BBM juga belum normal. Di SPBU Kadugede, misalnya, kemarin premium dan pertamax sudah habis pukul 10.15. Begitu juga halnya di SPBU Kuningan Rest Area. Semuanya kosong. SPBU yang buka tampak dipadati pengendara, yakni SPBU Ciloa, Cijoho, Manis, dan Caraacas.

Antrean panjang tak terelakkan meski panas menyengat. Rata-rata dibutuhkan waktu dua jam lebih untuk memperoleh bensin. Begitu juga pertamax. Banyak warga yang tidak kebagian dan terpaksa harus kecewa.

Tidak sedikit kendaraan, khususnya motor, yang terpaksa didorong karena kehabisan bensin. Di tengah antrean panjang di tiap SPBU, banyak warga yang bebas membeli dengan jeriken. Kondisi itu dikeluhkan pengendara yang antre berjam-jam. Pihak SPBU beralasan memberikan jatah jeriken karena banyak motor yang kehabisan bensin di tengah jalan.

Di Sumatera, kelangkaan BBM juga terjadi di sejumlah tempat. Salah satunya di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Padang Ekspres (Jawa Pos Group) melaporkan, hampir semua SPBU dan kios eceran di wilayah Pasaman tidak lagi memiliki stok BBM yang mencukupi. Elly, 30, seorang warga yang ditemui sedang mendorong motornya karena kehabisan bensin, menyatakan sangat kesulitan untuk mendapatkan BBM.

”Waktu berangkat dari rumah tadi, saya mau mengisi bensin di kios pengecer karena sejak kemarin memang tidak ada stok di SPBU. Tapi, nyatanya hampir seluruh kios yang saya lewati di perjalanan sudah tidak menjual bensin lagi,” ujarnya. Di Pasaman bensin eceran sudah dijual dengan harga Rp 15 ribu per liter. (wn/rif/JPNN/bil/c9/sof)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kebut 15 Proyek Sebelum Lengser


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler