Pemilih di Pilgub Sulsel Bereaksi Negatif ke Politik Dinasti

Senin, 12 Maret 2018 – 04:24 WIB
Pilkada. Ilustrasi: dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Para pemilih di Sulawesi Selatan (Sulsel) ternyata tak begitu sreg dengan politik dinasti pada pemiluhan gubernur kali ini. Itulah temuan Sinergi Data Indonesia (SDI) dari survei tentang elektabilitas pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur Sulsel.

Ada empat pasangan calon yang akan bersaing pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsesl 2018. Yakni Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar, Nurdin Halid-Aziz Kahar Mudzakkar, Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman dan Agus Arifin Nu’mang-Tanri Bali Lamo.

BACA JUGA: Hasil Survei Terbaru: Elektabilitas Gerindra, Wouw!

Berdasar survei SDI selama 14-20 Februari 2018 terhadap 1.000 responden di 24 kabupaten/kota di Sulsel, duet Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) memiliki elektabilitas tertinggi. Angkanya mencapai 27,5 persen.

Sedangkan duet Nurdin Halid-Aziz Kahar Mudzakkar memiliki elektabilitas 24,80 persen. Selanjutnya ada duet Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman dengan elektabilitas 21,20 persen.

BACA JUGA: Selalu Jadi Sorotan, Anies Berpeluang Jadi Kuda Hitam

Di posisi juru kunci ada Agus Arifin Nu’mang-Tanri Bali Lamo dengan elektabilitas 8,9 persen. “Yang masih belum memutuskan 17,60 persen,” ujar Direktur Eksekutif SDI Barkah Pattimahu dalam paparan hasil surveinya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (11/3).

Menurut Barkah, elektabilitas IYL-Cakka tak sekokoh saat survei SDI pada Desember 2017. Tiga bulan lalu, duet yang maju melalui jalur independen itu memiliki elektabilitas 30,30 persen

BACA JUGA: Mengeluarkan Tisu, Ichsan Yasin Limpo Menyeka Air Matanya

“Dengan demikian suara pasangan ini mengalami penurunan pada survei Februari 2018,” sebutnya.

Barkah menduga penurunan elektabilitas IYL-Cakka sebagai bentuk penolakan publik atas politik kekerabatan atau dinasti di Sulsel. Menurutnya, SDI pernah menggelar survei nasional untuk mengukur tingkat persetujuan publik atas politik kekerabatan.

“Lebih dari separuh responden atau 62,29 persen tidak menyetujui politik kekerabatan/dinasti. Hanya 23,49 persen yang menyatakan setuju,” sebutnya.

Sebaliknya, SDI menemukan adanya penambahan dukungan signifikan pada duet Nurdin Halid-Aziz Kahar Mudzakkar yang diusung koalisi Partai Golkar, Nasdem, Hanura, PKB dan PKPI. Elektabilitas Nurdin-Aziz naik dari 22,30 persen pada survei SDI Desember 2017 menjadi 24,8 persen.

Pasangan Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman juga mengalami kenaikan elektabilitas dari 20 persen pada Desember 2017 menjadi 21,2 persen. Sedangkan duet Agus Arifin Numang-Tanri Bali Lamo naik tipis dari 8,1 persen pada survei Desember 2017 menjadi 8,9 persen.

Barkah mengungkapkan, masyarakat Sulsel masih terbuka bagi figur yang pernah tersandung kasus hukum. Bahkan 40,9 persen responden SDI masih memberi kesempatan pada figur-figur yang pernah bermasalah secara hukum untuk menjadi pemimpin.

“Dan sebanyak 42,70 persen responden menyatakan tidak dapat memberi kesempatan (kepada figur bermasalah hukum untuk memimpin, red),” sambung Barkah.

Lebih lanjut Barkah menjelaskan, survei SDI juga mengungkap 50,6 persen responden di Sulsel merupakan pemilih rasional. Sedangkan 26,40 persen responden merupakan pemilih sosiologis dan 19,2 persen responden tergolong pemilih psikologis.

Menurut Barkah, angka swing voters di Sulsel mencapai 47,3 persen. Lebih dari separuh atau sekitar 54 persen dari swing voters di Sulsel adalah pemilih rasional.

Barkah memprediksi duet Nurdin Halid-Aziz Kahar Mudzakkar dan Nurdin Abdullah- Andi Sudirman Sulaiman berpeluang memenangi Pilgub Sulsel jika bisa menarik dukungan pemilih rasional. “Siapakah yang mampu memengaruhi pemilih rasional dengan visi, misi serta program yang tepat akan berhasil memenangi pertarungan di Sulsel,” pungkasnya.(jpg/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hasil Survei Populi Center Sungguh Mengejutkan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler