jpnn.com - JAKARTA – Komisi Pemilihan Umum (KPU) melarang pemilih membawa telepon genggam yang memiliki kamera ke dalam bilik suara pada pemilihan presiden, Rabu (9/7).
Komisioner KPU, Sigit Pamungkas, menjelaskan, larangan ini bertujuan menghindari politik uang. Karena selama ini, diduga politik uang mensyaratkan kepada pemilih mendokumentasikan pilihannya sebagai bukti dan setelah ada bukti, baru mereka memeroleh bayaran.
BACA JUGA: Dorong KJRI Beri Lagi Kesempatan WNI di Hongkong Gunakan Hak Pilih
“Intinya soal HP (handphone), kamera tidak boleh dibawa (ke dalam bilik). Atau sesuatu lain yang bisa menunjukkan bisa mendokumentasikan aktivitas pencoblosan di bilik suara,” ujarnya di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (8/7).
Karena itu terhadap petugas kelompok panitia pemungutan suara (KPPS) maupun pemilih, dapat benar-benar memerhatikan hal ini. Agar pemilu yang diinginkan bersama, dapat berjalan dengan baik. “Mereka (pemilih) bisa menitipkan barang-barang ke petugas,” katanya.
BACA JUGA: Jokowi-JK Aktifkan Tim Kawal
Untuk mengantisipasi kecurangan, menurut Sigit, KPU juga masih memberlakukan pola penggunggahan formulir hasil berita acara pemilihan atau C1 yang nantinya dipublikasikan lewat laman resmi KPU. Artinya setelah dilakukan penghitungan di TPS dan disaksikan semua pihak, kemudian di tingkat panitia pemungutan suara (PPS) di kelurahan/desa, juga formulir C1 plano dibuka kembali. Dan setelah data dikirim ke KPU Kabupaten/kota, barulah kemudian discan.
“Formulir C1 dari TPS ke KPU kabupaten/kota itu langsung discan. Jadi bisa dilihat hasil per TPS sebagai data pembanding. Tapi yang otenik C1 berhologram dan itu dikumpulkan tiap tahapan. Nah dengan cara ini kita harapkan dapat meminimalisir tindak kecurangan,” katanya.
BACA JUGA: Distribusi Logistik Pilpres Seberangi Sungai, Dibantu Kuda dan Sapi
Selain itu, lanjutnya, saksi masing-masing pasangan calon juga akan memeroleh salinan hasil pemungutan di masing-masing TPS.
Dengan berbagai metode pengamanan yang dilakukan, Sigit berharap proses pemilihan presiden 2014 dapat berjalan dengan baik.
“Beberapa metode kita upayakan guna membuat hasil pemilu transparan. Ini untuk mengantisipasi manipulasi suara. Terlepas dari sistem yang dibuat KPU, yang penting partisipasi pemilih yang kawal proses berjenjang. Jangan sampai mereka memersoalkan di belakang hari, padahal mereka punya kesempatan kawal itu dari tiap jenjang,” katanya.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingatkan Pendukung Jokowi-JK Proaktif Tanyakan Surat Undangan Pemilihan
Redaktur : Tim Redaksi