MATARAM - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online dan program Bina Lingkungan (BL) membuat sekolah-sekolah swasta di Kota Mataram menjeritPersoalan yang terjadi tahun lalu kembali terulang
BACA JUGA: Nuh Akui Bea Masuk PTN Hingga Rp200 Juta
Jumlah siswa yang masuk sekolah menengah swasta tahun ini merosot drastisKetua Forum Komunikasi Sekolah Menengah Swasta (FKSMS) Muhiddin mengatakan, berdasarkan laporan para kepala sekolah menengah swasta, jumlah siswa mereka tahun ini memang menurun drastis
BACA JUGA: Hindari Lego Kursi Kosong, Stop Pendaftaran!
‘’Jumlahnya sangat-sangat merosotProgram Bina Lingkungan (BL) kata Muhiddin, membuat semua sekolah swasta gigit jari
BACA JUGA: 28 Negara Ikut Kontes Matematika di Bali
Pasalnya, penerapannya tidak sesuai dengan aturan sesungguhnyaDimana, niat awal penerapan BL agar bisa mengakomodir siswa dari sekitar sekolahKenyataannya, banyak siswa yang masuk tidak dari sekitar sekolah‘’Silakan saja dikroscek di beberapa sekolah di MataramAda beberapa sekolah yang terima BL, tapi siswanya dari luar Kota Mataram,’’ terangnya.Dalam waktu dekat, kata Muhiddin, seluruh anggota FKSMS akan membahas dan mengvaluasi jumlah siswa mereka secara keseluruhanPertemuan itu nantinya untuk mengetahui secara riil jumlah siswa yang seharusnya masuk di sekolah, tapi dibajak karena adanya BL‘’Kran BL yang dibuka terlalu lebar, membuat kita yang ada di swasta semakin terjepit,’’ bebernya.
Sementara itu, sekolah-sekolah favorit menerima siswa melebihi kuota berdasarkan petunjuk teknis (juknis) PPDBSeperti SMAN 2 Mataram, yang seharusnya menerima 256 siswa yang terbagi dalam delapan kelas, menerima 384 siswa atau 12 kelasBegitu pula SMAN 7 Mataram yang menerima 224 siswa yang terbagi menjadi tujuh kelasNamun adanya BL membuat jumlah siswa membengkak sampai 13 kelas atau kurang lebih 416 siswa.
"Kalau dibilang karena mutu dan kualitas, kami tidak sepakatDari sisi kelulusan saat UN pun tidak kalahIni yang nantinya ingin kita sampaikan kepada pemerintah,’’ tambah Muhiddin.
Sementara itu Ketua DPRD Kota Mataram Muhamad Zaini mengungkapkan, memang masalah BL ini menjadi dilema tersendiriDi satu sisi, Kota Mataram telah menerapkan wajib belajar (wajar) 12 tahun, sehingga kewajiban semua sekolah menerima siswaDi sisi lain, masyarakat masih memandang sebelah mata sekolah swastaIni tak lepas dari mutu pendidikan maupun bangunan sekolah‘’Menjadi kewajiban semua sekolah negeri untuk menerimaApalagi ada sejumlah anak yang tak mau sekolah selain di sekolah negeri,’’ katanya.
Politisi Partai Demokrat ini menegaskan, sistem PPDB online yang diberlakukan di Kota Mataram memang sudah bagusTapi akibat adanya BL yang kurang sesuai dengan hajat awalnya, memunculkan persoalan tersendiri‘’Stigma masyarakat dari tahun ke tahun, saat PPDB selalu menyerbu sekolah favorit,’’ tambahnya(feb/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... CISV Jalin Persahabatan RI-Prancis Lewat Remaja
Redaktur : Tim Redaksi