jpnn.com - KESAMBI - Stok elpiji bersubsidi kemasan 3 kg belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Setiap hari selalu saja terjadi kekurangan elpiji sehingga menyulitkan warga untuk memasak.
Masalah ini timbul karena tidak adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah. Terutama kepada para pelaku industri menengah yang disinyalir kerap mengunakan elpiji bersubsidi.
BACA JUGA: Kalsel Siap Jadi Daerah Industri
Kabag Perekonomian Pemkot Cirebon, Drs Agus Mulyadi MSi mengakui belum ada tindakan yang tegas terhadap pelaku industri yang menggunakan elpiji bersubsidi.
"Kemarin kami sudah rapatkan dengan Hiswanamigas, Pertamina dan Disperindag dan Sat POl PP. Memang belum ada pengawasan untuk ini, kami hanya bisa mengajukan tambahan stok elpiji ke pertamina," ujarnya kepada Radar kemarin.
BACA JUGA: Naskah Soal US Tak Dijaga
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM, elpiji bersubsidi dilarang dikonsumsi oleh pelaku industri menengah ke atas. Peraturan ini mucul adanya program konversi minyak tanah ke gas.
Namun, aturan ini tidak berjalan karena minimnya pengawasan di lapangan. Sehingga terjadilah permasalah kekurangan elpiji di masyarakat.
BACA JUGA: Diduga Putus Cinta, Siswa SMK Gantung Diri
Agus menyebutkan pihaknya saat ini masih menunggu kesepakat dengan yang lainnya. Karena pengawasan distribusi elpiji bukan hanya tanggungjawab pemerintah.
Tetapi juga melibatkan Pertamina, Hiswanamigas dan juga disperindag. Selanjutnya, Agus menilai bahwa kelangkaan elpiji di masyarakat juga karena adanya disparitas harga yang terlalu jauh dengan gas kemasan 12 dan 15 kg maupun produk ease gas. (jml)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemkot Bakal Beli Rumah Tempat Lahir Bung Karno
Redaktur : Tim Redaksi