jpnn.com - jpnn.com - Pasangan yang sedang dimabuk asmara, Sofyan Lohodandel, 28, dan Martha Bate, 82, tak menghiraukan cibiran orang.
Cinta menautkan hati mereka dalam ikatan pernikahan. Keduanya tampak bahagia meski beda usia 54 tahun.
BACA JUGA: Kakek Karmidan Viral di FB, Dagangan jadi Laris Manis
JESIKA TAMBAJONG, Minahasa Selatan
Pemberkatan pernikahan Sofyan-Martha berlangsung di Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Horeb Lelema, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, Sabtu (18/2).
BACA JUGA: Kamari, si Penemu 1.001 Mayat
Pemberkatan dipimpin Pendeta Port Ropa dengan disaksikan keluarga kedua mempelai dan tokoh masyarakat setempat.
Tampak, antara lain, ibunda Sofyan, Magdalena Matahang, beserta sanak saudaranya dari desa. Ayahanda Sofyan juga hadir bersama keluarganya, tapi hanya sebentar.
BACA JUGA: Bu Endang, Istri Bupati Katingan yang Cantik dan Tegar
Ayah-ibu Sofyan memang sudah lama bercerai. Ayah Sofyan lalu berkeluarga lagi dan tinggal di kota lain.
Sementara itu, sang mama tetap tinggal di Pulau Mantehage, Kecamatan Likupang, Minahasa Utara.
Jaraknya sekitar 2 jam 30 menit jalan darat plus 45 menit naik perahu untuk menuju rumah mempelai perempuan di Minahasa Selatan. Saat acara pemberkatan kemarin, keluarga Sofyan datang berombongan dengan dua minibus.
Bagaimana dengan keluarga Martha? Perempuan yang lebih tepat dipanggil nenek itu sudah tidak punya siapa-siapa lagi di rumah.
Suaminya sudah lama meninggal dunia. Sedangkan dua anaknya kini tinggal di luar negeri. Si sulung, Mike Bate, menetap di Jerman bersama keluarganya.
Sementara itu, James Bate bekerja di Arab Saudi. Mereka tak sempat datang dalam upacara pemberkatan pernikahan sang mama Sabtu lalu.
’’Tapi, anak-anak Mama semua setuju kok Mama nikah lagi. Mereka merestui,’’ ujar Martha saat ditemui Manado Post (Jawa Pos Group) di rumahnya, Lingkungan IV, Desa Lelema, Kecamatan Tumpuan, Minahasa Selatan, kemarin (20/2).
Dalam upacara pemberkatan itu, keluarga Martha diwakili sanak saudaranya sebagai saksi.
’’Jadi, intinya, kedua keluarga kami merestui perkawinan saya sama Papa Sofyan,’’ tambah Martha yang tampak sudah terbiasa menggunakan panggilan mama-papa antara dirinya dan sang suami, Sofyan.
Upacara itu pun berlangsung khidmat meski hanya dihadiri keluarga dekat kedua mempelai. Tak ada acara khusus setelah itu.
Begitu upacara di gereja selesai, pengantin pulang ke rumah Martha yang sederhana. Di tempat itulah, pengantin baru tersebut kini tinggal.
Sebelumnya, saat pacaran, Sofyan harus menempuh perjalanan darat selama 3,5 jam untuk menuju rumah Martha di Lelema.
Waktu itu Sofyan masih tinggal di Kotamobagu. Dia bekerja di bengkel motor di kota tersebut. Namun, sejak tiga bulan silam, dia memutuskan tinggal di rumah Martha.
Sejak itu, Sofyan yang masih perjaka hidup satu rumah dengan pacarnya, Martha, yang sudah nenek-nenek dan tinggal sendirian.
Meski begitu, lama-kelamaan keduanya jadi merasa tidak enak dengan pandangan para tetangga sekitar.
’’Tiga minggu lalu Papa Sofyan mengajak Mama kawin. Awalnya Mama kaget. Tapi, setelah kami pikir berdua, akhirnya jadilah kami menikah di gereja kemarin itu,’’ ujar Martha yang selama ini hidup dari kiriman uang kedua anaknya yang tinggal di luar negeri.
Sofyan yang datang belakangan tampak malu-malu saat mendampingi istrinya. Dia mengakui bahwa sebelumnya pernikahan mereka sempat ditentang keluarga kedua mempelai.
Namun, setelah diyakinkan bahwa dirinya betul-betul mencintai Martha, kedua keluarga akhirnya merestui.
’’Meskipun usia kami beda cukup jauh, saya tulus mencintai Martha. Maka, rencana pernikahan kami pun sempat ditentang keluarga. Banyak yang tidak setuju,’’ ujarnya.
Sofyan kemudian menceritakan awal mula pertemuan ’’fenomenal’’-nya dengan Martha. Menurut dia, semua bermula dari sambungan telepon Martha yang nyasar ke nomor handphone Sofyan setahun lalu.
’’Waktu itu saya masih bekerja di bengkel di Kotamobagu,’’ cerita pria yang mengaku sebelumnya masih lajang itu.
’’Semenjak kenal tak sengaja itu, saya sering bolak-balik Kotamobagu–Lelema, berjumpa dengannya. Dan, bulan November (tahun) lalu, saya memutuskan untuk tinggal di Lelema dan kemudian menikahinya kemarin,’’ lanjut Sofyan.
Meski direstui kedua keluarga, proses pernikahan mereka sempat terhalang. Pasalnya, masih ada pihak-pihak yang tidak setuju mereka menjalin hubungan rumah tangga.
Salah satunya perangkat desa asal Sofyan di Pulau Mantehage, Minahasa Utara. Karena itu, hingga kemarin, pernikahan mereka belum tercatat di Kantor Catatan Sipil Minahasa Selatan, tempat pemberkatan pasangan yang menghebohkan media sosial itu.
’’Sampai saat ini surat pengantar dari desa saya belum ditandatangani kepala desa. Tapi, kami berdua tetap berkomitmen untuk menikah karena kami saling mencintai,’’ tegas Sofyan sambil melirik istrinya.
Saat ditanya soal pengalaman malam pertama mereka, Sofyan maupun Martha hanya tersenyum malu. Keduanya tak mau menjawab. ’’Itu rahasia kami,’’ ungkap Martha diiringi tawa.
Begitu pula ketika wartawan menanyakan keinginan pasangan itu untuk memiliki momongan, keduanya tampak malu-malu untuk menjawab. Mereka hanya saling pandang.
Yang jelas, Neng –sapaan akrab Martha– mengaku sangat bersyukur karena bisa mendapatkan suami seperti Sofyan.
’’Saya sering berdoa kepada Tuhan kalau butuh teman. Sudah 10 tahun saya hidup sendiri. Saya kesepian. Kemudian, Tuhan menjawab doa saya dengan memberikan Sofyan sebagai jodoh dan anugerah terindah,’’ ungkap perempuan yang 31 Maret nanti genap berusia 82 tahun itu.
Sebelumnya, kata Martha, sebenarnya ada beberapa pria yang mendekati dirinya. Namun, dia lebih memilih Sofyan.
’’Saya lebih nyaman dan sudah jatuh cinta dengan Papa Sofyan,’’ tuturnya.
Sambil tertawa, Martha juga membantah rumor bahwa keluarganya tidak setuju dengan pernikahan mereka.
’’Tadi James (anak kedua, Red) menelepon saya. Pertama, dia tanya kabar saya. Mami sehat? Kemudian katanya, Mami hebat. Mantap. Saya kaget, tapi juga bahagia. Ternyata mereka berdua mendukung pernikahan saya dan Papa (Sofyan, Red),’’ ujarnya.
Sementara itu, Magdalena Matahang, ibunda Sofyan, menyatakan bahagia atas pernikahan putra ketiganya tersebut.
Magda, sapaan akrabnya, kemarin mendampingi kedua mempelai saat wawancara berlangsung. Dia lebih banyak diam dan sesekali tersenyum.
’’Saya bahagia. Sangat bahagia. Pertama kali Sofyan menunjukkan calon istrinya, saya hanya katakan, terserah karena itu pilihanmu. Bukan kami yang pilih dan jalani,’’ ungkapnya.
Oscar, kakak laki-laki Sofyan, pun mengaku senang dan bersukacita. ’’Kami sekeluarga bahagia. Sekalipun orang berkata apa, kami tetap menerima semua,’’ katanya.
Di lain pihak, salah satu tetangga Martha yang enggan namanya ditulis menyatakan, pernikahan pasangan tersebut memang belum mendapat persetujuan dari pemerintah.
’’Pasangan tersebut baru menikah secara gereja. Proses surat lainnya masih tertahan di Dinas Catatan Sipil Minsel,’’ terangnya.
Di tempat terpisah, Kepala Bagian Hukum Desa Lelema Tirza Tumober SE saat dimintai konfirmasi membenarkan adanya pernikahan pasangan tersebut.
’’Memang benar, Sofyan dan Martha sudah menjalani pemberkatan nikah di GPDI Horeb. Namun, pemerintah belum mengesahkan karena masih ada berkas yang harus dilengkapi. Pengantin pria adalah pendatang. Kami belum tahu asal usul yang bersangkutan. Belum terlalu jelas statusnya, apakah masih bujang atau sudah menikah sebelumnya,’’ tandas dia. (*/c10/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kiat Parimin agar Sukses Berjualan Bakso
Redaktur : Tim Redaksi