Pemulangan Jenazah Camara Kembali Tertunda

Berharap PT LI Juga Berbenah

Rabu, 31 Juli 2013 – 08:46 WIB

jpnn.com - JAKARTA-Jenazah pemain asing klub Pelita Bandung Raya (PBR) Abdoulaye Sekou Camara kembali gagal diberangkat ke Mali, kemarin (30/7). Masalah dokumen dan pengurusan cargo di Negara lain yang rumit,  menyebabkan dia baru bisa Kamis (1/8) dini hari baru diterbangkan ke negaranya, Mali.

 

BACA JUGA: PSSI Segera Lunasi Riedl

Karena masalah ini ini pula, jenazah Camara yang sudah dibawa dari Bandung pada Senin (29/7) lalu, terpaksa tidak dibawa ke Bandara. Jenazah sampai tadi malam masih berada di rumah duka RS Harapan Kita, Jakarta.

 

BACA JUGA: Dari Fabregas ke Modric

Direktur PT Kreasi Performa Pasundan, pengelola PBR, Marco Gracia Paulo menjelaskan bahwa dia sedikit terkendala dengan rute penerbangan dan cargo.

"Ada masalah kecil yang membuat tertunda. Kami terus usahakan secepatnya. Karena itu masih kami tempatkan disini sampai ada kepastian cargo berangkat," ucap Marco.

BACA JUGA: Bayar Sisa Dua Bulan Gaji

Menurut dia, yang membuat sulit adalah karena tidak ada pendamping jenazah untuk dipulangkan ke Mali. Dengan begitu, dia harus memastikan bahwa saat melalui beberap Negara, cargo bisa lancar dan tidak terhambat.

Setelah kembali melakukan diskusi dengan perwakilan agen Camara, Mohtar, di rumah duka RS Harapan Kita, kemarin, akhirnya disepakati ada pendamping jenazah. Perwakilan dari agen memutuskan jenazah akan didampingi oleh Lamene Keita

"Jenazah besok (pagi ini, Red) diterbangkan ke Kuala Lumpur, Malaysia. Disana transit sampai  Kamis dini hari baru terbang ke Ethiopia. Transit disana, langsung ke Bamako, Mali. Perkiraan sampai Jumat (2/8)," terang Marco.
        
PBR Ingin Regulasi Tegas

Kejadian yang menimpa pemainnya disadari oleh PBR sebagai kekurangan klub. Untuk itu, manajemen klub akan berkomitmen melengkapi diri dengan semua standar kesehatan, baik dari perlengkapan maupun SDM-nya.

Tidak danya dokter tim membuat PBR sadar bahwa mereka tidak boleh sepotong-sepotong ada dalam tim. Untuk itu, dia siap menerapkan kebijakan bahwa dokter tim tak hanya mendampingi saat peratbdingan, tapi juga saat latihan resmi.

"Kami juga akan membeli alat resusitasi jantung itu. Dari Juni lalu kami juga sudah mulai melengkapi peralatan fisioterapis," ucapnya.

PBR berharap, PT Liga Indonesia (PT LI) sebagai regulator kompetisi juga menerapkan aturan yang tegas. Marco sadar jika itu memang dibutuhkan untuk terus meperbaiki sepak bola Indonesia ke depan sehingga standar kompetisi dan klub juga ikut naik, tidak stagnan.

Regulasi itu menurutnya juga dibarengi dengan kerja sama PSSI-PT LI agar keterlaksanaan regulasi itu terjamin.

"Ada tim yang mengawasi, apakah regulasi soal stadnar kesehatan itu terlaksana. Jangan hanya lihat pertandingan, tapi faktor pelengkapnya sesuai standar FIFA juga dipenuhi," tegas dia.

Niat PSSI dan operator kompetisi untuk lebih tegas dan menerapkan licensing club yang tinggi harus dibuktikan. Karena itu, PBR terus berbenah agar standar verifikasi klub untuk ikut kompetisi ISL musim depan bisa tercapai.

"Buat apa Dapat license kalau sebenanrya tidak bisa. Kalau kami tidak lolos licensing, ya jangan diloloskan. Jangan dipaksakan. Demikian juga dengan klub lain. Itu kalau kita memang ingin sepak bola maju," tandasnya. (aam)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Banderol Bakal Bicara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler