jpnn.com - jpnn.com - Sejarah koridor Jalan Panggung di Kampung Pecinan, Surabaya, Jawa Timur sebagai pusat perdagangan dan pemukiman tidak hanya bisa dilihat dari letaknya yang berada di dekat sungai Kalimas.
Namun bukti lain juga terletak pada bangunan yang ada di samping kanan dan kiri jalan ini.
BACA JUGA: Surabaya Abadi Dalam Kepingan Masa Lampau
Deretan bangunan khas Tionghoa berdiri megah di jalan tersebut.
Yuan Abadi - Radar Surabaya
BACA JUGA: Depo Kereta Sidopo, Bangunan Khas Belanda Dibangun 1928
Bukti bangunan megah tersebut masih bisa kita nikmati hingga saat ini.
Jika berjalan di sepanjang Jalan Panggung, kita masih bisa menemukan deretan bangunan lawas yang masih utuh terawat.
BACA JUGA: Tata PKL, Perbanyak Sentra Kuliner
Meski ada beberapa bangunan megah yang terlihat sudah kusam dan hanya digunakan sebagai gudang.
Hanya saja elemen-elemen koridor khas Pecinan seperti bentuk dan fasade bangunan, pola ruang, dan ornamen arsitektur masih bisa dinikmati hingga saat ini.
“Hal itu sebagai bukti bahwa kawasan tersebut sebelumnya memang menjadi kawasan yang ramai dan penuh dengan pemukiman,” ungkap Ketua Surabaya Heritage, Freddy Isnanto.
Menurut Freddy, meski kegiatan ekonomi di jalan ini sempat dipindahkan oleh pemerintah kolonial, namun nampaknya Jalan Panggung masih tetap ‘seksi’ sebagai pusat kegiatan ekonomi.
Buktinya hingga saat ini masih didapati adanya bangunan-bangunan yang digunakan sebagai toko yang menjual berbagai kebutuhan. Kawasan tersebut tidak hanya menjadi jujukan bagi orang Surabaya, tetapi juga luar Surabaya.
“Bahkan salah satu bangunan juga difungsikan sebagai gereja yang hingga saat ini masih digunakan,” lanjut Freddy.
Meski sebagian besar bangunan di Jalan Panggung masih utuh, namun saat ini terdapat perubahan pada zona lingkungannya.
Sebab sebagian besar penghuni di jalan ini bukanlah orang atau keturunan Tionghoa lagi seperti para pendahulunya.
Karena pemindahan kegiatan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah kolonial membawa dampak pada turunnya kualitas lingkungan dan aktivitas masyarakat.
Padahal pertumbuhan penduduk dan tuntutan ekonomi yang dihadapi masyarakat Tionghoa di Jalan Panggung mengakibatkan sebagian besar warga Tionghoa meninggalkan kawasan ini.
Mereka pindah mencari lingkungan tempat tinggal layak dan tempat kerja yang lebih nyaman ke kawasan lain di luar Pecinan.
Saat ini hanya sebagian kecil populasi warga Tionghoa yang masih tinggal pada bangunan-bangunan di koridor Jalan Panggung.
“Sedangkan sisanya hanya menempati bangunan selama kegiatan berdagang berlangsung dan setelah tutup pulang ke rumah yang berada di kawasan lain. Saat ini masyarakat yang tinggal di pemukiman ini lebih di dominasi oleh warga Madura dan sebagian kecil Jawa,” tandas Freddy.
(nur/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kastil Faber-Castell, Prasasti Sejarah Bisnis 2,5 Abad Keluarga Faber-Castell
Redaktur : Tim Redaksi