jpnn.com - PARA nelayan pesisir Cilacap, didukung pemerintah kabupaten setempat, masih menjaga tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.
Sedekah laut digelar dengan urutan ritual tertentu, jumlah penari yang menyesuaikan hari serta keberadaan jolen. Namun ada beberapa hal yang bisa dimodifikasi agar acara ini mampu menarik perhatian berbagai pihak.
BACA JUGA: Bawa Preman Tetap Dipalak, Hantu Pocong Diserang
HARYADI NURYADIN, Cilacap
Sederat orang dengan pakaian tentara jaman dulu, berbaris rapi memasuki pelataran pendopo bupati Cilacap.
BACA JUGA: Misteri Kepala Kerbau untuk Ular Berkepala Manusia
Tepat di depannya, berjalan dengan tenang seorang perempuan yang menjadi pemimpin. Dia juga mengenakan pakaian adat jawa, dengan pundak terbuka.
Sementara rambutnya tertata rapi, dihiasi bunga dan atribut lainnya di tangan dan kaki. Perempuan ini merupakan sosok duto pangarso dan diperankan oleh siswi salah satu SMA di Cilacap.
BACA JUGA: Sudah Menjanda 18 Tahun, Ibu Samina Berkeluh ke Pak Wali Kota
Penempatan perempuang sebagai utusan dalam sedekah laut di Cilacap, akhir pekan lalu ternyata hanyalah salah satu trik panitia untuk menarik perhatian.
Harapannya, perempuan cantik di barisan depan akan menjadi pemandangan tersendiri bagi penonton.
"Ini salah satu modifikasi panitia," ujar Jarmo, salah satu panitia sedekah laut.
Dia menuturkan, banyak pakem yang sampai saat ini dipertahankan dengan berpegang pada pagelaran sedekah laut yang digelar sejak 1783 lalu.
Sebut gelaran yang selalu diadakan pada Jumat Kliwon pertama bulan Suro berdasarkan penanggalan jawa. Namun ada kalanya, sedekah laut di gelar pada Selasa Kliwon.
"Dulu pernah tidak di Jumat Kliwon di bulan Suro. Tapi diganti selasa kliwon karena ada selisih hari dalam perhitungan bulan Jawa," katanya.
Pergeseran ini, katanya menuntut perubahan pada beberapa hal. Seperti jumlah penari yang disesuiakan dengan hari gelaran.
Jika sedekah laut jatuh pada Jumat Kliwon, maka jumlah penari harus 16. Sementara jika pada Selasa, jumlahnya lebih sedikit, antara 12 hingga 14. "Jumlah penari berbeda," katanya.
Modifikasi lain, tentu saja pelibatan kelompok kesenian tradisional seperti kentongan dan barongsai. Kesenian terakhir dipastikan didatangkan panitia untuk menarik perhatian warga non pribumi. Seperti diketahui, barongsai merupakan kesenian khas warga Tionghoa.
Seluruh modifikasi ini, katanya masih ditambah dengan rangkaian kegiatan sebelum dan saat sedekah laut berlangsung.
Seperti lomba layang-layang, membuat desain batik, pameran, seminar dan lainnya. Semua ini digelar agar sedekah laut tetap memiliki daya tarik.
"Biar mampu menarik banyak pengunjung," tandasnya. (*/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hadir di Pesta Nikah di Daerah Ini, Jangan Coba-coba Kasih Amplop Kosong
Redaktur : Tim Redaksi