Pencapresan KIB Akan Berpengaruh pada Konstelasi Politik Nasional

Kamis, 08 Desember 2022 – 08:58 WIB
Para pimpinan parpol yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Foto: Dok. KIB

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Diponegoro Teguh Yuwono mengatakan meski belum memiliki sosok internal KIB yang kuat.

Namun, apapun pilihan mereka nantinya akan berpengaruh pada peta konstelasi Capres-Cawapres 2024.

BACA JUGA: Catatan Pengamat Soal Dinamika Pencapresan di KIB, Simak

Dinamika dalam tubuh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) pada akhirnya akan memengaruhi peta politik nasional.

"Mengenai tokoh siapa yang diusung KIB sangat menentukan di dalam proses politik, kenapa kemudian panjang lebar lobi-lobi, ya ada di situ,” tegas Teguh, Rabu (7/12/2022).

BACA JUGA: KIB Inginkan Pemilu 2024 Sebagai Pesta Rakyat, Mas Aditya Merespons Begini

KIB terdiri dari Partai Golkar, PPP, dan PAN. Ketiganya sampai saat ini masih solid berkoalisi, dan dikabarkan siap menerima partai baru untuk bergabung.

"Jadi, kalau teori koalisi parpol itu makin besar maka makin besar pula tantangan dan bargaining politiknya,” ujar Teguh.

BACA JUGA: KIB Prioritaskan Mengusung Airlangga Jadi Capres 2024, Pengamat: Karier dan Kinerjanya Cemerlang

Menurut Teguh, tidak mungkin sebuah parpol bergabung tanpa ada kepentingan. Sebab, kepentingan ini yang kemudian nanti akan mengemuka.

"Bergabung dalam sebuah proses inisiasi politik bersama atau proses target politik bersama,” ujar Teguh.

Jika koalisi KIB  membesar, tentu ada banyak bargaining politiknya. Namun hal lain yang tidak bisa dipungkiri adalah keberadaan sosok yang kuat. Sosok mana yang dianggap kuat untuk diusung oleh KIB.

“Tentu yang menjadi pertanyaan pokok adalah tentang dua figur dan dukungan parpol dan masyarakat dihitung dari mana,  seberapa besar seseorang berpotensi memenangkan pemilihan, angka, proses seperti apa, itu yang menjadi dasar koalisi hitungannya kalah atau menang,”  kata Teguh.

KIB sendiri sampai saat ini belum mengusung capres mereka. Satu sosok tokoh yang secara tegas akan maju adalah Ketum Golkar Airlangga Hartarto. Namun pembicaraan internal masih terus dilakukan.

“Apapun nanti, apakah ada tambah, bergabung, capresnya nanti bagaimana, siapa, itu kami akan berunding dengan KIB, ya. Jadi, segala sesuatu kami akan bicarakan bertiga nantinya," tegas Zulhas.

Komunikasi Politik

Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa menilai ungkapan Zulhas hanya sebatas komunikasi politik.

Ucapan itu bisa diartikan sebagai pengingat bahwa Gerindra, PAN, dan PKS pernah berada dalam satu gerbong pada Pilpres 2019 ketika mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Koalisi antara ketiga parpol itu juga terbuka kemungkinan bisa terbangun.

“Menurut saya ini soal komunikasi politik saja bahwa ini juga terkait bagaimana kemarin Gerindra dan PKS pernah dalam satu bahtera koalisi mengusung Prabowo pada Pilpres 2019. Artinya ini hanya mengingatkan kembali ada kemungkinan besar koalisi ini bisa terbangun,” ungkapnya.

Meski demikian, Herry menilai Gerindra sulit bergabung dengan KIB karena Gerindra sudah mempunyai figur yang kuat dengan elektabilitas tinggi.

"Tentunya Gerindra tidak akan gampang begitu saja bergabung dengan KIB. Karena jelas mereka mempunyai figur kuat yakni Prabowo Subianto," tambahnya.

Menurut Herry, partai yang terbuka kemungkinan untuk bisa bergabung dengan KIB adalah PKS. Partai itu belum mempunyai figur untuk dicalonkan sehingga lebih mudah untuk bergabung dengan koalisi lain.

“Justru saya pikir bahwa kemungkinan besar yang bisa bergabung dengan KIB adalah PKS. Karena secara elektabilitas maupun figur, PKS tidak memiliki figur atau tokoh yang dapat diusung. Sehingga ke mana pun PKS bisa masuk, baik KIB atau di luar KIB," pungkas Herry.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler