Sikat gigi, korek api dan mainan anak-anak yang ditemukan di perut burung laut telah menginsipirasi seniman di Hobart untuk menciptakan karya yang menunjukkan dampak pencemaran laut terhadap satwa liar.
Para ilmuwan di Institut Studi Kelautan dan Antartika (IMAS) telah berkolaborasi dengan sejumlah seniman untuk pameran yang berjudul ‘Vanishing Point’ atau ‘Titik yang Menghilang’.
BACA JUGA: Gara-Gara Eksekusi Duo Bali Nine, Potret Jokowi di Galeri Australia Dicopot
Mereka ingin mengekspos dampak buruk dari plastic yang memasuki saluran air dan termakan oleh burung laut.
Sophie Carnell membuat perhiasan dengan menggunakan tongkat plastic permen lollipop untuk pameran di IMAS.
BACA JUGA: Hubungan Dagang Australia - Indonesia Belum Terpengaruh Isu Eksekusi Mati
Karya ahli biologi, Heidi Auman, telah menunjukkan dirinya sendiri beberapa contoh terburuk tentang di mana limbah masyarakat berakhir.
"Saya benar-benar mengambil segenggam plastik dari elang laut ini dan kadang-kadang enam korek api per burung, sarung tangan plastik pencuci piring, spidol, bola lampu utuh dan segenggam pecahan plastik tak lainnya,” ungkapnya.
BACA JUGA: Kisah Remaja Australia 14 Tahun Membuka Bisnis Pakaian
Ia menyambung, "Limbah laut, dan utamanya polusi plastik, adalah masalah yang tumbuh secara eksponensial di lautan kita."
Dr Heidi mengatakan bahwa sementara orang memperhatikan foto-foto dramatis dari plastik yang ada dalam tubuh unggas yang mati, mereka tak menghubungkan hal itu dengan kegiatan sehari-hari mereka sendiri, atau melihat diri mereka sebagai penyebabnya.
"Mereka tak menghubungkan hal itu ke sikat gigi yang mereka buang pagi tadi, atau mungkin tutup gelas kopi yang mereka beli," kemukanya.
Seratus tujuh puluh anak burung laut mati yang disita didekat Hobart dari seorang pemburu, diberikan kepada para ilmuwan.
Mereka menemukan bahwa 96% dari burung itu memiliki plastik di perut mereka.
Anak burung itu tadinya akan diberi makan plastik oleh ibu mereka, yang mengira itu makanan.
Seniman Peter Walsh memotret piring berisi dengan plastik yang berasal dari perut anak burung laut.
"Kami memiliki beberapa hidangan yang benar-benar cukup penuh dan anak burung ini sungguh kecil dan perut mereka pasti penuh plastik ini," katanya.
"Berapa lama mereka akan bertahan?," sambungnya.
Seniman Katherine Cooper memiliki ide untuk pameran kolaboratif setelah melihat langsung dampak dari plastik di Kepulauan Shetland.
Ia berharap, pameran ini membantu orang untuk memahami ilmu.
"Ada banyak fakta dan data di luar sana dan jika Anda terus mengutip mereka, mata orang-orang mulai berkaca-kaca sehingga kami mencoba untuk, melalui kolaborasi ini, memberi ruang pada ilmu, ruang visual jika Anda mau," ceritanya.
Pameran di IMAS tersebut berlangsung hingga pertengahan Juli.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Bubarkan Paksa Perkemahan Aktivis Aborigin di Perth