JAKARTA- Ketergantungan pada asing hanya bisa ditepis dengan penguatan pendidikan anak bangsaPemimpin diharapkan bisa membangun struktur pendidikan yang kuat sejak dini agar menjadi modal membangun budaya bangsa yang mandiri
BACA JUGA: IPDN Tetap Berstatus Sekolah Kedinasan
Hal ini ditegaskan pemerhati pendidikan Dr Daniel Rosyid, dan mantan Rektor Universitas Diponegoro Profesor Eko Budiardjo MSc, saat dihubungi terpisah, Rabu (2/6)Daniel melanjutkan, nilai investasi bukan satu-satunya penentu pertumbuhan ekonomi yang menjadi tolok ukur manusia Indonesai telah siap
BACA JUGA: Mendiknas Ngotot Gelar Ujian Ulang
Kredibilitas warga negara berupa sikap dan keterampilan juga ikut menjadi penentu, di mana semuanya bisa dibentuk dengan pendidikan yang baik."Apalagi, Indonesia berlimpah sumber daya alamnya
BACA JUGA: Sekolah Kejuruan Lebih Berpeluang Masuk CPNS
Karena, SDA dikuasai pihak lain," katanya.Daniel pun menegaskan, pendidikan adalah kunci melawan ancaman neoliberalismeNeoliberalisme di mata Daniel sama saja dengan ancaman fundamentalisme pasar"Dengan warga negara terdidik dan terampil, Indonesia akan memiliki nilai lebihJika warga terampil ini merata
penguatan pasar domestik bisa terwujud lebih cepat," tegasnya.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (Sakernas 2006) pembangunan manusia Indonesia masih jauh dari yang diharapkanSekitar 56 persen atau 52,9 juta orang warga Indonesia hanya berpendidikan SDSementara tamatan akademi/diploma hanya 2,5 persen atau 2,1 juta orangTenaga kerja lulusan universitas tercatat hanya 3,5 persen atau 3,1 juta orang.
Terkait data ini, wapres RI sekaligus capres nomor urut 3 Jusuf Kalla sempat menegaskan Indonesia menjadi sasaran empuk para penjarah kekayaan negaraData statistik itu, menurut JK, seperti rekomendasi kepada para penjarah untuk menggolongkan kita sebagai bangsa yang gampang dibodohiJK pun setuju, pendidikan adalah dasar dari segala dasar pembangunan.
Korea, menjadi salah satu bangsa yang layak ditiru IndonesiaPembangunan pendidikan menjadi kata kunci yang menentukan pembangunan karakter seperti bangsa KoreaJK pun menyesalkan, apa yang terjadi di Indonesia saat ini, mengutip buku Confession of an Economic Hit Man karya John Perkinsdisitu disebutkan, kapitalis menjadikan negara berkembang, termasuk Indonesia, sebagai obyek untuk mencari kekayaan.
Ketika uang mereka masuk kembali ke Indonesia, sosoknya sudah berubah menjadi kredit komersial yang bunganya harus dibayar oleh rakyat banyak"Kondisi itu tak akan berubah, sepanjang masyarakat, birokrat, dan para pimpinan politik tak terdidik secara memadai, dalam hal kecintaannya pada negara maupun keilmuannya," tandas JK
"Selain itu, JK juga menegaskan, dunia pendidikan harus benar-benar diarahkan agar tak bersifat diskriminatif terhadap kaum miskinMereka yang miskin harus memiliki kesempatan sama dengan orang kaya dalam dunia pendidikanDunia pendidikan kita harus melepaskan diri dari gaya kolonial, yang hanya memberikan keterampilan seadanya kepada kaum pribumi agar mudah dibohongi dan diperkuda untuk kepentingan para penjajah
Senada dengan JK, Prof Eko Budihardjo, melihat suasana kebatinan dunia pendidikan saat ini sejalan dengan suasana perekonomian yang semakin liberal"Ada pertarungan between greedy and society, pertarungan yang serakah melawan masyarakat," tukasnya.
Eko menilai, masih banyak kontradiksi dalam dunia pendidikan Indonesia saat iniContohnya, pendidikan dasar 9 tahun digratiskan, sementara disisi lain, biaya perguruan tinggi mahalnya minta ampun.
"Kesannya pendidikan kita ini kan selalu dikaitkan dengan masalah pendanaan, masalah uangPendidikan gratis itu tidak masuk akal dengan kondisi sekolah yang saat ini kualitasnya minimBanyak gedung sekolah yang ambruk dan perlu diperbaiki," kata Eko(ysd/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Korea Bantu USD 2 Juta untuk Capacity Building
Redaktur : Tim Redaksi