Penemuan Tulang Manusia di Lokasi Romusha

Minggu, 29 Mei 2011 – 18:18 WIB
PEKANBARU - General Manager PT Angkasa Pura II, Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II, Anggono Raras melalui Kadiv Ops, Joko Sudarmanto mengatakan, lokasi penemuan tulang manusia di jalan baru menuju Bandara SSK II, Kecamatan Marpoyan Damai, Sabtu (22/5) lalu merupakan lokasi pekerja paksa (romusa) zaman penjajah Jepang dahulu kala.

"Lokasi itu menurut cerita masyarakat setempat adalah tempak pekerja paksa zaman JepangDibuktikan juga dengan adanya tugu lokomotif di jalan Pahlawan Kerja yang menjadi saksinya," kata Joko kepada Riau Pos (grup JPNN).

Dijelaskan Joko juga, bahwa pihaknya baru mengetahui adanya penemuan tulang manusia itu baru diketahui saat adanya heboh oleh pekerja proyek pembangunan jalan baru menuju Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II, Kecamatan Marpoyan Damai

BACA JUGA: Delapan Pesawat Latih AU ke Mataram

"Saat ini sedang ditangani pihak kepolisian, dan kami tidak tahu detail bagaimana ceritanya," tuturnya lagi.

Banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa lokomotif hitam bertulisan C3322 di depan mereka, bukan hanya tempat penyimpanan barang-barang
Lokomotif tersebut menjadi saksi bisu ribuan pahlawan kerja yang terkubur tepat di bawahnya.

Sementara itu menurut warga simpang tiga, Candra (38) mengatakan berdasarkan sejah yang ia tahu, tepat di depan lokomotiv tersebut terdapat tugu Pahlawan Kerdja yang ditandatangani Gubernur KKDH TK I Riau, R H Soebrantas Siswanto tanggal 10 November 1978.

Mereka merupakan korban Romusha (kerja paksa) pada zaman penjajahan Jepang

BACA JUGA: Anak Temukan Ayah Tewas di Selokan

Di mana ketika itu, pihak Jepang membangun rel kereta api dari Pekanbaru ke Muara Sijunjung yang terdapat di Sumatera Barat
Pada masa itu, Riau sudah menjadi provinsi tersendiri di bawah pemerintahan Gubernur Jepang Makino Susaboro

BACA JUGA: 1.800 Liter Tuak Dibuang ke Sungai

Dan mempunyai pelabuhan besarRiau menjadi bagian dari Syonan To atau yang saat ini dikenal dengan nama Singapura.

"Jepang pada saat itu ingin menjadikan Pekanbaru menjadi pusat perbekalan perang, karena berdekatan dengan Singapura dan MalaysiaDan Singapura sendiri menjadi pusat Angkatan Laut," kata Candra yang mengaku tahu lewat sejarah Riau.

Disebutkan juga oleh Hendri (31) warga Bukitraya, juga berdasarkan sejarah Riau yang ia baca, tenag Romusha saat itu mayoritas didatangkan dari Jawa"Saat itu mereka diiming-iming untuk belajar tentang perminyakan di Lirik, Indragiri HuluNamun kenyataannya, malah dipaksa untuk menjadi Romusha," begitu sejarahnya, ungkap Hendri(gus-rp/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapal Pecah, 35 Ton Semen Tenggelam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler