jpnn.com, JAKARTA - Pengakuan La Nyalla aktif menyebarkan fitnah bahwa Joko Widodo komunis dan non-muslim di Pilpres 2014 lalu, menjadi bukti isu komunis efektif dikonsumsi masyarakat, terutama pemilih muslim.
Pasalnya, meski secara umum mantan Wali Kota Surakarta itu memenangi Pilpres 2014 lalu, tapi di beberapa daerah suara Jokowi kalah dari Prabowo Subianto karena isu komunis.
BACA JUGA: Jokowi dan La Nyalla Untung, Prabowo - Sandi Terseok-Seok
Tak heran, isu komunis yang ditujukan ke mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut kembali mengemuka jelang Pilpres 2019. "Sangat terang, pengakuan La Nyalla menjadi bukti bahwa isu PKI dan komunis masih ampuh dikonsumsi rakyat, terutama di kalangan pemilih Islam," ujar pengamat politik Adi Prayitno kepada JPNN, Selasa (18/12).
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini menilai, ada beberapa penyebab isu PKI cukup efektif menghancurkan elektoral seseorang.
BACA JUGA: Masih Ada yang Percaya PKI Akan Bangkit?
Pertama, isu tersebut sudah berkembang sejak lama. Bahkan sejak masa Orde Baru terus menggelinding, meski Indonesia mengalami reformasi 1998 lalu. "Fakta lain, isu PKI paling seksi untuk memengaruhi psikologi pemilih Islam karena ada trauma masa lalu yang mengerikan," katanya.
Meski demikian, pengajar di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta ini menilai, satu hal yang positif dari pengakuan La Nyalla bagi Jokowi, menjawab bahwa tudingan yang diarahkan selama ini merupakan fitnah yang bertujuan kepentingan politik. (gir/jpnn)
BACA JUGA: Nyalla Bukan Otak Fitnah, Isu PKI Masih Mungkin Sasar Jokowi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertobatan Politik La Nyalla Sangat Untungkan Kubu Jokowi
Redaktur & Reporter : Ken Girsang