Pengakuan Plin-plan Sang Penjahat Sadis: Demi Allah, Saya Bukan Pembunuh Bayaran!

Senin, 21 September 2015 – 06:20 WIB
Umar Jaya. FOTO: Padang Ekspres

jpnn.com - Baru tiga hari ditahan di Mapolres Limapuluh Kota, Sumatera Barat, pria yang diduga pengedar narkoba sekaligus pembunuh bayaran, perampok kelas kakap, penjambret ulung dan pengedar narkoba, Umar Jaya, 56, mulai plin-plan. Bahkan, residivis jebolan LP Muaro Padang dan LP Payakumbuh ini berbalik 180 derajat dalam memberikan keterangan. Dia dengan menyebut, dirinya bukanlah pembunuh bayaran. Lalu apa?


FAJAR RILLAH VESKY - Sarilamak

BACA JUGA: Kisah Seorang Sales Sembako, Beri Jatah Kekasih Rp 1 Juta per Hari

"Hufft.. Huftt.. Huft.."

Nafas Umar Jaya terdengar turun-naik, saat diperiksa penyidik Satuan Reserse Kriminal, Polres Limapuluh Kota, Sabtu (19/9) sekitar pukul 14.00 WIB. 

BACA JUGA: Ditemukan Tengkorak Wanita Berbaju Batik di Jurang, Ternyata Dia Adalah…

Masker warna pink yang  menutup hidung dan mulut pria kelahiran Matua, Agam, 12 Maret 1963 ini, terlihat ikut bergerak-gerak, bersamaan dengan nafasnya yang semakin lama, semakin sesak.

Umar Jaya mengalami sesak nafas, bukan karena dihajar penyidik berseragam preman. Tapi, akibat penyakit paru-paru dan Tuberkulosis (TBC) yang diduga dideritanya, kumat lagi. 

BACA JUGA: Suami Istri Dibacok Tetangga, Berdarah-darah

"Paru-paru saya, sudah lama sakit Pak. Sejak saya ditahan di LP Muaro Padang, beberapa tahun lalu," kata Umar Jaya kepada Padang Ekspres yang ikut nimbrung dalam pemeriksaan itu.

Sambil mengambil minyak angin warna hijau  yang disimpan dalam saku jaketnya, Umar Jaya mengaku, dalam kondisi tidak enak badan. 

"Sebelum tertangkap,  badan saya sudah tak enak juga. Kini, kerongkongan tambah sakit. Perut tak mau makan," ujar Umar, seraya mengusap-usap ujung botol minyak angin ke bagian hidung, tenggorokan, dan lidahnya.

Umar menyebut, ketika dibekuk penyidik Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumbar di  di parkiran RS Baiturrahmah, kawasan Kototangah, Aiepacah, Padang, Kamis (17/9) dini hari, dia dalam kondisi tidak punya uang untuk berobat. 

Karenanya, saat pemakai narkoba memesan sabu senilai Rp 27 juta, Umar menyanggupi. Walau ia sendiri, tidak punya stok narkotika jenis Metamfetamina itu. Ternyata apes, sang pemesan itu adalah polisi yang sedang menyaru.

"Dari dulu, saya tidak pernah pakai narkoba. Baik sabu ataupun ganja. Kalau putra saya, Michel, memang kena narkoba. Dia sudah dua kali masuk. Kini masih di LP Muaro. Sebelum saya ketangkap, saya sempat komunikasi denganya. Saya bilang, ada yang mesan sabu. Dia jawab, antarkan saja garam dapur 2 ons. Lalu ambil uang Rp27 Juta dan langsung pergi," tutur Umar Jaya.

Tapi celaka dua belas, sebelum rencana bulus itu berjalan mulus, Umar duluan ketangkap. Usut punya usut, ternyata  pria ceking ini mengantar sabu kepada petugas yang menyaru. Tak ada ampun, Umar pun diproses. 

Dari sinilah, sepak-terjang Umar terkuak. Kepada polisi, juga kepada wartawan, ia mengaku, terlibat serentetan kasus kejahatan.

Paling menghebohkan, Umar Jaya mengaku sebagai pembunuh bayaran. Bersama 3 temannya. Yakni Epi Syamsu, Eko dan Andi,Umar diduga terlibat dalam kasus pembunuhan Hj Djusma, istri pertama H Amran, ketua Yayasan Baiturahman Padang. Dimana dalam kasus yang terjadi 30 Januari 1996 itu Hj Djusma tewas bersama pembantunya Aan.

Saat membunuh istri bos Universitas Baiturahmah itu, Umar mengaku mendapat bayaran sebesar Rp 100 juta dari sang pemesan. 

Umar Jaya saat ditangkap di Padang, Kamis (17/9) lalu, disebut-sebut sebagai penjahat kelas kakap yang pernah beraksi di Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan Lampung. Namun, Sabtu (19/9) kemarin, Umar seakan berbalik 180 derajat.

Anak keenam dari 12 bersaudara membantah sebagai pembunuh bayaran. "Saya  bukan pembunuh bayaran. Saya tidak pernah main (melakukan aksi kejahatan), sampai ke Lampung atau Bengkulu. Saya ini, hanya dapat nama saja. Setiap kejadian, mengarahnya ke saya terus," kata Umar Jaya, dengan raut wajah, seakan tidak berdosa.

Saat dipancing Padang Ekspres dengan pertanyaan, siapa yang membayarnya untuk membunuh istri pemilik Yayasan Baiturahmah? Umar lagi-lagi membantah, dengan menyebut nama Tuhan. 

"Demi Allah, saya bukan pembunuh bayaran. Saya memang terlibat dalam kasus tersebut. Tapi awalnya itu perampokan. Karena ketahuan penghuni rumah, baru terjadi pembunuhan," kata Umar, sedikit keras. (padang ekspres)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lengannya Bertato N, Bininya 13 Kabur Semua, Nih Orangnya...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler