jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Kebijakan Publik Sugiyanto mengapresiasi kebijakan Kementerian BUMN yang mengonsolidasikan dana pensiun (Dapen) di seluruh perusahan milik BUMN di bawah pengelolaan Indonesia Financial Group (IFG).
Sugiyanto menilai rencana penggabungan itu selaras dengan upaya Erick Thohir dalam melakukan tata kelola dan memutus rantai praktik korupsi.
BACA JUGA: Berapa Dana JHT yang Diterima PPPK Ketika Pensiun? Begini Penghitungannya
Namun, menurut Sugiyanto, lebih baik lagi lebih memperkuat pengawasan agar kasus-kasus sebelumnya tidak terulang seperti kasus mega korupsi di PT Jiwasraya (Persero) dan PT Asabri (Persero).
“Tujuan Kementerian BUMN mengalihkan pengelolaan dana pensiun BUMN ke IFG sangat baik, jika alasan utamanya adalah tata kelola dan menghindari terjadinya praktik korupsi. Kebijakan tersebut sangat tepat,” kata Sugiyanto, Rabu (1/6).
BACA JUGA: Kementerian BUMN Susun Strategi Tingkatkan Dana Pensiun & Asuransi
Menurut Sugiyanto, dari sisi kebijakan pengelolaan dana pensiun dalam satu atap di IFG merupakan kebijakan yang baik.
Sugiyanto menjelaskan dana pensiun BUMN sangat besar hingga perlu ada kebijakan yang tepat, yakni meningkatkan pengawasan yang melekat.
BACA JUGA: Puan Maharani: DPR Perjuangkan Dana Pensiun Atlet
Pasalnya, jika pengawasan diperketat, maka peluang terjadinya tindakan korupsi sangat kecil terjadi.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir tengah berencana untuk menggabungkan pengelolaan investasi dana pensiun. Ini dipandang akan memberikan keuntungan tersendiri bagi peserta dana pensiun.
Kementerian BUMN menunjuk Indonesia Financial Group (IFG) sebagai Holding BUMN Asuransi, Penjaminan, dan Investasi, untuk mengelola dana pensiun (Dapen) perusahaan milik negara. Saat ini tercatat ada 108 dana pensiun BUMN yang masih terpisah-pisah.
Salah satu alasan dana pensiun BUMN dikelola di bawah pengelolaan Holding BUMN adalah memperkuat kontrol terhadap tata kelola dana yang dihimpun dari pegawai dan karyawan perseroan negara itu.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari