Pengamat Kecam TK, Puji Mega

Jumat, 23 Oktober 2009 – 20:23 WIB

JAKARTA - Pernyataan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI-P, Taufiq Kiemas (TK) yang menuduh PDIP keliru dengan keputusannya untuk menjadi oposisi pada pemerintahan masa lalu, menuai kontroversiPengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI), Arbi Sanit menilai, pernyataan itu menunjukkan suami Megawati Soekarnoputri itu tidak paham esensi demokrasi

BACA JUGA: Posisi Suryadharma di PPP Aman

Menurut Arbi, justru sikap PDIP yang tidak jelas seperti saat ini, akan mengacaukan peta politik di tanah air.

“Dia jelas-jelas tidak paham demokrasi karena dalam dunia demokrasi apapun bentuk pemerintahannya baik itu parlementer maupun presidensial yang namanya oposisi harus tetap ada
Kalau di negara demokrasi tidak ada oposisi, itu namanya bukan negara demokratis tapi itu negara otoriter,” ujar Arbi, di Jakarta, Jumat (23/10).

Dia memberi contoh di Amerika Serikat, yang merupakan negara pelopor demokrasi, tapi di sana tetap ada oposisi

BACA JUGA: Ical Merasa Golkar Tak Join Demokrat

Meski diakui, di AS tidak menggunakan istilah oposisi.“Dulu Partai Demokrat itu oposisi dan Partai Republik penguasa, kini sebaliknya
Namanya memang bukan oposisi, tapi fungsi yang mereka jalankan adalah oposisi,” tambahnya.

Arbi menyarankan Taufiq Kiemas agar tidak mencari-cari istilah baru di demokrasi sebagai dalih untuk membenarkan posisinya yang saat ini masuk dalam pemerintahan yang berkuasa

BACA JUGA: Partainya Tak Komit, Menterinya Bisa Diganti

“Dia kan cuma berdalih supaya tidak merasa malu pada konstituennya terkait sikap PDIP dalam pemerintahan laluCuma sayangnya dia tidak sadar apa yang dilakukannya ini malah akan mengacaukan semuanya,” imbuhnya.

Menjawab pertanyaan sikap Megawati yang terkesan berat sebelah karena membiarkan TK menjadi bagian dari penguasa saat ini namun tidak mengizinkan kader lainnya untuk bergabung dalam pemerintahan di kabinet, Arbi mengatakan sikap Megawati sebagai ketua umum sebenarnya sudah tegasTapi TK yang merupakan kader PDIP memanfaatkan posisinya sebagai suami ketua umum untuk membandel.

“Megawati sendiri sudah tegas terhadap seluruh kader-kader PDIPNamun dirinya harus menghadapi dilema karena sikap suaminya yang membandel dan memanfaatkan posisinya sebagai suamiDi satu sisi dia ketua umum yang seharusnya dipatuhi kadernya, namun kader yang juga suaminya bandel dengan memanfaatkan posisi suamiJadi TK tidak tahu diri,” tandas Arbi.

Sikap kritis Arbi Sanit terhadap Taufiq Kiemas, terkait dengan pernyataan TK yang menuding partainya keliru saat mengambil sikap sebagai oposisi pada pemerintahan periode lalu sebab dalam sistem pemerintahan presidensial tak dikenal adanya oposisiKarena itu untuk periode ini pihaknya akan mengambil sikap sebagai mitra strategis bagi pemerintah.

Taufiq mengaku partainya mendapat tawaran duduk di kabinet Indonesia bersatu jilid 2Namun ia tak menjelaskan kenapa tawaran tersebut tak disambutTaufiq hanya mengatakan, "Bukan menolak." Sementara, saat ditanya bagaimana dengan posisi diluar kabinet, Taufiq menjawab,"Belum ada tawaran."

PDI Perjuangan pada kongres nasional di Bali 2005 lalu memang memutuskan menjadi oposisiSikap tersebut diambil setelah Megawati Soekarnoputri dikalahkan Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 2004(fas/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Tak Ikut Koalisi, Megawati Dipuji


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler