jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ninoy Karundeng memprediksi kongres luar biasa (KLB) Partai Demokrat akan terlaksana, cepat atau lambat.
Ninoy mengemukakan prediksinya, melihat sejumlah faktor yang memicu kisruh internal partai berlambang mercy itu makin meruncing.
BACA JUGA: Nekat Kejar Penjambret, Brak.. Ada Anak Kecil
Terbaru, Partai Demokrat memecat tujuh kadernya, masing-masing Marzuki Alie, Darmizal, Yus Sudarso, Tri Yulianto, Jhoni Allen Marbun, Syofwatillah Mohzaib, dan Ahmad Yahya.
“Saya kira, berbagai faktor ikut mempercepat konflik internal Demokrat menjadi konflik ke luar partai, karena SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) memainkan kartu playing victim, menggoreng isu kudeta,” ujar Ninoy dalam keterangannya, Senin (1/3).
BACA JUGA: Imbauan Tegas Polisi kepada Seorang Ibu Muda, AKP I Made: Jangan Puas Diri
Penggiat media sosial itu menduga, SBY sengaja membawa isu konflik internal PD menjadi eksternal pdengan menyebut nama Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Meoldoko.
Tujuannya, kemungkinan agar masyarakat merasa mereka tengah dizalimi pemerintah.
BACA JUGA: Jhoni Sebut SBY Tidak Pernah Berkeringat untuk Demokrat
"Padahal, isu adanya KLB disebabkan keroposnya kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan SBY."
"Saya kira mereka tidak memiliki elan vital (pendorong hidup) sama sekali. Sehingga sejak dikuasai Dinasti Cikeas, Demokrat tidak memiliki raison d’etre (alasan) sebagai partai,” papar Ninoy.
Ia mencontohkan PDI Perjuangan. Meski dikuasai oleh trah Soekarno tetapi sosok Bung Karno sebagai pendiri NKRI dengan ideologi yang jelas serta sepak terjang Megawati yang membela wong cilik, membuat PDIP tetap menjadi partai besar pascareformasi.
Sementara itu, Demokrat dengan AHY dan pentolan partai termasuk SBY tidak mampu menarik dukungan publik.
Penyebabnya, kemungkinan masyarakat merasa SBY suka mencampuri urusan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Padahal, kinerja SBY sebagai presiden dua periode tidak semoncer Jokowi di bidang infrastruktur.
Ninoy juga menyebut, PD tidak memiliki raison d’etre sebagai sebuah partai karena tidak memiliki tokoh yang mumpuni.
Hilangnya pendorong hidup dalam Demokrat membuat survei elektabilitas partai itu terus merosot.
Bahkan, survei Litbang Kompas Agustus 2020 lalu menunjukkan Demokrat terperosok dalam kubangan parliamentary threshold 3,6 persen.
Suara Demokrat pada Pemilu 2019 lalu juga hanya 7,77 persen atau 54 kursi di DPR.
Berkurang dari Pemilu 2014 yang mampu meraih 61 kursi atau sebelumnya Pemilu 2009, PD memiliki 148 kursi di DPR.
“Makin merosotnya suara Demokrat, selain sudah tidak memiliki elan vital dan rasion d’etre, ditambah kepempimpinan yang tidak mumpuni membuat partai kehilangan daya tarik,” ucapnya.
Ninoy juga menyoroti pemecatan tujuh kader PD baru-baru ini.
Menurutnya, langkah memecat sejumlah kader dan mengangkat isu kudeta untuk menaikkan elektabilitas tidak akan berhasil.
"Malah menjadi blunder menurut saya, apalagi ditambah gencarnya pemberitaan di media dan media sosial, justru akan mengakselerasi KLB Demokrat benar-benar terwujud, saya prediksi minimal akan muncul kepemimpinan ganda di Demokrat,” pungkas Ninoy.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... AHY dan SBY Tanpa Rasa Malu Membuat Demokrasi Mati di Internal Demokrat
Redaktur & Reporter : Ken Girsang