Pengelola Borobudur Genjot Homestay agar Panen Wisman

Rabu, 08 Maret 2017 – 13:31 WIB
Deretan homestay yang baru saja dibangun di Desa Bumirejo Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Foto: Kemenpar

jpnn.com - jpnn.com - PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWC), menggenjot upaya untuk mendatangkan 2 juta wisatawan mancanegara (wisman) pada 2019 mendatang. Jurus terkini yang diterapkan agar semakin banyak wisman berkunjung ke Candi Borobudur adalah memperbanyak homestay di desa-desa di sekitar candi Budha terbesar di dunia itu.

Di setiap desa dibangun 20 kamar homestay. Karena di sekitar kawasan Borobudur ada 20 desa, maka perusahaan BUMN itu membangun 400 kamar baru.

BACA JUGA: Menpar Dorong Australia Mengeksplorasi 10 Bali Baru

Bulan ini saja sudah ada tiga desa yang memiliki homestay baru. Berarti sudah ada tambahan 60 kamar. Diharapkan di tahun 2017 ini, pembangunan homestay untuk 20 desa bisa tuntas.

“Homestay ini benar-benar bangunan baru dengan desain khusus. Bukan meng-upgrade yang sudah ada. Kita ingin membuat standarisasi dengan membuat baru sebagai contoh. Kita kejar-kejaran dengan waktu,” kata Direktur Utama PT TWC Edy Setijono, Selasa (7/3).

BACA JUGA: Menpar Dorong Industri Wisata Mengglobal dengan Digital

Anggaran pembangunan setiap homestay adalah Rp 70 juta per kamar. Jika satu di satu desa dibangun 20 kamar, maka dana yang dikucurkan sebesar Rp 1,5 miliar per desa. Dengan biaya sebesar itu, bangunan homestay pun terlihat cantik.

Homestay ini dibangun di lahan desa atau tanah milik warga yang bisa dikerjasamakan. Hal ini dilakukan agar masyarakat ikut merasakan kue pembangunan di sektor pariwisata. Masyarakat pun benar-benar disiapkan agar menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan.

BACA JUGA: Raja Salman Lebih Lama di Bali, Arief Yahya Ikut Happy

Tyo -panggilan akrab Edy Setijono- lantas menguraikan soal target tamu ke Borobudur. Pada 2019, ditargetkan ada 2 juta wisman ke Borobudur. Atau setidaknya 5.000 wisman per hari.

Jika separuh jumlah itu menginap di Borobudur, maka butuh 1000-2000 kamar. Karenanya, homestay bisa menampung limpahan hotel.

“Tentu tak semuanya menginap di hotel. Maka homestay-lah yang harus menjadi pilihan. Jika ada 400 kamar homestay, berarti 25 persen tamu menginap di homestay. Artinya, masyarakat langsung ikut menikmati,” urainya.

Agar para tamu mendapatkan pelayanan yang standar, maka pola pemasaran dan manajemen homestay akan dikoneksikan dengan Manajemen Hotel Indonesia Group yang sesama BUMN. Saat ini sudah ada 40 hotel yang masuk di manajemen Hotel Indonesia Group.

Targetnya, 100 hotel di tahun 2017. “Jadi, homestay ini nantinya member of Hotel Indonesia Group,” tambah Tyo.

Selain itu, pemesanan kamar di homestay ini pun akan dilakukan dengan model bundling pembelian tiket masuk ke Candi Borobudur.

Pembangunan homestay di desa-desa sekitar Borobudur ini merupakan wujud nyata konsep baru yang diusung Direksi TWC guna menyambut target 2 juta wisatawan mancanegara ke Candi peninggalan Dinasti Syailendra ini.

Konsep baru itu adalah pengembangan Ekosistem Pariwisata Kawasan Borobudur. “Intinya, Borobudur tidak akan bisa berkembang sendirian. Harus didukung oleh destinasi wisata lain di sekitar, serta dukungan dari masyarakat sekitar. Itulah sebabnya, yang kami kembangkan adalah ekosistem pariwisata kawasan,” tuturnya.

Menurut Tyo ada dua program yang sedang dikebut saat ini. Yang pertama adalah membangun Balai Ekonomi Desa (Balkondes), dan yang kedua membangun homestay. Kedua program ini didukung sepenuhnya oleh Sinergi BUMN.

Sekadar diketahui, Candi Borobudur masuk dalam destinasi prioritas Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang dikenal dengan sebutan 10 Bali Baru. Yakni Borobudur di Jateng, Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Lesung (Banten),  Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Gunung Bromo-Tengger-Gunung Semeru (Jawa Timur), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Morotai (Maluku Utara) dan Tanjung Kelayang (Belitung). 

Menpar Arief Yahya merasa terbantu oleh Sinergi BUMN untuk membangun pariwisata itu. Tahun 2019, Kemenpar menaargetkan sudah ada 100 ribu homestay terbangun untuk menyambut kekurangan amenitas dengan proyeksi 20 juta wisman.

"Terima kasih Sinergi BUMN. Ini adalah bukti nyata Indonesia Incorporated semakin solid. Selain dengan Kementerian BUMN, homestay juga diprogramkan bersama dengan Kemen PUPR dan Kementerian Desa dan PDT. Sukses buat PT TWC yang bergerak di Joglosemar," sambut Menteri Arief Yahya.

Pada Maret 2017 ini juga akan terbit Perpres Badan Otorita Pariwisata (BOP) Borobudur. "Tugas BOP adalah membangun Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata yang akan dibangun sekitar 10 km dari lokasi Candi Borobudur," jelas Arief.(wah/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rombongan Raja Salman Kunjungi Monkey Forest di Ubud


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler