Pengembangan Sensitivitas Spiritual Dalam Pendidikan Modern

Kamis, 13 Juni 2024 – 21:37 WIB
Direktur Perkumpulan Strada dan Mahasiswa Doktoral Filsafat STF Driyarkara Jakarta Odemus Bei Witono. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com - Pengembangan dengan pendekatan sensitivitas spiritual dalam pendidikan modern merupakan aspek krusial yang tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pada pembentukan karakter dan nilai-nilai moral siswa.

Pendekatan demikian mendorong individu untuk lebih sadar akan keberadaan diri, hubungan dengan sesama, dan alam semesta, sehingga mampu mengembangkan empati, toleransi, dan integritas.

BACA JUGA: Upaya Paramount Land Meningkatkan Mutu Pendidikan di Indonesia

Agama dalam praksis dibedakan dengan pengertian mendasar mengenai spiritualitas. Dalam analisis Tirri (2009), agama dan spiritualitas, meskipun sering digunakan secara bergantian, memiliki perbedaan mendasar yang penting untuk dipahami.

Agama lebih terstruktur dan kolektif, berfokus pada praktik dan doktrin yang ditentukan oleh institusi keagamaan.

BACA JUGA: Perkumpulan Strada: Ziarah 100 Tahun Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

Sebaliknya, spiritualitas lebih personal dan fleksibel, berpusat pada pengalaman dan pencarian makna individu.

Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih menghargai bagaimana setiap orang mengejar kehidupan spiritual yang bermakna, baik melalui jalur keagamaan maupun non-keagamaan.

BACA JUGA: Dampak Revolusi Gadget di Kalangan Pelajar

Spiritualitas dalam tulisan ini dieksplorasi dalam kerangka pendidikan, psikologi, dan sosiologi, menunjukkan pentingnya pengembangan spiritualitas di kalangan generasi muda. Dalam dunia pendidikan, spiritualitas menjadi makin penting mengingat makin tingginya tawaran nilai yang perlu dimaknai secara rohani.

Pengembangan spiritualitas dapat membantu generasi muda menemukan makna hidup, mengatasi tantangan emosional, dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka.

Di dalam kerangka psikologi, spiritualitas dipertimbangkan sebagai jenis kecerdasan baru. Menurut Tirri (2009) ide demikian menarik karena menawarkan cara baru dalam memahami dan mengukur dimensi non-material dari manusia, yang sering kali diabaikan dalam pendekatan tradisional.

Kendati demikian pengakuan akan pentingnya aspek ini sangat diperlukan dalam pendidikan modern.

Dengan mengembangkan kecerdasan spiritual, para pendidik dapat membantu generasi muda menemukan makna hidup, mengatasi tantangan emosional, dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka.

Dalam pendekatan sosiologis, spiritualitas dilihat Tirri (2009) sebagai ekspresi dari religiositas post-sekuler. Di Eropa, tulisan-tulisan terbaru mengenai generasi muda dan nilai-nilai mereka menunjukkan bahwa konsep spiritualitas lebih relevan dibandingkan dengan dogma agama tradisional.

Penelitian empiris dari Finlandia mendukung pandangan ini, menunjukkan bahwa generasi muda cenderung lebih tertarik pada spiritualitas daripada ritual atau kepercayaan agama dogmatis.

Penelitian empiris dewasa ini menunjukkan bahwa religiositas cenderung dilihat sebagai kepercayaan dogmatis atau ritual keagamaan.

Akan tetapi, generasi baru khususnya di Barat mengekspresikan religiositas mereka melalui cara-cara yang lebih relevan dengan kehidupan modern, seperti mencari momen ketenangan dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman mistis dan estetis, serta pencarian makna dan nilai dalam hidup.

Memahami spiritualitas sebagai ekspresi religiositas post-sekuler memberi ruang bagi generasi muda berpartisipasi dalam tindakan komunikatif tentang agama.

Dengan pendekatan ini, pendidikan dapat menjadi platform guna memperkaya pemahaman antar-budaya dan keagamaan, yang pada akhirnya akan mendorong perdamaian dan hak asasi manusia.

Sebagai catatan akhir, mengembangkan sensitivitas spiritual dalam pendidikan tidak hanya penting untuk kesejahteraan mental dan emosional generasi muda, tetapi juga menciptakan masyarakat lebih toleran dan menghargai keragaman.

Spiritualitas dalam praksis dapat meningkatkan kesadaran diri, hubungan dengan sesama, dan alam semesta, serta mengembangkan empati, toleransi, dan integritas.

Pengintegrasian nilai spiritual ke dalam kurikulum, pendidikan modern dapat menghasilkan generasi yang cerdas secara intelektual serta bijak secara emosional dan spiritual, siap menghadapi tantangan global dengan sikap humanis dan berkelanjutan.

Dengan mengakui dan mengakomodasi berbagai ekspresi spiritualitas, kita, dalam hal ini para pendidik, dapat membantu generasi muda menemukan makna dalam hidup mereka dan berkontribusi pada dunia yang lebih damai dan adil.

Dengan pendekatan ini, pendidikan dapat menjadi platform memperkaya pemahaman antar-budaya dan keagamaan, yang pada akhirnya akan mendorong perdamaian dan penghargaan terhadap hak asasi manusia.(***)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler