jpnn.com - NUSA DUA - Tahap stabilisasi ekonomi melalui pengetatan moneter diprediksi membutuhkan waktu hingga dua tahun. Bank Indonesia (BI) menyatakan, kebijakan pengetatan dari sisi permintaan itu bakal dikurangi jika ekspektasi inflasi kembali normal serta nilai tukar rupiah tidak lagi mengalami volatilitas yang tinggi.
"Stabilisasi ini terus dilakukan dan tidak ada hentinya. Stabilisasi tidak berarti menginjak pedal rem, tapi harus melihat pertumbuhan yang berkesinambungan. Mungkin satu sampai dua tahun ini moneter lebih sering bermain dari sisi demand policy," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Dody Budi Waluyo setelah menghadiri Seminar Internasional Avoiding Middle Trap Country di Bali, Jumat (13/12).
BACA JUGA: Data Serapan Anggaran Daerah Ditenggat 20 Desember
Namun, untuk selanjutnya, menurut dia, demand policy tersebut tidak akan membantu kebijakan dari sisi suplai untuk jangka panjang. Karena itu, pihaknya memiliki beberapa skenario dengan asumsi pertumbuhan ekonomi yang bisa mencapai 6,5 persen pada 2015. Pada tahun itu pertumbuhan ekonomi tidak diikuti tekanan inflasi, gejolak nilai tukar, dan tidak ada tekanan defisit transaksi berjalan.
"Itu bisa dilakukan dengan menyesuaikan output ekonomi. Karena itu, perlu ada kebijakan dari sisi suplai. Dalam jangka pendek, jika dapat menyelesaikan masalah infrastruktur, itu akan meningkatkan output," ujarnya.
BACA JUGA: Direksi Tolak Pengunduran Diri 21 Pejabat Pelindo II
Di sisi lain, Asian Development Bank (ADB) memproyeksi pertumbuhan ekonomi 45 negara berkembang anggota ADB pada 2013 yang bisa mencapai 6,0 persen. Angka tersebut membaik pada 2014 menjadi 6,2 persen. Hal itu dipicu perbaikan akselerasi negara-negara maju seperti Jepang dan AS yang bisa mengerek kinerja ekonomi Tiongkok.
"Meski ekonomi global dilingkupi ketidakpastian, ekonomi di Asia tetap tangguh. Wilayah ini memiliki kinerja yang baik pada 2013 dan sekarang siap untuk mendapat keuntungan dari tanda-tanda momentum pertumbuhan di negara maju," papar Kepala Ekonom ADB Changyong Rhee kemarin.
BACA JUGA: Ketauan Main Golf di hari Kerja, Dirut BKI Pasrah jika Dipecat
Negara maju seperti AS, Eropa, serta Jepang berada di jalur perkiraan pertumbuhan sebesar 0,9 persen pada 2013. ADB juga memperkirakan pertumbuhan 1,9"persen di negara-negara tersebut pada 2014 dan naik 0,1 persen dari forecast yang dilaksanakan pada Oktober 2013.
Pertumbuhan Asia Tenggara diprediksi moderat. Kawasan tersebut diharapkan dapat mencatat pertumbuhan 4,8 persen pada 2013 dan 5,2 persen pada 2014. Tetapi, perkiraan tersebut merupakan penurunan 0,1 persen. "Moderasi ini berasal dari dampak ketegangan di Thailand pada sektor konsumsi dan pariwisata. Serta, dampak buruk dari Topan Haiyan Filipina. Diperkirakan, pertumbuhan dua negara tersebut landai sampai 2014," ucapnya. (gal/c18/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Persoalan Prinsip Dibalik Mundurnya 21 Pejabat Pelindo II
Redaktur : Tim Redaksi