jpnn.com, RIYADH - Arab Saudi melaksanakan eksekusi mati massal terbesar dalam sejarahnya pada Sabtu (12/3) lalu.
Seperti dilansir DW.com, total 81 orang terpidana dipenggal pada hari berdarah tersebut.
BACA JUGA: Basarah Dorong Pemerintah Selesaikan Persoalan WNI Undocumented di Arab Saudi
Media setempat melaporkan bahwa para terpidana mati terdiri dari anggota kelompok teroris seperti Al-Qaida dan ISIS.
Ada juga anggota kelompok pemberontak Houthi yang diperangi militer Saudi dalam konflik di Yaman.
BACA JUGA: Arab Saudi Penggal 41 Muslim Syiah, Republik Islam Iran Murka
Para pejabat mengatakan para tahanan, yang berkebangsaan Saudi, Suriah atau Yaman, merencanakan serangan dan menyelundupkan senjata ke Arab Saudi.
Beberapa dituduh telah melakukan perjalanan ke zona konflik untuk bergabung dengan organisasi teroris.
BACA JUGA: AS-Saudi Renggang, Pangeran MBS Reject Telepon Joe Biden
Kantor berita pemerintah Saudi, SPA, menyebut para terpidana terbukti terlibat dalam aksi terorisme dan memegang keyakinan menyimpang.
"Terdakwa diberikan hak untuk didampingi pengacara dan dijamin hak penuh mereka di bawah hukum Saudi selama proses peradilan, yang menyatakan mereka bersalah melakukan berbagai kejahatan keji yang menyebabkan sejumlah besar warga sipil dan petugas penegak hukum tewas,'' tulis SPA mengutip pernyataan resmi Kementerian Dalam Negeri Saudi.
Sementara itu stasiun televisi pemerintah melabeli para terpidana sebagai sebagai pengikut setan.
Meski Arab Saudi terkenal dengan hukum pidananya yang ketat, eksekusi massal dalam skala ini sangat jarang terjadi.
Kerajaan tersebut pernah memenggal 37 orang secara serentak pada 2019 dan 47 orang pada Januari 2016.
Rekor eksekusi massal sebelumnya terjadi pada 1980 silam ketka 63 orang dipenggal di Mekah terkait penyerbuan Masjidil Haram oleh kelompok penentang dinasti Saud.
Gelombang eksekusi terbaru ini memicu kemarahan komunitas Syiah di seantero Timur Tengah.
Pasalnya, 41 terpidana yang dieksekusi adalah muslim Syiah berkebangsaan Saudi dari wilayah Qatif.
Unjuk rasa mengecam eksekusi massal Saudi pecah di Bahrain, Lebanon, Irak, Yaman dan Iran.
Pemerintah Republik Islam Iran bahkan langsung menghentikan proses perundingan damai dengan Saudi sehari setelah Riyadh mengumumkan eksekusi massal tersebut. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil