Pengikut Kahar Muzakkar Dilatih di Daerah Angker Dekat Poso

Jumat, 20 Maret 2015 – 04:22 WIB
Pengikut Kahar Muzakkar Dilatih di Daerah Angker Dekat Poso. Foto JPNN.com

jpnn.com - KOLAKA — Kelompok An-Natsir bukan sebuah organisasi biasa. Organisasi yang mengklaim sebagai pengikut Kahar Muzakkar ini memiliki jaringan hingga ke Sulawesi Tengah.

Informasi yang dihimpun FAJAR (Jawa Pos Group), para pengikut An-Natsir memiliki sistem pembinaan yang terbilang cukup frontal. Bukan hanya dari sisi keyakinan, melainkan juga dari sisi kemampuan bela diri.

BACA JUGA: Bukannya Belajar, Siswi Ini Malah Terjaring Razia Bercinta di Hotel

Proses penempaan dan pelatihan anggota tidak dilakukan secara terang-terangan. Pengikut yang terjaring dalam organisasi ini akan ditempa di sebuah daerah yang bernama Wentira, terletak di wilayah Sulawesi Tengah, tak jauh dari daerah Poso, terkenal dengan cerita mistisnya.

Struktur organisasi ini juga diketahui memiliki kesamaan dengan keorganisasian militer. Pimpinan wilayah disematkan sebutan sebagai Jenderal.

BACA JUGA: Perjuangan Kahar Muzakkar Hidup Lagi

Pengakuan tokoh An-Natsir Kolaka Utara, AG Maspir, dia pernah mengikuti pelatihan dan basis militer di wilayah Wentira. Pelatihan dijalani selama beberapa minggu, sebelum akhirnya kembali ke Kolaka Utara untuk melakukan perekrutan anggota. Hanya saja, Maspir enggan membeberkan bentuk latihan yang dijalaninya.

Maspir juga mengaku paham dengan pergerakan Kahar Muzakkar dan organisasi An-Natsir murni berasal dari Kota Parepare. Kota ini juga disebutnya sebagai basis utama organisasi An-Natsir sebagai pengikut Kahar Muzakkar.

BACA JUGA: PKB Galang Kekuatan Hadang Laju Risma di Pilwali Surabaya

Para pengikut organisasi ini juga diberikan beberapa atribut. Atribut yang diberikan berupa seragam khas militer dengan beberapa tanda khusus. Simbol bergambar Kahar Muzakkar dan beberapa kuningan berupa keris dan pedang.

Maspir mengatakan, atribut ini diperoleh dari kerabat Kahar Muzakkar yang berdomisili di Parepare. Kerabat Kahar ini juga disebutnya menjadi pendiri organisasi An-Natsir.

Selain itu, Maspir juga menyebut sebuah lembaga yang dikatakan pernah ditemuinya. Lembaga tersebut diketahui bernama Lembaga Misi Reclasering Republik Indonesia (LMRRI). Terlihat dari sebuah kartu pengenal yang dimiliki Maspir. Dalam kartu tersebut tertera logo lembaga DPW-LMRRI/LRI-BPH-HMS, atas nama Muh Hatta selaku Staf Ops.

“Saya diberi beberapa atribut yang hanya disimpan saja. Tidak pernah saya pakai, karena kita malu juga pakai dilihat-lihat orang,” ucap Maspir.

Dalam perekrutan, setiap calon anggota diwajibkan untuk menyediakan mahar sebesar Rp6,5 juta. Mahar inipun sekaligus utuk mendapatkan atribut yang wajib dimiliki oleh setiap anggota.

Proses perekrutan anggota juga dilakukan secara masif. Anggota yang sudah resmi bergabung juga diinstruksikan untuk melakukan syiar dengan cara door to door.

Mereka menyosialisasikan paham yang meyakini pergerakan Kahar Muzakkar. Selain itu, anggota organisasi ini juga meyakini jika Kahar Muzakkar masih hidup hingga saat ini.

Meski demikian, AG Maspir selaku tokoh An-Natsir tidak bisa menjelaskan secara detil paham yang diyakininya. Hal ini terlihat saat jajaran pemerintah setempat bersama kepolisian melakukan pemeriksaan terhadap 16 anggota An-Natsir.

Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Kolaka, M Syafar menegaskan, dari sisi ajaran keislaman, organisasi ini tidak berbeda dengan ajaran Islam secara umum. Hanya saja, dari sisi paham pergerakan, Syafar tidak bisa menjamin.

“Sebenarnya kami bingung juga. Karena kalau dari sisi ajaran keislamannya tidak bertentangan. Hanya saja, paham tentang Kahar ini serta keyakinan-keyakinan gaibnya yang rumit untuk dijelaskan secara rasional,” ujarnya kepada Kendari Pos (Jawa Pos Group).

Syafar pun menekankan, organisasi ini tetap masuk dalam pantauan pemerintah. Meski belum terlihat adanya upaya yang berbenturan dengan pemerintah.

“Tetapi berdasarkan atribut dan panutan tokoh, jika tidak ditekan sedini mungkin, hal ini bisa berkembang luas. Kan tidak menutup kemungkinan masuk sebagai anggota dahulu, belakangan ada upaya pergerakan. Ini hanya kita waspadai saja,” tuturnya.

Perkembangan terakhir, 16 anggota An-Natsir ini diketahui telah dilepaskan oleh jajaran pemerintah dan aparat kepolisian setempat. Pembebasan ini bukan tanpa syarat. Seluruh atribut dilucuti dan dalam setiap pergerakan masuk dalam pantauan jajaran terkait. (zak-ksa/rif-yan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Simbol T Marak di Tembok Masjid, Dikaitkan dengan Aktivitas ISIS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler