jpnn.com, JAKARTA - Pengrajin tahu dan tempe di Kendal sempat kebingungan dengan kenaikan harga kedelai beberapa waktu terakhir.
Pasalnya, kenaikan tersebut akan berdampak pada biaya produksi, pada akhirnya kenaikan harga di tingkat konsumen tidak bisa dihindari.
BACA JUGA: Komisi IV Apresiasi Langkah Kementan dalam Optimalisasi Budi Daya Porang di Jatim
Oleh karena itu, Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) memfasilitasi biaya distribusi kedelai dari produsen ke wilayah pengrajin yang membutuhkan pasokan bahan baku.
Kepala BKP Agung Hendriadi mengatakan upaya ini bagian dari strategi menekan kenaikan harga kedelai di tingkat pengrajin agar tempe dan tahu tetap terjangkau oleh masyarakat.
BACA JUGA: Kementan Subsidi Distribusi Bawang Merah dan Daging Ayam Untuk Stabilkan Harga
Melalui Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, BKP Kementan membantu kelancaran pasokan kedelai ke pengrajin tahu tempe tengah diupayakan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Agus Wariyanto mengatakan dana distribusi pangan yang dialokasikan melalui Dana Dekonsentrasi digunakan untuk membantu kelancaran pasokan kedelai yang akhir-akhir ini mengalami kenaikan harga.
BACA JUGA: Tingkatkan Produksi Pertanian, Kementan Perkuat Peran SDM di Perguruan Tinggi
“Langkah ini dilakukan sebagai tekad pemerintah dan upaya menstabilkan pasokan dan harga kedelai di Jawa Tengah secara berkesinambungan, ujar Agus beberapa waktu yang lalu.
Menurut Agus, pemenuhan pasokan kedelai melalui Primkopti Harum Weleri sebagai langkah jaminan ketersediaan kedelai bagi pengrajin tempe dan tahu di Kendal.
"Diharapkan agar tetap bisa berproduksi dan Kopti selaku penyedia bahan bakunya," katanya.
Dinas Pangan Jateng membantu mendistribusikan sekitar 200 ton kedelai dari petani ke pengrajin tempe dan tahu di Kabupaten Kendal.
Ketua Primkopti Harum Weleri Kabupaten Kendal Rifai mengatakan kebutuhan kedelai di Kabupaten Kendal sekitar 1.000 ton per tahun, namun Primkopti hanya mampu memenuhi separuhnya.
Dia menuturkan sebagian kebutuhan kedelai di Kendal dipenuhi dari impor.
"Kenaikan harga kedelai impor saat ini, hampir Rp 11 ribu per kilogram, para perajin memilih mengurangi ukuran tahu dan tempe dari pada menaikkan harga," kata Rifai.
Muhamad Irfan perajin tahu dari Weleri ketika harga kedelai masih Rp 7.000, perajin bisa memproduksi tahu maupun tempe hingga satu kwintal.
"Namun saat harga kedelai naik terus, banyak yang mengurangi produksi dan terpaksa mengurangi ukuran tahu maupun tempe,” tuturnya.
Kebutuhan kedelai di Jawa Tengah antara 420-450 ribu ton per tahun, namun hingga saat ini kebutuhan tersebut masih belum terpenuhi sepenuhnya dari produksi dalam negeri.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Kementan serta pihak terkait terus mendorong produktivitas dan perluasan lahan kedelai agar kebutuhan kedelai dapat terpenuhi secara mandiri.
Mentan SYL berharap kerja sama dengan pemerintah daerah serta stakeholder terkait sangat penting.
"Upaya peningkatan produksi terus bisa dilakukan sehingga ketergantungan importasi dapat ditekan," tegas SYL. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia