Pengungsi Gunung Agung Melahirkan, Bayinya Dinamai Ngungsi

Senin, 25 September 2017 – 16:56 WIB
Ni Wayan Tangkih (terbaring) di RSUD Buleleng usai melahirkan bayi laki-laki melalui operasi sesar, Minggu (24/9). Bayi yang dilahirkan Tangkih terlihat digendong salah satu kerabatnya. Foto: Eka Prasetya/Radar Bali

jpnn.com, BULELENG - Di tengah kesedihan warga Karangasem, Bali yang mengungsi ke Kabupaten Buleleng akinat aktivitas Gunung Agung, muncul kabar gembira. Ada pengungsi bernama Ni Wayan Tangkih (40) yang melahirkan bayi lagi-laki.

Tangkih melahirkan di RS Buleleng melalui proses sesar, Minggu (24/9) pagi. Sebelumnya, warga Banjar Dinas Perasan di Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem itu mengungsi ke Desa Les di Kecamatan Tejakula, Buleleng pada Kamis pekan lalu (21/9).

BACA JUGA: Siapkan Evakuasi Napi Jika Gunung Agung Makin Aktif

Mulanya tak ada tanda-tanda Tangkih bakal melahirkan meski usia kehamilannya sudah melewati batas waktu. Namun, tim medis yang menyisir pos-pos pengungsian menemukan Tangkih.

Selanjutnya, Tangkih dipisahkan dari pengungsi lain dan mendapat perhatian khusus dari tim medis. Pada Jumat (22/9), dia dirujuk ke Puskesmas Tejakula I untuk mendapat perawatan.

BACA JUGA: Cerita Letusan Gunung Agung dalam Literasi Bali Kuno

Tim medis mendapati Tangkih sudah mengalami bukaan satu, namun belum menunjukkan jalan lahir. Setelah berada di puskesmas selama 24 jam, Tangkih lantas dirujuk ke RSUD Buleleng, Sabtu (23/9).

Tim medis memutuskan melakukan operasi pada Minggu (24/9) pagi. Dirut RSUD Buleleng, dr. Gede Wiartana mengungkapkan, operasi dilakukan pukul 10.00 pagi.

BACA JUGA: Terlalu! Kok Tega Menebar Hoaks di Tengah Derita Pengungsi

Tangkih pun melahirkan anak ketiganya dengan kondisi selamat. Anak ketiganya berjenis kelamin laki-laki dengan berat 3,1 kilogram.

Menurut Wiartana, operasi terpaksa dilakukan karena kondisi air ketuban di bawah normal. Selain itu tidak ada tanda-tanda melahirkan normal.

“Kalau dibiarkan berdampak pada keselamatan bayi. Langkah cepatnya kami lakukan operasi,” kata Wiartana. 

Tangkih yang ditemui di RSUD Buleleng mengaku tidak merasakan gejala akan melahirkan ketika hendak mengungsi. Saat masuk pengungsian, usia kehamilannya sudah 9 bulan 2 minggu. Karena merasa belum waktunya melahirkan, dia tidak melapor ke petugas kesehatan.

“Saya biasa saja, tidak khawatir. Lima hari sebelum mengungsi, saya sudah USG. Setelah dilihat sama petugas di pengungsian, langsung dibawa ke puskesmas dan dibilang sudah bukaan,” tuturnya.

Ketika dirujuk ke RSUD Buleleng, dia pun hanya bisa pasrah. Tangkih mengaku tidak melakukan persiapan apa pun, karena tidak menyangka akan melahirkan di pengungsian.

Kala mengungsi, Tangkih juga belum memikirkan nama untuk anaknya. Sebab, dia mengutamakan bayinya bisa lahir selamat.

“Belum ada persiapan. Dipikir belakangan saja. Yang penting sudah lahir sehat dan selamat,” imbuh istri Wayan Gunung (40) itu.

Dia hanya tertawa saat ditanya kemungkinan menggunakan nama Agung sebagaimana Gunung Agung telah membuatnya mengungsi. Sembari tertawa kecil, Tangkih menyodorkan nama.

“Karena lagi mengungsi, bisa jadi namanya Ketut Ngungsi,” kelakarnya.

Untuk sementara, Tangkih masih dirawat di RSUD Buleleng bersama dengan bayinya. Sedangkan Wayan Gunung masih tinggal di pengungsian.

Sesekali Wayan Gunung juga pulang ke desa untuk memberi pakan sapi. Di pengungsian, Gunung tinggal bersama anaknya, Nyoman Astawa.

Sementara Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra menyatakan pemerintah akan menanggung biaya pengobatan Wayan Tangkih. Sutjidra menegaskan, seluruh pengungsi yang mendapat pelayanan kesehatan, baik di puskesmas maupun di rumah sakit milik pemerintah tidak akan dikenakan biaya.

“Biaya nanti pemerintah yang menanggung. Pokoknya pengungsi, selama dia dirawat di fasilitas pemerintah, tidak dikenakan biaya,” kata Sutjidra.

Lebih lanjut Sutjidra menyatakan, Wayan Tangkih bersama bayinya, tidak dikembalikan ke pengungsian. Kondisi pengungsian yang berdebu, sangat riskan bagi bayi yang baru lahir.

“Nanti kami tampung di kota. Di dekat rumah sakit kan ada rumah singgah. Nanti ditampung di sana. Tidak boleh balik ke pengungsian. Riskan,” tegasnya.(rb/eps/mus/mus/JPR)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengungsi Gunung Agung Meningkat, Kini Capai 34.931 Jiwa


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler