Pengusaha India Investasi TAA Rp 1,3 Triliun

Deadline 4 Tahun, Rel KA Tanjung Enim-TAA 270 Km dan Coal Terminal

Kamis, 26 Agustus 2010 – 00:22 WIB
INVESTASI - Alex Noerdin, Sukrisno, Harsh Yardhan Mishrha dan Ganeshan Varadarazan, saat melakukan penandatanganan HoA di kantor BKPM, Jakarta, Rabu (25/8). Foto: Agus Srimudin/JPNN.
JAKARTA - Pembangunan megaproyek Tanjung Api Api (TAA) akhirnya menemui titik terangPasalnya, investor asal India dari PT Adani Global bersama PT Bukit Asam (PTBA), telah resmi menandatangani Head of Agreement (HoA) untuk pembangunan rel kereta api sepanjang 270 km berikut coal terminal, dari Tanjung Enim ke Tanjung Carat (TAA)

BACA JUGA: Genjot UU Pertanahan, Naikkan Target Investasi

Nilai investasi tersebut adalah sebesar USD 1,6 miliar atau sekitar Rp 1,3 triliun.

Penandatanganan HoA sendiri dilakukan di Gedung Nusantara, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jl Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (25/8)
Empat orang yang menandatangani HoA, masing-masing yaitu Gubernur Sumsel H Alex Noerdin, Dirut PTBA Ir Sukrisno, President PT Adani Global Harsh Yardhan Mishrha, serta President Director PT Adani Global Ganeshan Varadarazan.

President PT Adani Global Harsh, Yardhan Mishrha mengatakan, pembangunan akan berlangsung selama 48 bulan (4 tahun) sejak ditandatanganinya HoA

BACA JUGA: BKPM Optimis Target Investasi Terlampaui

"Tim sudah ada di lapangan
Sejak ditandatangani HoA ini, pembangunan ditargetkan paling lambat selesai 48 bulan

BACA JUGA: KUR Diklaim Berhasil Hidupi 34 juta Warga

Kami senang, karena proyek ini adalah yang pertama di Indonesia, setelah puluhan proyek besar kami selesaikan di India," kata Harsh.

Dalam kesepakatan itu, dana pembebasan lahan untuk jalan kereta api dibebankan kepada PT AdaniDi mana lebar jalannya adalah sekitar 50 meter, dengan panjang 270 km dari Tanjung Enim ke Banyuasin (Sumatera Selatan)"Rencana investasi pada proyek ini sebesar USD 1,6 miliar, dengan kapasitas coal terminal sebesar 50 juta ton per tahun, di mana 34 juta ton disuplai dari PT Bukit Asam," beber Harsh.

Sementara, Gubernur Sumsel H Alex Noerdin mengatakan, investasi ini amat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Sumsel"Selain proyek TAA dan coal terminal, ke depannya pengembangan proyek TAA juga akan mencakup pembangunan pelabuhan TAA dan kawasan industriBesaran investasi untuk pelabuhan diperkirakan sebesar Rp 8 triliun, dan untuk pembangunan kawasan industri TAA diperkirakan sebesar Rp 54,271 triliun," terangnya.

Pembangunan jalan kereta api dan coal terminal sendiri, serta pengembangan kawasan TAA secara keseluruhan, diharapkan Alex dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sumsel"Diperkirakan, proyek pembangunan ini akan membuka sekitar 100 ribu lapangan pekerjaan," kata Alex menambahkan.

Sementara itu, Kepala BKPM Gita Wirjawan mengatakan, Sumsel sendiri merupakan salah satu dari tujuh provinsi regional champions yang diumumkan oleh BKPM awal tahun iniTujuannya, agar pemerintah daerah sudah siap mengakselerasi investasi di daerahnya"Melalui program ini, BKPM memberikan pelatihan, exposure ke forum dan media internasional, serta fasilitasi intensif dengan para calon investor, termasuk juga membantu pengemasan proyek yang ditawarkan," kata Gita.

Penandatanganan HoA ini sendiri, menurut Gita, merupakan salah satu wujud kerjasama pemerintah dan swasta dalam membangun infrastruktur di daerah"Saya amat senang, karena salah satu dari provinsi regional champions berhasil mewujudkan rencana pembangunan rel kereta api yang sudah lama tertunda," ujarnya.

Sebelumnya, seperti disebutkan Gita lagi, sudah ditandatangani pula MoU percepatan program Public Private Partnership (PPP), antara BKPM dengan Bappenas dan Kementerian KeuanganDi mana tujuan utamanya adalah untuk menyederhanakan proses penanaman modal bagi calon investor, terutama di bidang infrastruktur.

Gita pun mengatakan, pembangunan jalan kereta api dan coal terminal ini sekaligus mendorong segera direalisasikannya pabrik peleburan aluminium, yang merupakan kerjasama Pemprov Sumsel dengan National Aluminium Company Ltd (Nalco), BUMN aluminium IndiaPabrik peleburan aluminium ini merupakan megaproyek senilai USD 3,2 miliar, serta berdesain kapasitas hingga 500 ribu tonUntuk diketahui, walaupun nota kesepahaman (MoU) proyek ini sudah ditandatangani sejak 2008, tapi realisasi proyek ini masih terganjal masalah kepastian pasokan batubara.

"Dengan adanya jalur kereta api dan coal terminal ini, diharapkan pembangunan aluminium smelter dengan Nalco yang sempat tertunda selama dua tahun, dapat segera terealisasi," kata Gita.

Gita mengatakan lagi, bahwa format HoA yang dipilih dalam proses ini, sesungguhnya tidak mengurangi keseriusan kedua belah pihakDi mana HoA menjabarkan hak dan kewajiban masing-masing pihak, serta merupakan langkah awal dari kontrak keseluruhan seperti halnya MoU"Adanya infrastruktur yang memadai, akan merangsang masuknya investasi jangka panjang dan bernilai tambahInvestasi jenis Smart Capital seperti inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia," ujarnya.

Penandatanganan HoA itu sendiri, selain disaksikan langsung oleh Kepala BKPM Gita Wirjawan, juga oleh Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Menteri Perindustrian MS Hidayat, serta Menteri BUMN Mustafa Abubakar, yang diwakili Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi Kementerian BUMN, Sahala LumbanTampak pula sejumlah pejabat asal Sumsel, antara lain anggota DPR RI Dapil Sumsel Dodi Reza Alex, Ketua DPRD Sumsel Wasista Bambang Utoyo, Bupati Lahat Syaifudin Aswari, Ketua DPRD Lahat Herliansyah, Wakil Bupati Muara Enim H Nurul Aman, Wakil Ketua DPRD Muara Enim H Akuwam, hingga Bupati Muba Pahri AzhariBerikut juga ada dari Pemkab Banyuasin, Kabag Humas BKPM Dedi Latip, Asisten II Pemprov Sumsel Eddy Hermanto, Ketua BKPM Sumsel Permana, Kadishub Sarimuda, Kepala Bappeda Yohanes Torusan, Karo Humas dan Protokol Robby Kurniawan, serta Ketua KONI Sumsel Mudai Madang(gus/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Waspadai Daging Impor Ilegal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler