Penjaja Seks di Kota Ini Komplit

Laporan Khusus Dari Radar Tasikmalaya

Minggu, 09 Januari 2011 – 12:12 WIB
Tasikmalaya sekarang bukan kota sepi lagiKehidupan malamnya makin semarak.Gebyar kehidupan malam, kafe, karaoke, warung remang-remang dan tempat-tempat hiburan lain, telah menjadi menu  hiburan di kota Tasikmalaya

BACA JUGA: Sosiolog Thamrin Pancing Kemarahan Suku Dayak

Tim Radar Tasikmalaya menelusuri geliat kehidupan malam di kota ini untuk JPNN.Com


Jarum jam saat itu menunjuk pada  pukul 22.30

BACA JUGA: Pulau Komodo Jadi Finalis 7 Kejaiban Dunia

Belum terlalu larut untuk menelisik kehidupan malam di kota ini
Kami pun ingin mengetahui kehidupan malam yang selalu dicari oleh sekelompok orang yang mencari sebentuk kepuasan pribadi, atau mencoba mencari oase pembebasan dari belenggu aktivitas rutin sehari-hari

BACA JUGA: Kemendagri Jamin Sulut Tak Alami Kekosongan Pemerintahan

Ia telah menjadi semacam magnet yang menarik siapa saja yang ada di sekelilingnyaUjung- ujungnya, tak jauh dari seks dan uangMungkin karena desakan ekonomi, atau mungkin karena gaya hidup yang sudah berubah, mencari tempat hiburan malam atau pun dunia kenakalan malam tidak lagi susah di kota ini,

Kami mulai penelusuran di kawasan DadahaKawasan ini sudah dikenal sebagai tempat mangkalnya PSKAntara tahun 2005-2008 di kawasan Dadaha memang berdiri puluhan kafe yang kerap dijadikan tempat maksiatKondisi ini sempat membuat Pemkot gerah, yang kemudian menyulapnya menjadi taman kotaToh upaya Pemkot tak serta merta berhasilTempat ini tetap saja masih menjadi tempat tujuan wisata sex saban malamnya.Tengok saja kalau malam hari di sekitar GOR Susi Susanti masih ada saja ABG atau PSK yang mangkalSelain ABG ada juga waria (bencong) yang suka nonngkrong di kawasan ituKawasan ini diakui oleh mereka (para PSK dan bencong) sebagai tempat yang nyaman untuk mangkalApalagi lampu penerangan di kawasan tersebut masih minim.

Di tempat ini kami menjumpai seorang remaja, sebut saja namanya MawarUsianya baru 17 tahunSepintas, Mawar memang bukan remaja nakalTampilannya tomboy.Dandanan biasa, tanpa make up, kalau bicara ceplas-ceplos seperti layaknya ABG JakartaIa supel dan pandai bergaulMeski begitu, tak mudah untuk langsung bisa mengajak kencan dirinya"Deal dulu sama bos, baru kita bisa jalan," kata Mawar nakal.

Seorang warga Dadaha Hendro mengakui, sekalipun kafe-kafe di kawasan ini sudah dihabiskan namun tidak susah untuk mencari hiburan sex di kawasan ini" Mereka hanya sembunyi kalau diburu satpol PP, kalau sama yang lain mah pastilah tidak sembunyi," ujar HendroIa mengakui, setiap remaja yang mangkal di sini, tidak bisa langsung diajak negosiasi"Mereka semua ada perantaranya (germo red)Dan pada umumnya mereka tidak mau langsung-langsung," Hendro menambahkan.

Soal Tarif, lagi-lagi Hendro menyebut paket hemat"Cukup dengan beberapa lembar ratusan ribu aja," ujarnyaIa memberikan tip, kalau mau mendapatkan harga murah maka datanglah pada tengah malam"Kian larut kian murah," ujarnyaMalahan, lanjut Hendro, bagi yang sudah terbiasa ke sini, ada yang menyebut tarif "cendol".

Begitulah keadaannyaHendro memastikan maraknya malam panjang di Tasikmalaya tidak lepas dari himpitan ekonomi dan kian banyaknya tuntutan hidup"Ya memang ada yang beralasan akibat kegagalan bercintaTetapi, saya tidak yakinKarena pada umumnya toh mereka berusaha mencari uang di sini," Hendro menegaskanMawar yang sedari tadi menemani perbincangan ini membenarkan penjelasan Hendro.

Selain kawasan Dadaha keramaian malam juga bisa dijumpai di kawasan perempatan Jalan KH Zaenal Mustofa atau perempatan NagarawiAda sebuah kafe yang diduga dijadikan tempat mangkal para wanita di kawasan ituKafe tersebut buka hingga dinihari.  Malam itu ada lima mobil yang mangkal, sementara beberapa wanita muda tampak dengan dandanan seksiUsianya rata-rata 20 tahunan Setelah ditelurusi rupanya mereka adalah para pemandu lagu yang memang mencari makan setelah bekerja menjadi pemandu lagu.

Hamdan, warga Ciamis yang mengaku sudah menjadi member tetap di kafe ini mengatakan, cewek-cewek yang mangkal di kafe ini pada umumnya berprofesi sebagai SPGAda juga yang berprofesi sebagai Pemandu Lagu di Karaoke"Kalau siang jadi SPG, kemudian malamnya jadi pemandu lagu juga banyak," kata HamdanTidak sedikit pula yang masih berstatus mahasiswi.

Dibandingkan di kawasan Dadaha, kawasan Zaenal Muztafa agak lebih mahal"Tarifnya antara Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta," Hamdan menjelaskanTidak mengherankan jika  kawasan tersebut disebut tempat mangkalnya ABG kelas atas karena yang bawanya rata-rata pakai mobilMenurut Hamdan, kehidupan sex di kota ini sudah sangat lengkapUntuk  kelas menengah ke bawah tempat mangkalnya di kawasan Jalan Yudanegara, Jalan PLN, dan Jalan Gunung Sabeulah(tsk/aj/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bocah 9 Tahun Disambar Buaya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler