Penjelasan Petinggi BI Ini Juga Tumbuhkan Optimisme...Amin, Amin

Minggu, 11 Oktober 2015 – 06:54 WIB
Uang di Bank. Foto ilustrasi.dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengungkapkan bahwa penguatan tajam rupiah terhadap dolar AS selain dipengaruhi faktor eksternal, juga dipengaruhi faktor domestik dimana telah terjadi perbaikan fundamental ekonomi dalam negeri.

"Inflasi diperkirakan mengarah ke 4,1- 4,3 persen hingga akhir tahun, jadi inflasinya sangat baik. Data-data ekspor impor juga menunjukkan surplus bulanan. Sehingga CAD (Current Account Deficit) di akhir tahun adalah CAD yang sehat, hanya 2 persen lebih sedikit," ujarnya.

BACA JUGA: Rupiah Menguat, Harga CPO pun Terkerek....Cerah lah

Dia menambahkan bahwa paket-paket kebijakan yang telah dirilis pemerintah juga disebutnya menjadi poin penting dalam mendorong perbaikan fundamental ekonomi.

"Memang paket kebijakan ikut dalam rangka mendorong investasi, devisa masuk, dan terciptanya employment. Jadi memang pemerintah meng-address real issue di sektor riil," tambahnya.

BACA JUGA: Alhamdulillah, Rupiah Menguat Tajam, Sektor Ini Juga Bangkit

Selain itu, mulai bergeliatnya akselerasi kredit juga disebutnya ikut mendorong tanda-tanda pemulihan ekonomi dalam negeri yang sempat tertekan beberapa waktu lalu.

Data BI mencatat penyaluran kredit perbankan hingga Agustus tahun ini mencapai Rp 3.914,3 triliun atau tumbuh 10,8 persen dibanding periode sama tahun lalu, atau tumbuh 0,46 persen dibanding Juli 2015. Kredit pada bulan Juli tercatat senilai Rp 3.896,3 triliun atau tumbuh sebesar 9,6 persen dibanding periode sama tahun lalu.

BACA JUGA: Cegah Asing Mendominasi, UU Perbankan Harus Direvisi

Jika dibandingkan dengan Desember akhir tahun lalu pun yang mencapai Rp 3.702,2 triliun, penyaluran kredit Agustus tahun ini tetap mencatat pertumbuhan. Adapun penyaluran kredit perbankan Agustus tahun ini mengalami pertumbuhan 5,73 persen sejak awal tahun.

Mirza mengungkapkan bahwa pertumbuhan kredit pada Agustus tahun ini memberikan sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi ke depan. Adanya akselerasi pertumbuhan kredit ini dikarenakan siklus kondisi ekonomi dimana tren di semester pertama tahun ini yang berjalan pelan atau lebih lambat dibandingkan semester kedua.

Hal itu disebabkan pada semester kedua tahun ini diyakini belanja anggaran akan lebih besar dibandingkan dengan semester sebelumnya.

"Semester kedua tahun ini dari sisi angggaran pemerintah juga lebih spending dan sudah dicairkan di kuartal ketiga dan keempat 2015," tuturnya. Dia menambahkan bahwa spending anggaran pemerintah yang lebih besar pada semester kedua tahun ini berpengaruh pada peningkatan permintaan kredit industri perbankan.

"Pengeluaran pemerintah dicairkan pada saat itu, kemudian proyek pemerintah mulai jalan. Pada saat itu juga ada yang butuh kredit untuk menjalankan proyek pemerintah. Lalu, swasta juga mulai lakukan dan butuh untuk kredit juga," katanya.

Hingga akhir tahun, BI optimis kredit industri perbankan dapat bertumbuh sebesar 11 persen hingga 13 persen. Meski begitu, pihaknya berharap perbaikan perekonomian Indonesia dan global akan tetap berjalan. "Kami akan tetap mewaspadai gejolak eksternal, terutama Amerika. Tapi mudah-mudahan perbaikan ekonomi ini tetap berlanjut," ujarnya.

Dengan berbagai indikator tersebut, BI pun meyakini jika pertumbuhan ekonomi sepanjang semester II 2015 ini bakal lebih tinggi dibanding realisasi semester I 2015 yang hanya 4,7 persen. ''Untuk keseleuruhan tahun ini, BI memproyeksi (pertumbuhan ekonomi) 4,9 - 5,1 persen,'' katanya. (owi/dee)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Awas, Ada Patgulipat di Balik Ekspor Pipa Timah dari DKI Jakarta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler