jpnn.com - JAKARTA - Polemik yang mengiri langkah Presiden Joko Widodo usai meresmikan groundbreaking proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung dinilai sebagai pertanda kewibawaan mantan Gubernur DKI itu sebagai kepala negara mulai berkurang.
Ketua Umum Gerakan Cinta Tanah Air Persatuan Nasionalis Indonesia (Getar PNI) Syamsuddin Anggir Monde, menilai banyak kalangan menyangsikan proyek kerjasama konsorsium BUMN-China Railways tersebut, bakal menguntungkan.
BACA JUGA: Wadah Pegawai Desak Pimpinan KPK Lindungi Novel
Derasnya penolakan publik terhadap kelangsungan proyek ini menurutnya juga menandakan hilangnya kepercayaan rakyat pada Presiden Joko Widodo termasuk pemerintahan Jokowi-JK secara menyeluruh. Apalagi, ground breaking tidak dilakukan oleh pejabat sekelas menteri tapi kepala negara.
"Kalau yang melakukan meresmikan proyek cuma sekelas menteri lalu ditolak rakyat itu masih mending, ini Presiden loh, pemimpin negeri ini. Wibawa negara jatuh rakyat semakin hilang kepercayaan, ditinggalkan. Artinya Jokowi tidak becus memimpin," kata Syamsuddin di Jakarta, Sabtu (30/1).
BACA JUGA: Bedah 82 Ribu Rumah Sepanjang 2015
Menurut Syamsuddin, bila Presiden Jokowi teliti dan memperhitungkan untung ruginya, serta menyampaikan informasi secara tansparan kepada masyarakat, tentu publik dapat menerima baik. Namun yang terjadi kemudian, banyak masalah yang menyertai proyek tersebut.
Sebelummya, lanjut Syamsuddin, Presiden Jokowi juga beberapa kali menunjukkan siikap seorang pemimpin yang tidak teliti dan cermat sehingga berbahaya bagi kelangsungan bangsa dan negara.
BACA JUGA: Wahai Petinggi Parpol, Camkan Peringatan Bos KPK Ini
"Dulu keliru menandatangani peraturan presiden (perpes) menaikkan uang muka pembelian kendaraan bagi pejabat negara, salah menyebut tempat kelahiran Bung Karno, bisa jadi proyek kereta cepat ini asal tandatangan dan groundbreaking saja," pungkasnya.
Diketahui proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dicurigai markup, karena tidak dijelaskan mengapa proyek serupa oleh kontraktor yang sama di Iran, dengan ruas yang lebih panjang tapi biyanya jauh lebih murah.
Pada proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung dengan panjang 150 km, menelan biaya USD 5'5 miliar. Sementara di Iran, dengan panjang 400 km hanya menghabiskan anggaran USD 2,7 miliar. Padahal, pembangunannya juga dilakukan oleh China Railways Engineering Corporation.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Publik Rindukan Presiden dari TNI, Jenderal Gatot Berpotensi Gerus Elektabilitas Jokowi
Redaktur : Tim Redaksi