BACA JUGA: Jamsostek Siapkan KPR Bersubsidi
''Walau secara undang-undang independen dan memang tugasnya adalah menjaga stabilitas harga, BI melihat saat ini risiko lebih besar dari sisi growth dan kesejahteraan ketimbang harga
BACA JUGA: Alokasi Subsidi Pupuk Rp3,5 Triliun
Menurut Menkeu, upaya mengatasi risiko perlambatan ekonomi, meningkatnya pengangguran serta kemiskinan masih menjadi topik penting dan prioritas
BACA JUGA: PT KA Target Laba Rp200 Miliar
Sri Mulyani mengatakan, saat ini masih harus dilihat apa penurunan suku bunga bisa memiliki efek putaran keduaMisalnya, adanya pengalihan dana masyarakat penabung yang mencari alat investasi dengan imbal hasil lebih baik''Makanya, mulai masuk, apakah beli ke saham, ke capital marketIni semua akan mendorong uang beredar untuk masuk ke sektor lebih produktif,'' ujar Menkeu
Di sisi perbankan, lanjut Menkeu, jika bank memiliki neraca keuangan sehat, diharapkan suku bunga kredit akan semakin turunSebab, suku bunga deposito pasti akan turun sehingga mengurangi biaya''Tapi, masing-masing punya kapasitas yang berbeda tergantung dari kesehatan bank itu sendiri,'' tutur Sri Mulyani
Sebelumnya, BI kembali menurunkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 7,25 persen Selasa (5/5)Itu merupakan yang terendah sejak BI rate diperkenalkan untuk operasi moneter pada Agustus 2005
Wakil Ketua Umum Kadin Bambang Soesatyo menilai serangkaian penurunan BI rate terbukti gagal menurunkan suku bunga pinjaman bankHal ini disebabkan perbankan masih diselimuti masalah kekeringan likuiditas.Perbankan juga masih menanggung beban bunga deposito tinggi''Jadi, sulit berharap suku bunga pinjaman bank bisa turun dalam skala signifikan,'' kata Bambang
Menurut dia, problem utama yang harus diatasi adalah memulihkan likuiditasKadin usul supaya BI mengambil inisiatif merealisasikan pooling fund untuk mengatasi krisis likuiditas(sof/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beli Elnusa, Pertamina Tunjuk Danareksa
Redaktur : Tim Redaksi