Penyanyi Dangdut Bilang, Tanjung Priok Sekarang Sudah Lebih Humanis

Kamis, 23 Januari 2020 – 07:08 WIB
Warga Tanjung Priok melakukan aksi damai #221 Priok Bersatu di depan Kantor Kemenkumham, Jakarta Selatan Rabu (22/1/2020). Foto: ANTARA/Laily Rahmawaty

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah warga Tanjung Priok, Jakarta Utara, khawatir pernyataan Menteri Hukum dan HAM Yosanna Laoly menimbulkan stigma negatif yang berdampak buruk bagi generasi muda di wilayah tersebut.

"Kami resah kota kelahiran kami diberikan stigma yang negatif. Kalau stigma itu tidak dicabut, tidak diklarifikasi oleh Pak Menteri akan berdampak buruk bagi kita semua dan generasi muda di Tanjung Priok," kata Dimas, perwakilan warga Tanjug Priok saat ditemui di depan Kantor Kementerian Hukum dan HAM, Rabu (22/1).

BACA JUGA: Sentil Yasonna, Arief: Wapres Kiai Maruf Juga Orang Tanjung Priok

Menurut Dimas, stigma negatif tersebut dapat mempengaruhi penilaian pengusaha terhadap masyarakat Tanjung Priok dalam mencari kerja.

Generasi muda di Tanjung Priok bisa mengalami kesulitan mencari kerja karena stigma negatif tersebut.

BACA JUGA: Tak Terima Disebut Kawasan Kriminal, Ratusan Warga Priok Serbu Kantor Yasonna Laoly

"Bayangkan kalau semua pengusaha melihat Tanjung Priok adalah tempat paling kriminal di Jakarta, ketika mereka melamar kerja dan stigma itu melekat, ketika di CV atau data pribadi tertulis pelamar disebutkan ber-KTP Tanjung Priok," kata Dimas.

Dijelaskan, warga datang ke Kemenkuham untuk meminta klarifikasi dari Menteri Yosanna Laoly terkait pernyataannya tersebut dan meminta maaf kepada warga yang disampaikan secara langsung maupun di hadapan media.

BACA JUGA: Menkumham Yasonna Akhirnya Meminta Maaf ke Warga Priok

Kemal Abu Bakar perwakilan pemuda Tanjung Priok, mengatakan dampak pernyataan Menteri Yosanna tersebut sangat besar dirasakan oleh warga Priok.

"Stigmatisasi soal kriminalitas Tanjuk Priok kampung kriminal sangat berdampak buruk terhadap adik-adik generasi muda ke depan, stigma soal Priok kriminal kumuh dan miskin, tidak mendasar," kata Kemal.

Kemal tidak menampik jika dulu Tanjung Priok melekat dengan stigma negatif, tetapi warga sudah bergotong royong mengubah citra buruk tersebut menjadi positif.

Menurutnya, Priok sekarang adalah tempat berdirinya pelabuhan internasional, memiliki kawasan industri nasional dan memiliki industri otomotif bertaraf internasional.

"Benar ada kemiskinan, ada pengangguran di kita, tapi kami terus berusaha untuk meningkatkan kompetensi warga supaya bisa diserap lapangan pekerjaan yang ada di Priok," kata Kemal.

Sementara itu, penyanyi Dangdut Bebizie kelahiran Warakas, Tanjung Priok, mengatakan Tanjung Priok sekarang sudah lebih humanis dan bersahabat.

Dikatakan, warga Tanjung Priok walau lahir dari keluarga miskin tetapi peran orang tua mendidik anaknya tentang etika sangat kuat.

"Kriminal bukan hanya terjadi di Tanjung Priok saja, di mana-mana ada kriminal di lingkungan elite sekalipun. Kalau enggak ada kriminal mungkin, enggak ada Sukamiskin, kan itu penjara buat kriminal yang merampok duit rakyat," kata Barbizie.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Hukum dan HAM Yosanna Laoly dalam sambutannya pada acara Resolusi Pemasyarakatan 2020 Direktorat Pemasyarakatan (Dirjen PAS) di Lapas Kelas II A Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (16/1) menyampaikan kemiskinan adalah sumber tindakan kriminal.

Dalam sambutannya itu, Yasonna mencontohkan bahwa anak yang lahir dari kawasan Tanjung Priok yang terkenal keras dan Menteng yang terkenal sebagai kawasan elite, akan tumbuh besar dengan cara berbeda.

"Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak. Tapi, coba pergi ke Tanjung Priok, di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan," kata Yasonna.
Yasonna Laoly sendiri sudah meminta maaf kepada warga Tanjung Priok terkait pernyataannya. Selain itu, Yasonna juga mengklarifikasi pernyataannya tidak bermaksud menyakiti hati warga Priok.

"Apa yang saya sampaikan saat acara resolusi pemasyarakatan 2020 di lapas narkotika kelas II A Jakarta, itu sama sekali tidak dimaksudkan untuk menyinggung perasaan saudara-saudara di Tanjung Priok," ujar Yasonna di Kantor Kemenkumham, Jakarta Selatan, Rabu (22/1).

Politikus PDI Perjuangan itu menyampaikan ada penafsiran yang sangat jauh berbeda dari apa yang disampaikannya dengan yang diserap masyarakat. Yasonna menerangkan pidatonya itu harus dipahami dalam kerangka ilmiah, bukan politik.

"Kedua, saya menyampaikan juga terima kasih bahwa saya diingatkan oleh saudara-saudara saya warga Tanjung Priok," kata Yassona. (antara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler