Peran Generasi Muda dalam Mengatasi Krisis Pangan

Oleh: Fransiscus Go, Pemerhati Pendidikan dan Ketenagakerjaan

Selasa, 19 Maret 2024 – 19:49 WIB
Pemerhati Pendidikan dan Ketenagakerjaan Fransiscus Go. Foto: dok.pribadi for JPNN.com

jpnn.com - PERUBAHAN iklim global, dampak pandemi, dan perang dunia telah mengancam ketahanan pangan dunia. Argentina, salah satu negara yang memiliki dampak paling parah tengah menghadapi krisis ekonomi terburuk. Perjuangan melawan percepatan kenaikan harga dan tingginya inflasi berdampak pada daya beli masyarakatnya.

Bagaimana dengan Indonesia? Sejauh mana pemerintah dan masyarakat kita bersiap dalam mengatasi krisis pangan global? Adakah peran yang bisa masyarakat turut ambil, utamanya generasi muda dalam mengatasi krisis pangan tersebut?

BACA JUGA: Membangun Pendidikan Indonesia dari Timur

Peluang Ketahanan Pangan Indonesia

Indonesia pernah mencapai kedaulatan pangan melalui swasembada beras pada tahun 1984. Presiden Soeharto pada masa itu mengutamakan prioritas pembangunan pada sektor agraria. Ia mengeluarkan kebijakan yang berfokus pada pembangunan infrastruktur yang mendukung sektor pertanian.

Kunci sukses swasembada pangan berikutnya pada Era Presiden Soeharto adalah pembangunan institusi yang mendukung pertanian, seperti koperasi, bulog, institusi penelitian pun menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsi masing-masing. Antar lembaga mengadakan kerja sama dalam rangka menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pertanian. Contoh, pembangunan irigasi dan pabrik pupuk.

BACA JUGA: Pramuka: Prajurit Muda Ketahanan Pangan

Petani juga mendapatkan jaminan harga dasar dari hasil panen mereka. Terdapat manajemen usaha tani, seperti Panca Usaha Tani, Bimas, Operasi Khusus, dan Intensifikasi. Pemerintah juga berperan dalam mengontrol ketersediaan benih unggul, pupuk, dan pestisida.

Selain itu, pemerintah aktif menyelenggarakan penyuluhan kepada para petani hingga tingkat desa melalui kelompok petani.

BACA JUGA: Mengentaskan Kemiskinan Melalui Pendidikan

Kebijakan-kebijakan tersebut rupanya juga diterapkan di India sehingga mereka berhasil menyumbang lebih dari 40% produksi beras global. Mereka produsen terbesar nomor 2 setelah China.

India juga menerapkan koperasi, bukan konglomerasi. Pupuk dibuat oleh koperasi-koperasi melalui penelitian yang didukung pemerintah. Bagaimana dengan keadaan kita sekarang?

Pemuda dan Petani Milineal

Pemerintah Indonesia terus membuat berbagai kebijakan dalam rangka menyongsong Generasi Emas 2045.

Indonesia diprediksi akan memiliki bonus demografi berupa jumlah penduduk sebesar 70% dalam usia produktif. Tentu bonus demografi ini merupakan peluang emas bagi Indonesia.

Generasi muda bisa mengambil peran secara langsung dalam mewujudkan ketahanan pangan Indonesia. Terlebih lagi, generasi muda tumbuh bersama dengan teknologi digital yang semakin berkembang lebih baik.

Adanya augmented reality pun berperan dalam mewujudkan teknologi modern jauh melebihi kekuatan masa lampau. AI membuat segala yang tidak mungkin menjadi mungkin. Sekat keterbatasan semakin menipis seiring dengan berkembangnya teknologi AI.

Dalam mewujudkan ketahanan pangan, pemuda dan petani milenial bisa dibekali dengan teknologi AI. Ide lain terkait peran generasi muda pernah saya tuliskan dalam opini yang berjudul “Pramuka: Prajurit Muda Ketahanan Pangan”.

Sekolah-sekolah bisa mengenalkan metode smart farming, pertanian berbasis teknologi sejak mereka SD hingga perguruan tinggi.

Kesadaran tentang pentingnya peran generasi muda perlu ditumbuhkan sejak dini. Keterlibatan langsung para pemuda akan membantu regenerasi profesi petani pada masa depan.

Dengan bekal teknologi, para pemuda dan petani milenial akan tertarik untuk menerapkan sistem pertanian modern. Petani tidak akan lagi identik dengan petani berlumpur dan miskin.

Dua kata itulah yang menyebabkan keengganan generasi saat ini terlibat terjun sebagai petani. Mereka tidak ingin memiliki profesi yang tidak dapat menjamin kesejahteraan hidup.

Greenhouse dan Integrasi Smart Farming

Salah satu metode yang digunakan untuk sistem pertanian modern adalah greenhouse (rumah kaca). Manfaat penanaman dengan metode rumah kaca adalah salah satu cara mengondisikan pertumbuhan tanaman yang optimal, baik dari segi tantangan iklim maupun hama yang tidak diinginkan.

Rumah kaca memungkinkan petani menanam berbagai jenis tumbuhan sepanjang tahun. Ada beragam buah, tembakau, sayuran, dan bunga yang bisa tumbuh dalam rumah kaca.

Indonesia sendiri belum mengoptimalkan penggunaan rumah kaca. Tentunya keterbatasan modal dan penyuluhan terkait sistem rumah kaca ini menjadi salah satu hal yang perlu pemerintah perhatikan.

Alur pertanian modern tidak saja terkait dengan proses pengolahan lahan, pembenihan, penanaman, pemupukan, pemelihaaran, pengendalian organisme pengganggu tanaman, dan panen saja.

Jika proses pengolahan lahan dan panen sudah menggunakan teknologi, hal yang tak kalah penting adalah pengawasan pemerintah dan stakeholder terkait pemasaran hasil panen.

Jika pemerintah tidak terlibat langsung dalam mengawasi dan mendampingi petani dalam memasarkan hasil panen, tentunya petani akan selalu menjadi pihak yang paling dirugikan. Kerja kerasnya tidak akan membuahkan hasil yang sepadan.

Pemerintah harus secara serius mulai memperhatikan berbagai kebijakan yang mendukung terselenggaranya sistem pertanian modern yang menguntungkan bagi banyak pihak. Selain itu, perlu dukungan berbagai stakeholder untuk mewujudkan ketahanan pangan pada saat ini.

Berbagai lembaga yang bisa mendukung suksesnya ketahanan pangan antara lain, penelitian dari swasta maupun universitas terkait teknologi pangan terbaru, badan pemerintah terkait pertanian, badan pemerintah terkait pemasaran dan penjualan hasil panen.

Terakhir, pemerintah perlu menetapkan harga dasar bahan pangan dan mengawasinya secara ketat. Meskipun Presiden Jokowi sudah mengeluarkan Perpres Pengendalian Harga Kebutuhan Pokok, praktik di lapangan belum terwujud secara ideal.

Pengendalian harga perlu dilakukan agar petani tidak dirugikan dengan adanya manipulasi stok dan harga oleh pihak tertentu. Dengan demikian, niscaya Indonesia meraih ketahanan pangan melebihi sebelumnya. Mari katong baku jaga! (sam/jpnn)

Penulis: Fransiscus Go
Pemerhati Pendidikan dan Ketenagakerjaan


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler