Perbatasan Venezuela Membara, Tentara Tembaki Rakyat dari Dekat

Senin, 25 Februari 2019 – 14:39 WIB
Ratusan demonstran di perbatasan Venezuela ditembaki tentara. Foto: Miami Herald

jpnn.com, URENA - Santa Elena de Uairen, kota kecil di perbatasan Venezuela-Brasil-Guyana, bak medan perang Sabtu (23/2). Kelompok bersenjata pro pemerintah dan Garda Nasional turun ke jalan.

Mereka berusaha membubarkan massa. Tidak lewat kata-kata, tapi dengan senjata. Mereka memberondong warga sipil dengan tembakan. Sedikitnya 4 nyawa melayang dan 18 yang lain terluka setelah tertembus timah panas aparat.

BACA JUGA: Gotong Royong Oposisi demi Bantuan untuk Rakyat Lapar

Sejak Jumat (22/2), perbatasan Venezuela panas. Militer menembaki penduduk yang sedang melakukan aksi damai. Sepasang suami istri kehilangan nyawa.

''Mereka menembaki kami dari jarak dekat layaknya kami pelaku kriminal,'' ujar Vladimir Gomez sebagaimana dilansir Reuters. Bercak darah menghiasi baju pemuda 27 tahun tersebut.

BACA JUGA: Amankan Bantuan, Guaido Nekat ke Perbatasan

BACA JUGA: Krisis Venezuela: Beli Pasta Gigi Saja Harus ke Luar Negeri

Akhir pekan lalu bagaikan hari penentuan bagi Juan Guaido, pemimpin oposisi Venezuela, dan Presiden Nicolas Maduro. Oposisi ngotot membawa masuk bantuan kemanusiaan dari Amerika Serikat (AS) meski pemerintah melarang keras.

BACA JUGA: Mati-matian Menghalangi Bantuan untuk Rakyat

Kericuhan tak hanya terjadi di Santa Elena de Uairen, tapi juga di hampir seluruh wilayah perbatasan Venezuela.

Personel militer dan Garda Nasional yang dikerahkan ke perbatasan memang tidak dilarang menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan unjuk rasa.

Massa yang kalah senjata pun melawan. Mereka melempari aparat dengan batu dan bom molotov. Di Urena, demonstran membarikade diri mereka dari aparat dengan membakar ban dan bus. Asap hitam hasil pembakaran menjadi selubung yang ideal untuk menghindari petugas.

Bentrok demonstran dan aparat pecah di beberapa titik perbatasan. Massa menuntut pemerintahan Maduro membuka perbatasan agar bantuan kemanusiaan bisa masuk. Tapi, pemimpin 56 tahun itu bergeming. Tetap tidak ada bantuan yang boleh masuk.

The Guardian melaporkan bahwa tiga truk pengangkut pangan dan obat-obatan terbakar di Jembatan Santander yang menghubungkan Venezuela dan Kolombia.

Dua truk berhasil masuk dari Brasil ke Kolombia, tapi hanya sampai di pos penjaga perbatasan. Pemerintah Kolombia melaporkan 285 orang penduduk Venezuela dirawat akibat luka-luka pascademo.

BACA JUGA: Cara Pasukan Elite Venezuela Menghabisi Pendukung Oposisi, Sangat Sadis

Di San Antonio del Tachira, Venezuela, belasan pria bersenjata menggunakan sepeda motor dan balaclava. Mereka menembaki warga sipil yang berkumpul menantikan truk bantuan masuk.

Sekitar enam dari belasan truk bantuan akhirnya kembali ke Cucuta, Kolombia. Pun demikian dengan yang dikirim dari Puerto Rico. Kapal yang membawa bantuan terpaksa balik kucing karena Angkatan Laut Venezuela mengancam akan menembak jika kapal terus melaju.

''Ini tak bisa dibiarkan. Memalukan,'' ujar Gubernur Puerto Rico Ricardo Rossello berang. Dia sudah menginformasikan pada pemerintah AS terkait insiden tersebut. (sha/c17/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Krisis Venezuela: Beli Pasta Gigi Saja Harus ke Luar Negeri


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler