Perdana Kartawiyudha; Berprestasi ke Inggris berkat Piawai Menulis Naskah Film

Bikin Sekolah, Dua Tahun Tak Punya Kantor dan Ruang Kelas

Sabtu, 02 Oktober 2010 – 08:08 WIB
Perdana Kartawiyudha di kantor Serunya Scriptwriting, Jakarta. Foto: Nungki Kartikasari/JawaPos

Pada usia 26 tahun, Perdana Kartawiyudha sudah mampu mendirikan sebuah tempat pendidikanDia pun menjadi direkturnya

BACA JUGA: Kisah Ibu-Ibu yang Menjadi Korban Arisan Piau di Tambora

Pada 23 September lalu, dia dinobatkan British Council sebagai pemenang International Young Creative Entrepreneur (IYCE) 2010 kategori screen (pembuatan film).
 
===========================
 NUNGKI KARTIKASARI, Jakarta
===========================
 
DITEMUI di kantornya di kawasan Senayan, Jakarta, siang itu, Pidi (panggilan akrab Perdana Kartawiyudha) terlihat sibuk
Dia sedang berbicara dengan beberapa stafnya

BACA JUGA: Bayi Lahir Saat Rusuh, Mau Diberi Nama Konflik

"Tolong diatur jadwal pembimbing buat besok ya
Kalau sudah, tolong anak-anak dikontak lagi," katanya kepada salah seorang asistennya.

Perusahaan yang didirikan Pidi diberi nama: Serunya Scriptwriting

BACA JUGA: Whistle Blower Agus Condro setelah Ditetapkan sebagai Tersangka

Perusahaan tersebut bergerak di bidang pendidikanYakni, mengajari siapa saja yang ingin belajar menulis naskah filmMenulis naskah film memang menjadi keahlian PidiGara-gara itulah, dia mendapat penghargaan sebagai pemenang IYCE

Siang itu, ketika ditemui Jawa Pos, Pidi sedang sibuk menyiapkan presentasi"Persiapan hendak dibawa ke United Kingdom (Inggris) untuk undangan IYCE," tuturnya.

Setelah dinobatkan sebagai pemenang IYCE di Indonesia, Pidi memang sedang bersiap-siap berangkat ke InggrisDi sana, dia akan mengikuti kompetisi serupa yang diadakan antar perwakilan British Council di duniaAcara itu akan dilaksanakan pada Minggu pertama Oktober mendatang"Belum pasti tanggalnyaTapi, yang pasti pada minggu pertama," ujarnya.

Bagi Pidi, butuh perjuangan tersendiri sebelum akhirnya mendapatkan penghargaan tersebutAlumnus Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu memulai karir dari nol"Banyak teman dan kenalan yang membuat saya semakin mantap mengawali karir di ibu kota," ceritanya

Pria asal Sidoarjo itu mengaku, yang dia dapatkan saat ini tak lepas dari dukungan rekan sesama penulis naskah film di JakartaSejak lulus kuliah pada 2007, Pidi bergabung dengan teman seprofesinya untuk mengembangkan hobi menulis naskah film"Habis nulis cerita, terus dibuat filmRasanya sangat menyenangkanApalagi kalau filmnya ternyata diminati banyak orang," papar sulung dua bersaudara tersebut.

Selanjutnya, Pidi pun memberanikan diri untuk mendirikan sekolah khusus penulisan naskah film di Jakarta"Semakin banyak karya film yang hanya dibuat oleh para senior di insan perfilman IndonesiaTapi, bagaimana dengan generasi mudanya?" ungkapnya

"Melalui sekolah yang kami dirikan, kami ingin mencetak generasi muda yang andal dalam menulis naskah film," tegasnya.

Awal-awal mendirikan sekolah, Pidi masih belum punya gedung untuk kegiatan belajarMeski demikian, dia sudah menyiapkan program pendidikan yang dibuat dengan sistem playgroup"Kami semua berkumpul, lalu mendiskusikan soal filmKadang ditetapkan dengan suatu tema tertentu untuk memfokuskan diskusi," jelasnya.

Karena tak punya gedung untuk belajar, kegiatan pengajaran dan pembimbingan siswa-siswanya dilakukan Pidi di kafe, warung, atau taman kota"Pindah-pindah, bergantung janjian, enaknya di mana," ucap alumnus SMAN 3 Sidoarjo tersebut

Setelah dua tahun berjalan dengan fasilitas yang terbatas, awal 2009, sekolah yang didirikan Pidi baru memiliki ruang kelasYakni, menyewa sebuah ruko di kawasan SenayanRuangan berukuran 25 meter persegi itu lantas disulap menjadi kelas sekaligus kantor dengan ukuran ruang kelas seluas 5 x 3 meter yang berisi kursi, meja, dan papan tulisSisanya, 5 x 2 meter, dimanfaatkan untuk kantor Serunya Scriptwriting

Ruko sederhana itu tidak pernah sepi peminatPidi menyatakan, program pendidikannya selalu dibuka setiap dua hingga tiga bulan sekali dengan pilihan program penulisan naskah yang beragamMulai penulisan naskah film panjang, pendek, nondrama, dan dokumenter"Siswa bisa belajar dengan siapa pun pembina yang disukai," ungkapnya.

Maksud Pidi, seluruh siswa di sekolahnya bebas belajar dengan penulis naskah senior yang sudah bekerja sama dengan Serunya ScriptwritingSebut saja artis dan sutradara Dennis Adishwara, penulis skenario film Laskar Pelangi Salman Aristo, penulis skenario Pasir Berbisik Rayya Makarim, dan penulis skenario Ada Apa dengan Cinta" Jujur Prananto

Dia menjelaskan, proses belajar biasanya berlangsung tiga hingga lima jam selama seminggu sekali"Semua bisa disesuaikan dengan kebutuhan siswaJika tidak sempat datang, mereka bisa melakukan pembelajaran khusus dengan pembina yang sudah dipilih," paparnya

Selain bebas memilih pembimbing penulisan, Pidi juga memberikan beasiswa kepada masyarakat miskin yang ingin belajar menulisProgram beasiswa tersebut diberikan kepada calon siswa yang memiliki kartu keluarga miskin (gakin).

Selain datang membawa kartu gakin, Pidi menerapkan persyaratan lainYakni, menunjukkan hasil penulisan naskah awal"Itu menunjukkan apakah anak tersebut sudah memiliki bakat sejak awal atau belum," terangnya.

Persyaratan selanjutnya adalah surveiPidi mengungkapkan, sebelum benar-benar didaftar sebagai siswa baru, tim dari Serunya Scriptwriting akan menyurvei rumah siswa"Jika hasil survei memang benar adanya, siswa bisa langsung mengikuti pelajaran," tegasnya.

Sebagai penulis naskah film, Pidi menyatakan sudah menelurkan puluhan naskah untuk dibuat film pendekMeski, kesibukan menulis itu kini semakin jarang dilakoniSebab, sejak mengelola Serunya Scriptwriting, kesibukannya makin bertambah

Belum lagi kesibukan sebagai dosen pembimbing penulisan skenario untuk mata kuliah praktika terpadu di IKJ"Mengajar membuat saya banyak belajar hal baru dan menambah ilmuSebab, harus membaca ulang buku-buku kuliah lagi," tuturnya.

Salah satu film favorit karyanya adalah film berjudul Anak-Anak LumpurSebuah film yang dia buat bersama sahabatnya, Danial Rifki"Bagi saya dan Danial, itu film karya terbaik kami," terangnya.

Menurut Pidi, latar belakang film pendek yang mengisahkan ibu dan anak yang menjadi korban lumpur Lapindo itu ibarat suara hati dirinya dan Danial yang juga kebetulan penulis naskah yang sama-sama berasal dari Sidoarjo"Ini kami banget lahKonsep juga mengena dan syuting tidak banyak biayaTinggal pulang kampung," ucap Pidi lantas tertawa.

Film pendek yang dibuat pada 2008 itu, kata dia, hingga kini masih diminati ratusan penikmat filmSetiap bulan, dia menghadiri undangan untuk berdiskusi dan bedah film tentang Anak-Anak Lumpur.

Jadwal pemutaran film Anak-Anak Lumpur itu masih bergulir hingga Desember 2010"Saya membawa dan mempresentasikannya keliling Indonesia," ujarnya(c5/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perjuangan Hussein dan Natasha Jadi Peserta The Amazing Race Asia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler