jpnn.com, JAKARTA - Peredaran obat palsu jadi salah satu topik utama dalam pertemuan 56 negara OKI. Pertemuan yang akan digelar di Jakarta pada 21-22 November itu merupakan inisiatif pemerintah Indonesia dalam hal ini Badan POM karena melihat masalah tersebut sudah mengkhawatirkan.
Kepala Badan POM RI Penny Lukito mengatakan sebanyak 56 negara OKI memiliki latar belakang fiskal yang berbeda-beda. Ada negara kaya raya, banyak juga negara berpendapatan rendah.
BACA JUGA: Waspada Gunakan Obat-obatan Tradisional!
Negara-negara miskin dan berkembang ini menjadi sasaran empuk para produsen obat palsu. Sebab, mereka tidak memiliki banyak kemampuan untuk membeli obat bagus kendati berisiko pada kesehatan masyarakat.
"Alhamdulillah peredaran obat palsu di Indonesia sudah menurun dari tahun ke tahun sejalan dengan penguatan fiskal negara. Yang memprihatinkan dalah negara anggota OKI yang berpendapatan rendah. Mereka menjadi sasaran empuk peredaran obat palsu dan substandar,” kata Penny dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (13/19) terkait penyelenggaraan pertemuan pertama kepala otoritas regulatori obat bagi negara anggota OKI.
BACA JUGA: Produsen Susu Kental Manis Wajib Perbaiki Label
Untuk mengendalikan peredaran obat palsu, lanjutnya, akan dibuat penguatan-penguatan pada regulator, penyidik, dan lain-lain. Ini agar negara anggota OKI akan saling melindungi dan menginformasikan tentang obat palsu.
Selain obat palsu, topik lainnya yang akan dibahas adalah kehalalan obat, harmonisasi standar obat dan upaya menuju kemandirian obat, peran otoritas regulatori obat dalam menjamin mutu obat, serta status regulator obat di negara OKI.
BACA JUGA: Luwak White Coffee Aman Dikonsumsi? Nih Penjelasan BPOM RI
Penny menambahkan, perlunya pertemuan negara-negara OKI ini karena masalah tidak adanya kapasitas produksi obat serta kurangnya kapasitas sistem regulatori obat.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dede Yusuf Khawatirkan BPOM Kecolongan soal White Coffee
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad