Pergi ke Puncak ketika Musim Turis Timur Tengah Tiba (1)

Ajak Calon Mempelai Pria Pilih Gula atau Kopi

Senin, 11 Mei 2009 – 06:22 WIB

Mei hingga Agustus nanti, kawasan Puncak, Cisarua, Bogor, seperti biasa, memasuki masa banjir wisatawan asal Timur TengahAda yang sekadar berlibur

BACA JUGA: Antasari Azhar, Sepekan Mendekam di Tahanan Polda Metro Jaya

Tapi, tak sedikit pula yang ingin menikahi wanita lokal meski hanya untuk sementara



AGUNG PUTU ISKANDAR, Bogor

--------------------------------------------

RABU pagi itu (6/5) Suzuki APV berhenti di dekat Jembatan Cibeureum, kawasan Puncak, Cisarua, Bogor

BACA JUGA: Ke Dapur Pendidikan Caddy sebelum Turun ke Lapangan Golf

Kedatangan mobil merah marun itu menarik perhatian para tukang ojek yang parkir di dekat jalan masuk ke kampung Gandamanah
Kaca tengah mobil itu lalu dibuka setengah

BACA JUGA: Wiliardi Wizar, Perwira Polisi yang Jadi Tersangka Pembunuhan Nasrudin

Dari jendela, tampak dua orang berambut dan berhidung khas Timur Tengah menoleh kiri kanan

Tak lama kemudian salah seorang tukang ojek mendatangi merekaSetelah berbincang sebentar, kedua lelaki berusia 40-an tahun berpostur tinggi itu turunMereka lantas memasuki salah satu vila di pinggir jalan''Mereka sedang cari cewek (perempuan)Saya suruh mereka menunggu dulu,'' kata tukang ojek yang mengaku bernama Asep itu kepada Jawa Pos.

Asep lantas kembali ke pangkalan ojek tadiDia lantas berbincang sebentar kepada dua tukang ojek koleganyaAsep dan dua temannya lantas menggeber motornyaMasing-masing bagi tugas ke jalan menanjak menuju kampung Tugu Selatan, Gandamanah, dan Warung Kaleng

Transaksi "kawin kontrak" memang biasa dilakukan di pangkalan ojekBanyak di antara pengojek itu yang saat banyak turis Timur Tengah tiba nyambi jadi caloMereka tersebar di beberapa pintu masuk kampungSelain Gandamanah, mereka ada di kampung Warung Kaleng, Tugu Utara, dan Tugu Selatan.

Hampir satu jam "berburu", dua tukang ojek itu kembaliSalah seorang tukang ojek yang ke Warung Kaleng tiba lebih duluWajahnya murungDia menggelengWanita yang biasa kawin kontrak di Warung Kaleng sudah tidak adaTak lama kemudian, Asep yang ke Tugu Selatan pun tibaRaut wajahnya hampir sama dengan tukang ojek sebelumnya''Payah, euyNggak ada barang,'' keluh Asep

Biasanya, kata lelaki asli Gandamanah itu, urusan itu bisa dia tangani sendiriTak perlu mengorder rekan tukang ojek lainnyaDia sendiri sudah memiliki stok siapa saja yang bisa dikontrak''Sekarang, stok saya sudah banyak yang ditangkap polisiBanyak yang dibawa ke Pasar Rebo (tempat panti sosial, Red.),'' keluhnya.

Akhir-akhir ini, Polres Bogor memang sedang gencar-gencarnya melakukan raziaApalagi menjelang pemilu legislatif dan pilpresHampir tiap hari mobil patroli memasuki kampung-kampungPada Maret lalu, misalnya, petugas berhasil menjaring sekitar 20 wanita pelaku kawin kontrak

Operasi itu membuat para pelaku kawin kontrak tiarapAsep mengaku kesal dengan banyaknya raziaSebab, itu membuat "stok" berkurang banyak''Sekarang ini yang minta banyak, tapi barangnya nggak adaPadahal ini masih Mei, belum Juni dan Juli yang datang semakin banyak,'' keluhnya

Mulai Mei hingga Agustus ini, kawasan Puncak memang diserbu para pelancong dari Timur TengahMasyarakat sekitar menyebut empat bulan masa "peak season" putaran uang di Puncak itu sebagai''Musim Arab''Yakni, musim turis dari negara-negara Arab memadati kawasan dataran tinggi berbukit ituMereka biasanya pulang saat menjelang bulan puasa

Namun, para pelancong itu tidak hanya dari Arab SaudiMereka juga datang dari negara-negara Timur Tengah lain seperti Kuwait, Iran, dan bahkan (di luar Timur Tengah) Pakistan''Tapi, semua orang di sini menyebutnya ya orang Arab gitu ajaNggak peduli mereka dari mana,'' ujar bapak satu anak itu

Para turis Timur Tengah itu tinggal di villa-villa sekitar kawasan PuncakBiasanya, turis domestik menyewa vila selama satu hingga tiga hariNamun, para turis Timur Tengah itu menyewa vila dalam jangka panjang: tiga hingga empat bulanNah, di sela-sela tinggal di kawasan vila itulah, beberapa dari mereka ''mengisi'' waktu liburan dengan kawin kontrak

 

***

 

Untuk mencari calo kawin kontrak, tidak sulitKalau Anda bertampang ras kaukasoid atau sedikit berciri fisik Timut Tengah, Anda bahkan tak perlu bersusah-susah mencari merekaBegitu menginjakkan kaki di bumi Puncak, beberapa calo akan mendekati Anda

Bahkan, beberapa calo yang sudah profesional kini jemput bola dengan menghadang para tamu sejak di bandara Soekarno-HattaMereka cukup menghafal kata dalam bahasa Arab yang maknanya adalah Puncak: JabalMendengar itu, turis itu biasanya langsung mengangguk dan mengikuti sang calo

Karena tak paham bahasa asing, para calo cukup menggunakan bahasa Tarzan untuk menawarkan kawin kontrak kepada merekaMalah, para turis yang sudah tahunan mengunjungi Puncak, sudah biasa dengan bahasa Indonesia pasaran

''Tapi orang yang seperti itu yang jarang ngasih uang lebihYang sering datang ke sini malah lebih pelit daripada yang baru pertama datang,'' ujar Asep.

Lantas, bagaimana prosedurnya? Salah seorang calo kawin kontrak, Husin, sebut saja begitu, mengakui awalnya memang harus ada kesepakatan hargaUntuk jangka waktu tiga hingga empat bulan, calo bisa mematok tarif Rp 5 juta hingga Rp 7 jutaSemakin lama jangka waktunya tarif semakin mahal

Setelah itu, turis akan diajak untuk mendatangi calon mempelai wanitaWanita itu biasanya masuk dalam list calo''Mereka harus diajakKami kan nggak tahuKalau dikasih gula, ternyata minta yang kopiDikasih kopi, ternyata mintanya gula,'' katanyaGula dan kopi merupakan istilah umum di kamus calo untuk merujuk pada warna kulit calon istriKopi untuk yang berkulit hitam dan gula untuk yang berkulit putih.

Saat melihat calon mempelai, turis Timur Tengah tak hanya melihat warna kulitMereka juga harus mengecek kualitas fisik yang dimiliki calon mempelaiTak jarang, mereka juga meraba-raba bagian yang menjadi ''favorit'' merekaKalaupun tidak jadi, calon mempelai yang sudah diraba-raba itu akan diberi uang ganti''Ya, paling dikasih gocap (sekitar 50 ribu)'' katanya.

Kata Husin, selera para turis Timur Tengah tak seperti orang IndonesiaKalau para hidung belang Indonesia suka dengan yang masih belia, mereka lebih suka yang matang dengan fisik sedikit gemuk

''Mereka suka (maaf) pantat dan dada besarBiasanya janda anak satu atau dua gitu mereka masih suka,'' katanyaUsianya pun tak seberapa mudaKisarannya 28-32 tahun

Setelah cocok dengan calon mempelai, prosedur selanjutnya adalah melakukan pernikahanKawin kontrak cukup menghadirkan penghulu dan satu saksiYang jadi saksi biasanya adalah calo yang menjadi makelar itu sendiriSedan penghulunya bisa diatur''Orang Arab masak tahu itu penghulu beneran atau nggakPokoknya kawin, beres,'' katanya

Setelah ''prosesi'' pernikahan, kedua mempelai teken tanda tangan di sebuah suratSurat tersebut menjadi dokumen pengesahan untuk status mereka''Mereka kan tidak mau zinaMereka mau main, tapi nggak mau dosaJadi kawin kontrak itu seperti membuat hubungan mereka sah, padahal itu juga bohong-bohongan,'' ujar Husin lantas terkekeh.

Dari uang "mahar" yang dibayarkan itu, kata Husin, sebagian masuk ke kantong calo sebagai uang komisiNilainya beragam, bergantung kepintaran calo dan "mempelai" wanitaKalau mempelai perempuan mudah ditipu, setengah nilai kontrak diembat caloTapi, Husin berkilah dia tidak rakus dalam mengambil komisi''Kalau bayarnya Rp 7 juta, kita paling dapat Rp 2 jutaTapi, kebanyakan sih cuma Rp 1 jutaNggak lebih,'' katanya sambil tersenyum kecil.

Seperti suami istri, setelah diikat "kontrak" akad nikah, kedua mempelai diantar menuju tempat peraduannyaYakni vila yang sudah disewa oleh mempelai priaYang wanita pun harus bersedia melayani sang priaLayaknya hubungan suami-istri(bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kehidupan Para Wanita Caddy Padang Golf Ibu Kota (2-Habis)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler