Wiliardi Wizar, Perwira Polisi yang Jadi Tersangka Pembunuhan Nasrudin

Pulang Kampung Mandi di Sungai, Bangun Masjid Rp 2 M

Jumat, 08 Mei 2009 – 06:18 WIB

Ketika menjadi Kapolres, sosok Wiliardi Wizar cukup dikenang anak buahnyaDia punya gaya kepemimpinan yang berbeda

BACA JUGA: Kehidupan Para Wanita Caddy Padang Golf Ibu Kota (2-Habis)

Di kampung kelahirannya, dia juga dikenal low profile, meski sudah berpangkat perwira menengah
Karena itu, banyak yang kaget ketika dia terseret kasus pembunuhan Nasrudin.


IRZAN-SYARIPUDIN, Jakarta

--------------------------------------

KEPEMIMPINAN Wizar di Polres Metro Jakarta Selatan cukup membekas bagi sebagian anak buahnya

BACA JUGA: Kehidupan Para Wanita Caddy Padang Golf Ibu Kota (1)

Perwira kelahiran Sibolga, Sumatera Utara, 22 Maret 1960, itu dikenal memiliki kepribadian lembut dan mudah bergaul dengan anak buahnya di lapangan.

Salah seorang anak buah Wizar yang bertugas di Polsek Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mengungkapkan, Wizar berbeda dari Kapolres-Kapolres lain sebelumnya di Polres Metro Jakarta Selatan.

''Pak Wizar waktu bertugas di sini sangat rajin keliling ke polsek-polsek
Sambil keliling, dia (Wiliardi Wizar) juga menyapa ramah bawahannya yang sedang bertugas,'' kata polisi berpangkat Bripka tersebut.

Menurut dia, komandannya yang kini terjerat kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnain tersebut dikenal lebih sopan dan halus dalam bertutur karena berlatar belakang pendidikan telematika.

''Lembut bukan berarti tidak tegas ya

BACA JUGA: Rani Juliani, Caddy Golf yang Terkenal Setelah Kasus Antasari

Hanya, dia memang memimpin dengan cara berbeda walaupun ada darah Sumatera Utara dalam dirinya,'' ungkapnya.

Selain itu, sosok Wizar dikenal dermawanHal itu tampak dari kenang-kenangan yang dia berikan saat dipindah ke Mabes PolriKenang-kenangan tersebut berupa Masjid Nuur Abu WizarMasjid yang didominasi warna hijau tua dan putih tersebut mengabadikan nama belakang Wiliardi, yaitu Wizar.

Sebelumnya, masjid tersebut bernama An NurNama Abu diambil dari nama tokoh yang turut mendanai pembangunan masjid tersebut, H Abu Bakar.

Masjid berukuran sekitar 100 meter x 100 meter itu terletak di halaman Markas Kepolisian Resor di Jl Wijaya II, Jakarta Selatan, atau tepat di samping Taman PuringMasjid tersebut terdiri atas dua lantai.

Masjid cukup megah itu juga dilengkapi fasilitas modernMisalnya, di lantai dasar ada tiga televisi layar lebar untuk menayangkan imam salat di lantai duaJuga mempunyai kubah serta lampu kristal yang cukup artistik.

Kabar yang beredar di internal Polres Metro Jakarta Selatan, masjid yang diresmikan 10 Agustus 2007 oleh Wizar itu menghabiskan biaya hingga Rp 2 miliar.

Jika di lingkungan Polres Metro Jakarta Selatan Wizar masih dikenang sebagai sosok pimpinan yang berkesan, tidak demikian halnya di Polres Metro TangerangDi tempat itu, Wizar pernah menjadi Kapolres untuk periode 2001Saat itu dia berpangkat AKBP.

Di markas polisi di Jl Daan Mogot, Kota Tangerang, tersebut, foto Wizar yang semula dipampang di ruang tunggu atau lobi Mapolres Tangerang bersama 24 Kapolres lainnya sudah tidak ada lagi saat iniPadahal, sebelum terungkapnya penembakan terhadap Nasrudin, potret Wizar yang bertugas selama lima bulan di Polres Tangerang itu masih terpampang (baca Jawa Pos 7 Mei 2009).

Sosok Wizar yang mengesankan juga diceritakan teman-temannya semasa kecil di Agam, Sumatera Barat (Sumbar)Tepatnya di Kampung Dusun II, Jorong Cacang Tinggi, Nagari Tiku Utara, Kecamatan Tanjung MutiaraDi sana, dia menetap bersama ibunya yang menjadi guru yang akrab disapa Bu Ros.

''Saat kecil hingga beranjak remaja, dia tinggal di siniDia paling suka mandi di Sungai Batang Kabuang,'' jelas Riza Amat, 46, teman sepermainan Wizar, kepada Pos Metro (Jawa Pos Group)Batang Kabuang merupakan salah satu sungai yang membelah Kota Padang bagian utara

Saat bertugas di Mapoltabes Padang dan Polda Sumbar, lanjut Riza, Wizar selalu menyempatkan diri bermain dan duduk di warung tempat dirinya bersenda gurauBahkan, Oktober tahun lalu, bertepatan Idul Fitri, dia masih sempat ke Koto Tangah, kampung halaman keduanyaDi situlah Wizar bersama ibunya sempat menetap selama 10 tahun

Setelah berpangkat Kombes dan bertugas di Jakarta, hampir setiap tahun Wizar selalu menyempatkan diri berkunjung ke Padang dan singgah di Koto Tangah''Meski berpangkat Kombes, dia tak pernah sombong,'' tuturnya.

Bahkan, kata Riza, ketika pulang Lebaran tahun lalu, Wizar menyempatkan tidur di lapau (sebutan untuk warung tradisional di Padang) dan mandi dengan celana pendek di sungai di depan lapau itu

Hal senada diungkapkan Desma, 50, kakak kelas Wizar ketika bersekolah di SD Tanjuang Aua Balai GadangMenurut dia, sejak kecil jiwa kepemimpinan Wizar memang terlihatMeski sekolah di kelas 4 SD, Wizar bisa bergaul dengan teman-teman di atasnya yang telah duduk di bangku SMP''Dia (Wizar) cukup baik dan sangat jarang berkelahi dengan teman sebayanyaDia juga memiliki kesetiakawanan yang tinggi,'' tuturnya.

Karena itu, begitu dikabarkan Wizar terlibat kasus pembunuhan, apalagi dituduh sebagai otaknya, Desma maupun Riza sulit memercayaiSelama ini, kata Riza, Wizar menjadi panutan bagi warga dan generasi muda di Balai GadangMeski demikian, Riza dan Desma menyerahkan sepenuhnya kasus yang menimpa Wizar tersebut ke polisi(dasman/jpnn/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Para Calon Anggota DPD Kalbar Terpilih yang Semuanya Perempuan (1)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler