Peringatan Hari Anak Nasional, Bu Mufida Soroti Penularan Covid-19 sampai Perbaikan Gizi

Jumat, 23 Juli 2021 – 14:25 WIB
Ilustrasi - Seorang anak bermain di antara lukisan tiga dimensi. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPP PKS Kurniasih Mufidayati menyebut masih banyak persoalan terkait anak yang perlu diselesaikan pemerintah.

Hal itu disampaikannya bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh pada Jumat (23/7) hari ini.

BACA JUGA: Jenazah Covid-19 Diambil Paksa, Irjen Lotharia: Tangkap Saja

Menurut Mufida -sapaan Kurniasih Mufidayati- pekerjaan rumah itu seperti upaya pencegahan agar anak tidak tertulari Covid-19 dan masalah serius lainnya.

"PR besar untuk anak-anak Indonesia saat ini bukan hanya Covid-19 yang menyasar anak, tetapi juga sederet persoalan klasik yang belum menunjukkan perbaikan hingga kini seperti gizi buruk, pekerja anak, termasuk kekerasan terhadap anak," kata legislator Komisi IX DPR itu di Jakarta, Jumat (23/7).

BACA JUGA: Ssst, Kejaksaan Menghentikan Penyelidikan Korupsi Proyek Ini, Alasannya...

Dia mengatakan angka penularan Covid-19 pada usia anak di Indonesia saat ini cukup tinggi. Di mana 12,6 persen dari total penularan virus SARS-Cov-2 di Indonesia adalah kasus usia anak.

Mengutip data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kata Mufida, case fatality rate untuk pasien anak 3-5 persen dan paling banyak di dunia.

BACA JUGA: Arief Poyuono Curiga Jokowi Tidak Baca, Desak Erick Thohir Mundur Saja

"Ini PR pertama yang prioritas dalam waktu dekat," papar alumnus Universitas Indonesia itu.

Kurniasih Mufidayati kemudian menyitir data UNICEF dalam laporan level malnutrisi anak Indonesia 2021 yang mengungkap persoalan anak di tanah air seperti stunting, obesitas, hingga wasting atau kekurangan nutrisi.

Diperkirakan ada 149,2 juta anak-anak yang mengalami stunting. Angka itu setara 22 persen anak-anak balita di dunia pada 2020. Jauh dari target pemerintah yang akan menurunkan hingga 14 persen.

Selain itu, ada 45,4 juta kekurangan nutrisi (wasting).UNICEF memprediksi jumlah anak-anak yang terdampak wasting sebetulnya 15 persen lebih banyak akibat COVID-19.

Ada juga 38,9 juta anak mengalami kegemukan (overweight) akibat kebanyakan kalori dan kurangnya aktivitas.

"Ini masalah klasik yang semakin parah sejak pandemi sebab fungsi posyandu akhirnya tidak berjalan. Pemenuhan gizi yang baik adalah bekal daya tahan tubuh," ujar Mufida.

BACA JUGA: Ya, Inilah Akibat Mengambil Paksa Jenazah COVID-19, Menyesal

Selain itu, persoalan anak juga menyasar tentang dunia kerja. Di mana jumlah pekerja anak di Indonesia mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada 2017 terdapat 1,2 juta pekerja anak dan meningkat 0,4 juta atau menjadi sekitar 1,6 juta pada 2019.

Mufida menyebut pekerja anak di Indonesia karakteristiknya berhubungan dengan daerah masing-masing. Di Bali, misalnya, angka pekerja anak perempuan lebih tinggi karena berkaitan dengan daerah.

"Sementara pekerja anak di Papua didominasi anak dengan tingkat pendidikan rendah artinya ada hubungan dengan pendidikan di sana," sebut Mufida.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian pemerintah adalah masalah kekerasan terhadap anak. Kementerian PPPA mencatat ada 4.116 kasus kekerasan pada anak pada periode 1 Januari hingga 31 Juli 2020.

"Diharapkan lintas sektor kementerian bisa membagi fokus agar generasi kita ke depan tidak menjadi lost generation, apalagi ditambah pendidikan anak dipertaruhkan dengan sekolah masih tutup," ujar dia. (ast/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler