Hidup sebagai single parent dan membesarkan dua anak terasa berat bagi Anak Agung (AA) Sagung Mas PrihantiniTetapi, istri mendiang Anak Agung (AA) Gde Bagus Narendra Prabangsa, wartawan Radar Bali (Jawa Pos Group) yang dibunuh 11 Februari lalu, itu terus berupaya menghidupi dan menyekolahkan kedua anaknya. BACA JUGA: Oscar Yura Dompas, Sarjana Penyandang Autis dan Penulis Buku Pertama
DIDIK D
--------------------------------------------
Rumah di Jalan Nusa Kambangan, Denpasar, terasa wingit (angker)
BACA JUGA: Perjuangan Para Istri Pejabat yang Suaminya Tersangkut Kasus Hukum
Ada juga tumpukan batuRumah itu berada di pinggir jalan
BACA JUGA: Deklarasi Mega-Prabowo di Tempat Pembuangan Akhir Bantar Gebang
Lokasinya sekitar 150 meter selatan simpang enam Jalan Teuku Umar, DenpasarPrihantini sudah menetap di sana bersama Prabangsa sebelum sang suami tewas akibat pembunuhanRumah tersebut milik orang tua PrihantiniPrabangsa sebetulnya berasal dari keluarga puri di BangliNamun, sejak menikah, mereka memilih tinggal di rumah Jalan Nusa KambanganSebelum menikah, mereka berpacaran cukup lama, sekitar lima tahun.
Sepeninggal Prabangsa, Prihantini dan kedua anaknya, AA Istri Sri Hartati Dewandari, 14, dan AA Gde Candra Dwipa, 12, bertahan di rumah tersebutHanya statusnya kini berubahSebagai janda, dia menjadi single parent
Prihantini, 41, menganggap kematian sebagai hal yang wajarSemua orang akan mengalamiNamun, kematian suami secara mengenaskan akibat pembunuhan sadis oleh I Nyoman Susrama dkk menyisakan luka mendalam pada dirinya
''Awalnya saya masih merasa berat (ditinggal pergi suami, Red)Namun, saya menyadari, ini risiko istri yang suami berprofesi wartawan,'' ujarnya ketika Radar Bali (Jawa Pos Group) menemui di rumah orang tuanya
Dari 14 tahun pernikahannya dengan Prabangsa, dia memiliki dua anakSi sulung saat ini bersekolah di SMP Dwijendra, Denpasar, dan duduk di kelas 9Sedangkan adiknya kelas 6 SD Dwijendra.
Di tengah duka sepeninggal Prabangsa, kini dia lebih banyak berdiam diri dan melupakan nasib yang tengah merundung keluarganya''Saat ini saya memang lebih banyak di rumahKalaupun keluar rumah, ya sebatas antar jemput anak sekolah,'' ujarnya.
Rumah yang ditempati Prihantini berukuran sekitar 10 x 12 meter persegiRumah itu terdiri atas dua lantaiLantai atas dibuat kos-kosanPrihantini tinggal di lantai 1Orang tuanya juga tinggal di lantai yang sama, tetapi ruang yang terpisah.
Rumah itu berada di belakang dua ruko, tapi menyatu dalam lahan (tanah) yang samaOleh orang tua Prihantini, dua ruko itu disewakan kepada orang lainDi samping ruko ada pintu besiDari sanalah akses masuk ke tempat tinggal Prihantini.
Sambil menenangkan diri di rumah, Prihantini mengharapkan tak larut terus dalam dukaDia ingin segera memulihkan kondisi demi masa depan kedua buah hatinya.
Tapi, dia menyatakan saat ini sebetulnya belum siap hidup sendiriApalagi menanggung beban untuk menghidupi dua anakKarena itu, sementara ini Prihatini mendapatkan sumbangan dari rekan-rekan seprofesi mendiang suami maupun Radar Bali
Selain itu, dia terbantu oleh uang hasil kontrak rumah miliknyaDia juga mendapatkan bantuan dari kedua orang tuanya''Yang bisa saya lakukan saat ini hanya harapan menumpang hidup kepada orang tuaNamun, ini tentu tak mungkin terus-menerus,'' tuturnya''Saya pun menyadari bahwa saya harus bekerja,'' lanjutnya, sambil mengingat sang suami.
Di mata Prihantini, Prabangsa merupakan sosok suami dan bapak yang baikTapi, Prabangsa juga amat tertutup meski memiliki etos kerja dan semangat tinggi''Memang begitulah diaDengan semangat dan ambisinya itu, saya sendiri sempat kasihan,'' kenangnya.
Setelah tragedi pembunuhan itu, Prihantini baru menyadari bahwa Prabangsa tidak ingin membebankan masalah kepada istrinyaTerutama masalah pekerjaan
Dia juga mengingat, sekitar setahun sebelum tragedi tersebut Prabangsa pernah meminta dirinya bekerjaSaat itu Prabangsa menyarankan Prihantini melamar menjadi reporter di sebuah surat kabar terbitan ibu kota (Jakarta).
''Saya merasa usia saya sudah cukup tua, mengapa kok disuruh bekerja lagiPadahal, sebelumnya saya diminta tidak bekerja?'' tanyanya dalam hati saat itu.
Pertanyaan tersebut kini terjawabPrihantini merasa telah menemukan jawaban setelah Prabangsa berpulang''Sepertinya (saat meminta dirinya bekerja dulu, Red) dia akan meninggalkan saya selamanyaJadi, dia menuntun saya agar kuat dan bisa mandiri,'' katanya.
Karena itu, meski masih merasakan duka mendalam dan berat, Prihantini berupaya segera membenahi hidupDia bertekad untuk mencari pekerjaan demi masa depan kedua anaknya''Saya berharap, mereka bisa menyelesaikan sekolah hingga SMA atau lebih tinggi lagi,'' ujarnya(*/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jenazah Kapten Pom Heri Kasmiyadi Jadi Saksi Pernikahan sang Putri
Redaktur : Tim Redaksi