jpnn.com - Masih ingat Sergey Litvinov? Pemain asal Rusia yang sempat tak digaji oleh klubnya, PSLS Lhokseumawe, Aceh, dan akhirnya hidup terlantar sampai menjadi model dan menjual jus di Solo. Akhir-akhir ini, kisahnya kembali ramai setelah situs eurosport menulis cerita hidupnya.
-----
BACA JUGA: Muhammad Fachrudin, Pesepakbola Nyambi Jual Kepiting
BELUM bayak yang berubah dari Sergey, orangnya tetap sederhana, tetap enak diajak bicara. Karena itulah, saat dihubungi melalui pesan singkat, dia tak keberatan untuk membalas dan menceritakan bagaimana kondisinya sekarang.
Pemain 28 tahun tersebut sampai saat ini mengaku belum memiliki klub semenjak terakhir memperkuat PSLS Lhokseumawe pada 2013 silam. Ia enggan menerima tawaran klub dari Asia Tenggara karena khawatir kejadian seperti yang dialaminya saat berada di Indonesia berulang.
BACA JUGA: Wahyu Hansudi, Perantau Asal Blitar Pemandu Wisata di Inggris Raya
“Aku belum ada klub. Aku masih menunggu, tapi lihat juga tawarannya. Agak trauma setelah yang aku alami di Indonesia,” katanya kepada JPNN.com.
Sekarang, dia pun berusaha menghabiskan untuk total bersama keluarga. Sikap itu memang diambil oleh Sergey untuk membayar hutangnya kepada keluarga. Sebab, selama memperjuangkan gajinya dan akhirnya dideportasi Juli lalu, rumah tangganya nyaris retak.
BACA JUGA: Kisah Keluarga yang Batal Naik AirAsia QZ8501 di Detik Terakhir (2-Habis)
Dia sempat diminta cerai oleh istrinya karena tak kunjung balik kampung ke Vladivostok, Rusia. Beruntung banyak media di Indonesia yang menceritakan kisah pilu perjuangan Sergey menunggu janji klubnya untuk membayar tunggakan Rp 124 juta.
Karena itu, akhirnya sang istri melunak dan bisa sabar menunggunya. Setelah dideportasi, Sergey mengaku menghabiskan banyak waktu bersama istri dan putrinya yang sudah berusia 2 tahun 9 bulan. Kegiatannya lebih banyak di rumah. Dia belum mendapatkan klub disana.
Empat bulan berlalu, Sergey merasa harus kembali merumput. Dia pun mengiyakan saat ada klub Malaysia DRB Hicom yang menawarinya untuk bergabung dan melakukan trial disana November lalu.
“Tapi tawarannya kurang aku hitung-hitung, lebih baik dengan istriku dengan anakku. Karena itu aku tolak,” tuturnya.
Kini, untuk menyambung hidup, Sergey memilih untuk menjadi pemain futsal. Bukan profesional, tapi main di kompetisi amatir. Meski demikian, pengelolaan liga futsal antar daerah di Rusia Timur Jauh itu disebutnya lebih profesional daripada pengelolaan sepak bola di Indonesia.
“Aku selalu dibayar, lumayan bayarannya. Cukup untuk menghidupi keluargaku. Aku main di klub GDG,” papar ayah satu anak tersebut.
Kini Sergey masih memperjuangkan haknya yang belum terbayar oleh PSLS ke FIFA. Dia harus berjuang karena memang PSSI, abai terhadap kondisinya. Bahkan, lanjutnya, cenderung melindungi klub yang tak bisa memenuhi kewajibannya tersebut.
Karena itu, saat mendengar Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang baru, Imam Nahrawi, berani bertindak tegas ke PSSI dan mengawasi sepak bola Indonesia, Sergey bangga. Dia pun menceritakan sosok Imam kepada khalayak bola disana.
“Mudah-mudahan Menpora bisa tegas. Jangan sama seperti PSSI yang tidak tegas ke klubnya,” tegas pemain kelahiran 29 September 1986 tersebut. (upi/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Keluarga yang Batal Naik AirAsia QZ8501 di Detik-detik Terakhir
Redaktur : Tim Redaksi