Perjuangan Wielly Wahyudin Melawan Kanker Payudara

Ketahuan di Hongkong, Dibiopsi di Kanada, Diangkat di Jakarta

Sabtu, 18 Oktober 2014 – 19:39 WIB
TEKAD KUAT: Wielly Wahyudin sudah terbebas dari kanker payudara yang sempat merongrong tubuhnya. Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos

jpnn.com - Penampilannya modis, energik, dan ramah. Begitulah sekilas sosok Wielly Wahyudin saat ditemui di Gedung Aneka Tambang (Antam), Jalan T.B. Simatupang, Jakarta, Senin (6/10). Sama sekali tidak tampak bahwa dia baru saja terbebas dari ancaman kematian sebagai penderita kanker payudara.

***

BACA JUGA: Menikmati Kesegaran Sungai di Luwuk Banggai

SIANG itu Wielly berada di gedung Antam untuk rapat koordinasi dengan pengurus Cancer Information and Support Center (CISC). Rapat itu dilakukan untuk mempersiapkan acara Jakarta Goes Pink yang sudah dilaksanakan pada Minggu (12/10). Acara yang dipusatkan di bundaran HI, Jakarta, itu sekaligus menjadi media sosialisasi pencegahan kanker.

Kepada Jawa Pos, Wielly menceritakan kisah hidupnya berjuang melawan keganasan kanker payudara yang sempat menggerogoti dirinya. ’’Saya benar-benar tidak menyangka, kanker payudara juga menyerang laki-laki,’’ ujar pria kelahiran 27 Desember 1975 tersebut.

BACA JUGA: Jalani Terapi Disleksia, Aqilurahman Ikut Bantu Para Pengusaha UKM

Wielly mengetahui ada yang aneh di payudaranya pada April–Mei 2013. Saat itu, dia merasakan ada benjolan kecil di payudara kanannya, tapi tidak sakit. Karena itu, dia tidak berpikir aneh-aneh mengenai benjolan tersebut.

Namun, beberapa hari kemudian, benjolan itu mulai terasa nyeri. Saat itulah Wielly mulai khawatir. Dia lalu memeriksakannya ke dokter, di sela-sela kesibukannya bekerja di kapal pesiar internasional. ’’Saat itu saya sedang berada di Hongkong,’’ ujar Wielly yang mesti mengikuti aturan kerja, lima bulan di kapal dan dua bulan di rumah.

BACA JUGA: Kiprah Yeni Dewi Mulyaningsih, Pendiri Komunitas Relawan Pasien Kanker

Kecemasan Wielly semakin menjadi ketika benjolan tersebut meradang dan memerah. Akibatnya, dia jadi susah tidur. ’’Rasanya sakit sekali,’’ kata suami Lysa Hasnawati itu.

Oleh dokter di Hongkong, dia diberi obat antibiotik penghilang nyeri serta obat tidur. Tetapi, bukannya sembuh, peradangan itu semakin menjadi. Wielly lalu disarankan untuk melakukan tindakan ultrasonik. Hasilnya, didapat informasi bahwa benjolan tersebut bersifat padat.

Wielly kemudian diminta menjalani tindakan lanjutan berupa biopsi. Dia menuruti saran dokter itu saat kapal tempatnya bekerja berlabuh di Kanada pada Juni 2013. Hasilnya sangat mengejutkan. Dia didiagnosis positif terkena kanker payudara. Tidak main-main, sudah masuk stadium dua.

Namun, hasil biopsi itu tidak langsung disampaikan kepada Wielly. ’’Dokter takut saya tambah stres,’’ ujar ayah Evan Kenneth Abhirama tersebut. Jika Wielly stres, dokter khawatir kondisi kesehatannya semakin buruk.

Selang beberapa hari kemudian, dokter baru memberi tahu Wielly bahwa dia terkena kanker payudara. ’’Saya benar-benar kaget dan tidak menyangka. Sebab, selama ini kanker payudara hanya menyerang kaum perempuan,’’ ungkap pegawai kapal pesiar Holland America Line itu.

Kabar tersebut langsung diteruskan kepada istrinya. Sang istri awalnya juga tidak percaya. Dia sempat menangis, tetapi kemudian bisa mengatasi keadaan. Dia lalu mengajak suaminya pulang ke tanah air untuk mengobatkan penyakitnya itu.

Setiba di Indonesia, Wielly bergegas memeriksakan penyakitnya ke RS Gading Pluit, Jakarta Utara. Dia lalu diminta menjalani rawat inap beberapa hari sebelum kemudian dokter memutuskan untuk mengangkat kanker payudaranya.

Operasi pengangkatan kanker payudara Wielly dilakukan pada 10 Juli 2013. Operasi berlangsung selama 6 jam. Hasilnya, kanker yang mulai menggerogoti tubuh Wielly itu sudah lumayan besar, berukuran 3,4 x 2,6 cm. ’’Setelah pengangkatan, diketahui kankernya masuk stadium 2B,’’ jelas pria yang kini tinggal di Bekasi itu.

Selain payudara, kanker di tubuh Wielly mulai menyerang kelenjar getah bening di bawah ketiak, namun tidak sampai mengganas. Meski operasi pengangkatan kanker payudara itu dinilai sukses, Wielly merasa belum puas. Dia tetap menjalani sejumlah terapi agar sisa-sisa kanker benar-benar bersih. Terapi yang dijalani, antara lain, kemoterapi (8 kali), terapi radiasi (25 kali), dan terapi hormon (17 kali).

Menjalani sekian banyak terapi itu membuat kondisi emosi Wielly tidak stabil. Dia sempat merasa down dan hampir frustrasi. ’’Tapi, saya akhirnya tersadar dan memasrahkan semuanya kepada Allah,’’ tuturnya.

Semangat hidupnya muncul kembali saat dia merayakan ulang tahun ke-38 pada 23 Desember 2013. Perayaan ulang tahun di tengah upaya terapi pascaoperasi pengangkatan kanker payudara benar-benar tidak pernah dia bayangkan. ’’Meskipun saya sedang sakit, ulang tahun dirayakan dengan kue tar,’’ ujarnya.

Seluruh keluarga besarnya pun berdoa agar Wielly mendapat kesembuhan. Istri dan anaknya tidak henti-henti memberikan semangat. ’’Anak saya yang masih 3 tahun selalu mengingatkan supaya saya tidak lupa minum obat,’’ tuturnya.

Seperti penderita kanker pada umumnya, Wielly mengaku sangat berat menjalani kemoterapi. Setiap obat kemoterapi dimasukkan dalam tubuhnya, dia langsung merasa mual-mual. Selain itu, seluruh persendiannya ngilu. Rambutnya ikut rontok semua.

’’Kepala saya sempat botak. Tetapi, sekarang sudah tumbuh lagi,’’ kata bungsu dua bersaudara itu.

Hasil pemeriksaan terakhir Agustus lalu, bekas-bekas kanker payudara Wielly dinyatakan sudah bersih. Meski begitu, dia tetap harus beristirahat. Pihak perusahaannya memberikan dispensasi libur khusus.

Nah, untuk memanfaatkan hari-hari ’’libur’’-nya itulah Wielly mengisinya dengan berkampanye tentang bahaya kanker payudara pada laki-laki. Dia sering menjadi pembicara dalam seminar, diskusi, maupun acara-acara kesehatan lainnya.

Lulusan D-3 Manajemen Transportasi Udara Universitas Trisakti Jakarta (1997) itu menduga, kanker yang dideritanya itu muncul karena dirinya sering makan makanan cepat saji. ’’Dulu saya suka sekali makan junk food,’’ ungkapnya.

Lama-kelamaan, dampak buruk makanan itu terakumulasi dalam tubuh Wielly sehingga memicu perkembangan sel kanker payudaranya.

Setelah bisa mengatasi ancaman kanker, Wielly kini benar-benar menjaga menu makanan yang dikonsumsi. Selain makanan cepat saji, dia tidak lagi mengonsumsi makanan yang mesti dibakar seperti sate. Sebab, arang yang menempel di daging sate bisa memicu sel kanker.

Dia juga menghindari daging-daging yang berlemak serta bumbu penyedap rasa. Tapi, yang utama, Wielly kini aktif berolahraga. Dia juga rajin mengonsumsi aneka jus buah setiap hari.

Menurut Ketua Harian CISC, Sri Suharti, berdasar data, penderita kanker payudara pada perempuan dan laki-laki berbanding 1 : 1.000. Artinya, dari seribu kasus kanker payudara pada perempuan, ditemukan satu kasus serupa pada laki-laki. ’’Tapi, data itu sudah beberapa tahun lalu. Sekarang ada kecenderungan naik,’’ kata Sri.

Yakni, di antara seribu penderita kanker payudara perempuan, ada beberapa penderita kanker payudara laki-laki. Tren peningkatan angka kasus kanker payudara pada pria itu harus menjadi perhatian masyarakat.

Menurut Sri, pemicu kanker payudara pada perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda. Mulai stres yang tidak terkontrol, konsumsi makanan yang tidak sehat, serta kesehatan lingkungan yang buruk. ’’Merokok dan alkohol juga pemicu kanker payudara pada laki-laki,’’ tegasnya. (*/c5/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menikmati Pesona Teluk Kiluan di Lampung


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler