Menikmati Pesona Teluk Kiluan di Lampung

Kamis, 16 Oktober 2014 – 11:38 WIB
SEGAR: Penulis (kanan) bersama rekan seperjalanannya di Teluk Kiluan Lampung. Regina Tiatira for Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - Saya awalnya tidak membayangkan bahwa Lampung memiliki kekayaan laut yang sangat memesona. Seorang teman bercerita pernah mengunjungi Teluk Kiluan di Lampung Selatan yang amat mengagumkan. Cerita melihat langsung lumba-lumba di habitat aslinya membuat saya tertarik.

Laporan Regina Tiatira, Marketing Communications, Jakarta

BACA JUGA: Dewi Sulastri, Kecintaannya terhadap Seni Tradisional

Untuk melepas kejenuhan atas Kota Jakarta, pada April 2013, saya dan tiga teman melakukan perjalanan ke Lampung. Destinasi yang dituju adalah Teluk Kiluan. Dari Jakarta, kami memutuskan menggunakan mobil pribadi menuju Pelabuhan Merak untuk menyeberang ke Bakauheni.

Kami berangkat pukul 08.00 dan sejam kemudian sampai di Pelabuhan Merak. Penyeberangan ke Bakauheni selama tiga jam cukup nyaman karena cuaca dan ombak saat itu sedang bersahabat.

BACA JUGA: Menelusuri Korea Selatan, Negara Pusat Bedah Plastik

Sampai di Lampung, kami menyempatkan mencicipi kuliner khas Lampung. Berbekal GPS, kami menyusuri jalanan menuju Teluk Kiluan. Jalanannya belum mulus. Karena itu, kami memerlukan waktu empat jam untuk tiba di Kiluan.

Ketika kami sampai di Kiluan, waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Kami langsung diantarkan menuju penginapan di seberang pantai dengan mengendarai perahu jungkung, perahu kecil yang hanya muat 4–5 orang.

BACA JUGA: Bayu Santoso, Mahasiswa ISI Jogja Pemenang Desain Kover Album Terbaru Maroon 5

Esoknya saat bangun dan keluar dari penginapan, saya dibuat terpana oleh pemandangan yang luar biasa indah. Lautan biru dengan ombak yang tenang. Hmm… rasanya tidak sabar untuk segera berenang di laut. Tetapi, pagi itu kami memilih untuk melihat lumba-lumba lebih dulu. Sebab, itulah alasan utama kami berada di sini, yakni bertemu dengan lumba-lumba.

Dengan tetap memakai perahu jungkung, kami berlayar menuju laut lepas untuk menemui lumba-lumba. Setelah sekitar sejam kami diombang-ambing ombak, akhirnya sekelompok lumba-lumba menampakkan diri. Mereka berenang-renang dan melompat menampilkan tarian yang cantik. Wuah... kalau tidak ingat sedang berada di laut lepas, pasti saya sudah menceburkan diri ke air.

Aktivitas berlanjut dengan snorkeling di sekitar Pulau Kelapa. Di wilayah Pulau Kelapa, terdapat pula beberapa pondokan untuk menginap dan area kamping.

Kami berkeliling Pulau Kelapa dan menemukan ada bagian pantai yang tidak terdapat pasir di sana, melainkan penuh dengan batu karang. Pemandangannya indah, tetapi jangan sampai lupa mengenakan alas kaki agar tidak tergores batu-batu karang tersebut.

Di balik bukit batu Pulau Kelapa, ada laguna yang kabarnya sangat indah. Rute jalan menuju ke sana cukup terjal sehingga kami harus berhati-hati. Perjuangan itu terbayar setelah kami mencapainya dan merasakan berenang di laguna. Segar dan jernihnya air membikin kami lupa waktu.

Tanpa terasa sore menjelang, kami kembali ke pondokan di Teluk Kiluan. Kami habiskan aktivitas malam dengan bakar ikan. Yeaah! Makan malam di tepi pantai dengan backsound deburan ombak menghasilkan sensasi rasa ikan bakar yang enaknya juara. Setelah itu, kami pun sukses tidur dengan perut kenyang.

Pada hari ketiga di Teluk Kiluan, paginya saya masih menyempatkan untuk berenang dan snorkeling di sekitar pondok. Kemudian, kami menyusuri jalan darat ke Pelabuhan Bakauheuni menuju Merak dan kembali ke Jakarta.

Bila ada waktu lagi, saya mau banget mengulang perjalanan ke Teluk Kiluan. Biaya yang diperlukan tidak menguras kantong. Apalagi sekarang jalan darat menuju ke sana telah diperbaiki. Memanfaatkan weekend pada Jumat–Minggu sudah cukup untuk mengeksplorasi Teluk Kiluan. (nor/c14/nda)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warna Ayu, Kelompok Eks Lokalisasi, Pelopor Batik Jumput Berpewarna Alami


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler